packed day

2 0 0
                                    

Luna menuangkan teh earl grey ke dua buah cangkir yang berada diatas meja kayu berwarna coklat tua yang terlihat sangat kokoh. Ia menaruh kembali teko yang Ia gunakan di samping kedua cangkir tersebut. Beberapa menit terakhir, Dorothea memperhatikan detail ruangan ini dengan perlahan saat Ia menunggu Luna meracik teh yang kini hadir didepan matanya.

Ruangan ini terlihat sangat unik dan antik. Memiliki ukiran-ukiran yang authentic dari kayu dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang jarang Ia temui di ditempat lain. Bahkan toko ini memiliki wangi unik yang sulit Ia deskripsikan, karena masing-masing bunga memiliki wangi signature yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Luna mengangkat cangkirnya, mengajak Dorothea untuk cheers dengannya.

"I really am interested in developing this store, and I had an experience developing a store. I used to develop a restaurant and it became very, very successful. But I know you have your own principle and value, so I need to make sure to you. Do you really want me to develop your store?" Tanya Dorothea, kemudian menyesap teh earl grey buatan Luna.

"I'd really love to. I've been working so hard with this store since I was born, my mum gave this store to me and it's still so hard for me to develop this store. But I still really like how intimate and close this store is. I've made peace with the loneliness of this shop, I still manage the income from my loyal customer. But it's not much." Jelas Luna.

Mereka mengobrol lebih dalam bagaimana Dorothea sangat tertarik dengan toko bunga milik Luna. Ia sangat memahami bagaimana Luna memiliki bonding yang sangat kuat dengan toko ini dan bunga-bunga didalamnya. Namun, Dorothea tahu bahwa toko bunga milik Luna ini bervalue sangat tinggi. Selain karena telah berdiri dari 1910, toko ini juga memiliki koleksi bunga yang sulit ditemui dan dirawat yang membuat bunga-bunga ini hanya digunakan oleh para royal.

Bzz...Bzz...

Niall Horan.

Dorothea berjalan menjauh dari meja tersebut, dan mengangkat telefonnya, "Hey, how's your recording?"

"It's actually pretty good, surprisingly this song is my favorite. And I'll on the way to One Direction flat for briefing because this evening I'll have a show at Graham Norton. Can you come?" Terdengar suara Niall yang cukup buru-buru.

"What do you mean can I come or not? I mean, is it allowed?"

"Where are you exactly?" Lagi-lagi, suaranya terdengar mendesak.

"I'm at the flower store, near Padella, the Italian restaurant you've mentioned yesterday."

"On my way." Beep. Beep.

Dorothea melihat kembali ke arah ponselnya, bingung dengan kelakuan pria bernama Niall Horan yang ada diseberang telefonnya beberapa detik lalu. Pria itu memang sulit ditebak. Dorothea pun duduk kembali dan menyambung percakapan sebelumnya mengenai bisnis yang akan mereka lakukan bersama sambil menunggu Niall sampai.

"You can contact me here, please reach me out as soon as possible. I'll wait for you." Luna memberikan kartu nama bisnisnya kepada Dorothea.

Dorothea tersenyum dan segera mengambil kartu tersebut dari tangan Luna. Mereka berpelukan selamat tinggal setelah Dorothea lihat ada sebuah mobil Audi berwarna abu-abu yang berhenti tepat didepan toko Luna.

"See you soon, Luna. I will reach for you, of course."

Kling!

Dorothea melangkah keluar dan merasakan udara London yang sangat dingin hari itu. Ia merapatkan coatnya dan segera masuk ke dalam mobil Audi cokelat gelap tersebut. Terasa cukup hangat didalam mobil karena terdapat heater didalamnya. Interior mobil yang berwarna hitam membuat suasana didalam terlihat lebih nyaman dan hangat. Disana ada Niall yang sedang membuka ponselnya, mengetik sesuatu disana. Tentunya kepada seseorang, mungkin tentang performnya di Graham Norton nanti malam.

Heaven : For Dorothea (ft. niall horan) - in bahasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang