Chapter 9

7 0 0
                                    

"Kakak gamau dianter aja? Udah malem gini."

Suara itu membuatku menoleh, entah apa yang terpikirkan sejak kepergian Bibi bersama pangerannya.

"Enggak, udah janji bakal dijemput" balasku dengan senyuman, karena tau kalimatnya tadi terdengar tulus.

"Aku serius, ga main-main" jawabnya dengan senyuman tipis namun terdengar agak berbeda.

"Ehh iyaa gapapa, udah janji dijemput. Nanti kalo ga ada disini malah dicariin" ucapku lagi agak kikuk karena nada bicaranya yang agak berbeda.

"Yaudah aku tinggal ya"

Ucapan terakhirnya sebelum pergi kubalas dengan anggukan kaku dan senyuman

Tak lama kemudian, motor dengan lampu yang menyilaukan mata datang mendekatiku.

"Ga lama kan?" Tanya nya dengan nafas yang tak beraturan

Aku berjalan mendekati pria jangkung itu, satu tangannya berada di handle dan satu nya lagi berusaha menurunkan footstep untukku.

"Enggak. Kek abis lari-lari aja" jawabku lalu naik keatas sisi penumpang di motornya.

Tak ada kalimat yang berlanjut lagi, Abangku, yang sama sekali tak memiliki kemiripan denganku itu melajukan motornya meninggalkan halaman sekolah.

Namun saat berputar arah menuju gerbang sekolah, aku melihat bayangan seseorang yang duduk diatas motor di parkiran.

Wajahnya tak nampak jelas karena sorot lampu yang ada dibelakangnya. Namun, siluet yang ada aku tau pasti itu siapa.

Sam?

Bukannya dia udah pigi? Eh dia liat dong? Tapi kenapa ga pulang langsung?

Bisikku dalam hati dengan berbagai macam pertanyaan. Karena yang kutau, anak itu telah pulang terlebih dahulu setelah penolakanku untuk pulang bersamanya tadi.

Ahh bodo lah. Pemrog belum siap juga

*
*
*
*
*

Hiruk pikuk kantin sekolah tak pernah ada hentinya. Meja terisi penuh dengan siswa siswi tanpa ada cela sedikitpun. Bahkan untuk memesan makan ataupun minum, harus berjuang dikerumunan manusia yang sebenarnya hanya beberapa kelas.

Siang ini, matahari sembunyi malu-malu dibalik awan yang menggelap abu-abu.

"Eh sil tau kau.."

"Nanti ajalah pas berdua"

"Anak gila" balasku singkat pada Bibi yang tiba-tiba membuka percakapan lagi dikantin yang bising karena keramaian.

Setelah mendapatkan pesanan yang ditunggu beberapa waktu tadi, kami melangkah menuju taman kecil disekolah, berhenti disebuah kursi kayu panjang yang teduh.

Iced lemon tea yang awalnya ada digenggaman kuletakkan disamping. Mencoba menikmati angin sejuk dan gorengan sosis yang dibumbui serbuk balado.

"Kau tau Cecil yang anak MIA kan?" Tanya Bibi tiba-tiba yang membuatku menoleh ke arahnya sambil menganggukkan kepala.

Tanpa jawaban dengan suara yang dikeluarkan, dengan perlahan kutelan kunyahan sosis yang ada didalam mulutku.

"Kenapa?" Tanyaku

"Dia nanya samaku kemarin, si Sam beneran sama Silvi?"

"Terus?"

"Ya kujawablah iya!"

Hey! He Is My Beloved Ketos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang