"Kak"
Lagi lagi.
Aku tetap jalan keluar dan berbelok ke kiri. Memasuki jalanan sekolah sebelum pagar besar utama.
"Mau ke pembukaan kafe Bang Ardi kan?" Ucap nya agak keras, karena jarak kami yang mungkin berselisih 10 langkah.
Kuputar tubuhku 45° tanpa Celsius dengan arah kepala yang menghadap dirinya yang masih berdiri.
"Barengan ayok. Aku juga mau kesana karena udah beli ini."
Dia mengangkat sebentar setinggi dadanya kardus yang berisi puluhan minuman gelas tadi, lalu meletakkannya di posisi semula seperti awal.
"Ehh enggak, luan aja." Tolakku sambil tersenyum canggung.
"Gapapa barengan. Kak Bibi juga nanti bakalan bareng sama pacarnya kan?"
Aku berpikir keras untuk menerima ajakannya. Sedangkan dia, sudah memiringkan posisi berdirinya. Seakan-akan memberiku jalan untuk melewatinya.
*
*
*
*
*Kalo ninggalin Bibi, ntar ngambek. Belum lagi yang di cie-cie in marshmallow dan rekan-rekannya.
Kalo gak ngikut, pasti bakalan ga berhenti ngajakinnya.
Ntah berapa lama aku memikirkan banyak hal tentang itu. Tentang konsekuensi jika aku melakukan salah satu diantara kedua itu.
Ahh bodo lah. Sekali-kali lepas dari orang yang pacaran gapapa keknya.
Gerutuku dalam hati, untuk terakhir kalinya hanya karena ajakan itu.
Dia tersenyum ketika melihat langkahku yang berjalan kearahnya, seakan-akan menang jackpot atau taruhan yang bernilai jutaan rupiah.
Kami berjalan beriringan, aku mengikuti langkahnya dari samping.
Biasanya, aku tak jalan selambat ini.
"Udah rame di kafe Badri?" Tanyaku dengan langkah yang tetap lambat dan kedua tanganku yang menggenggam satu botol minuman bersoda.
Seharusnya aku menikmati sebotol soda itu tanpa harus membiarkannya lebih lama.
"Enggak kok, baru beberapa anak futsal yang masuk pagi karena yang lain kan belum pada pulang." Jawab nya panjang, tak lupa dengan senyum nya yang dapat memikat banyak kaum hawa.
"Oohh gitu yaa, calon ketos." Gurau ku
"Eh kakak udah tau?" Tanya nya bingung ketika mendengar kata calon ketos dari ku.
"He-em" Jawabku yang mungkin lebih mirip dengan deheman.
Kami tak melanjutkan diskusi dadakan itu, karena perjalanan yang lambat tadi akhirnya telah sampai tujuan.
"Bardiiii" Pekik ku dari luar, meninggalkan orang yang sedari tadi menemaniku melewati jalanan panjang nan lambat.
Di perjalanan tadi, bukan sedikit kami saling diam.
"Iya diem aja yaa, duduk manis aja dulu di bawah kipas angin itu cantikk.." Goda Bang Ardi, karena tau jika Dia tak mengatakan itu. Akan ada suara-suara nyaring dariku lagi.
Tapi tidak, kurasa aku tak akan melanjutkannya. Cukup yang tadi.
Pria-pria yang beragam macam tingginya keluar dari dalam.
Beberapa diantaranya adik kelas yang lain, yang ikut berpartisipasi sebagai panitia perlombaan aritu.
"Padahal masih sendiri, belum dateng serombongan. Tapi ributnya udah dimulai." Sindirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! He Is My Beloved Ketos!
Teen FictionKisah indah sebelum akhir sekolah ku yang di bumbui dengan banyak nya perbedaan. Kisah masa SMA yang tak pernah terpikirkan dan berakhir kejadian. Kisah yang meliputi ratusan perbedaan. Perbedaan yang menyatukan dan perbedaan itu yang mungkin mem...