at least she's still alive

8 5 0
                                    

Perempuan itu mengangkat loyang dari sebuah oven yang masih panas. Brownies yang Ia buat matang sempurna, potongan sempurna. Karena kondisi keuangan yang tidak mendukung Dorothea, mendorongnya untuk mengambil apapun pekerjaan yang ada, apapun kesempatan yang hadir. Kafe ini cukup sepi, namun karena Madi kasihan dengan kondisi keuangan Thea, Ia tetap menerima sahabatnya itu sebagai pekerja part-time walaupun upahnya pun tidak seberapa.

"You know that you always make a perfect textured brownies, The." Ungkap Madi, Thea mengacak rambut Madi.

"Shut up"

"How's your plan? Yesterday?" Pertanyaan Madi mengundang angkatan bahu dari Thea, "Come on, there's always an opportunity for you."

"He gave me this." Dorothea memberikan selembar amplop kepada Madi.

"What? Who?" Madi langsung beranjak dari kursinya, mengambil sebuah amplop dan mengeluarkan kertas yang ada didalamnya, "What do you mean, The? Fucking Niall Horan gave you a letter? How are you not see this as an opportunity? Not like usual..."

"But he won't remember me, Mad. I'm just a split second memory for him." Pernyataan Thea membuat Madi berpikir, "I can't really hope anything from him"

"I have an idea." Madi membuka ponselnya, menunjukkannya kepada Dorothea, "You don't have anything anymore right now, the only thing you have is your phone, and your face. Make him haunted by you, he must've seen you somewhere. You got nothing to lose, The."

Pernyataan Madi membuat pikiran Thea lebih terbuka, seketika Perempuan itu membuka ponselnya. Membuka aplikasi Instagram, satu-satunya sosial media yang Ia punya. Ia pun baru sadar, upaya yang belum Ia lakukan adalah membuat konten di sosial media. Padahal, itulah salah satu kesempatan untuk dirinya mendapatkan banyak uang, tentunya dengan paras cantiknya itu juga.

Dorothea memutuskan untuk membuat konten tentang kesehariannya menjadi barista di coffee shop tersepi di Durham. Tentunya, mereka buat itu menjadi lelucon. Madi sudah sangat berdamai dengan kondisinya, namun disisi lain Ia yakin. Inilah langkah yang akan membawa mereka menuju secercah harapan.

Berhari-hari mereka konsisten membuat konten, namun hanya mencapai 100 viewers setiap harinya. Dorothea meminta Madi untuk membayarnya perhari untuk menjadi biaya makan dirinya. Namun, disisi lain Madi pun berusaha bertahan dengan uang coffee shopnya. Orang tua Madi berkecukupan, namun langkahnya untuk membuat coffee shop di Durham bukanlah langkah yang disetujui orang tuanya.

"Is the fancy restaurant near here still searching for a waitress?"

"YES. I'll take you there, come on!"

...

Sepasang kemeja hitam dan rok hitam selutut sudah tertata di kasur, Dorothea yang masih membersihkan badannya secara buru-buru sudah tinggal memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Madi. Terkadang, Dorothea tidak paham kenapa Madi sangat mendampinginya. Kalau bisa dibilang, Dorothea hanyalah benalu untuk Madi. Namun sahabatnya itu selalu bilang, bahwa Ia yakin kalau Dorothea akan sukses sebentar lagi. Daripada meninggalkannya untuk sia-sia, mending menemani karena sebentar lagi Thea akan sukses. Kata Madi sih, seperti itu. Thea percaya itu hanya bualan Madi supaya Ia bisa tetap menemaninya.

"I already told you that you don't have to know where I live, Mad. It's dangerous for you."

"What does it mean? I will never understand, na-ah. It's dangerous for the cockroaches behind this wall, because I'm too pretty." Celetuk Madi, Thea hanya menggelengkan kepalanya sambil memakai pakaian yang sudah disiapkan Madi.

Heaven : For Dorothea (ft. niall horan) - in bahasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang