Orang mana yang nekad ke puncak di weekend, ketika dia tahu pasti akan macet? Ya, siapa lagi kalau bukan Javas Kalendra. Padahal, Ira sudah mengatakan mereka akan capek di jalan kalau pergi ke puncak setelah mengunjungi Alleta. Mana mereka berangkat dari Dramaga. Salah satu jalan yang terkenal macet di Bogor.
Namun, Javas tetaplah Javas. Jika dia sudah niat ke suatu tempat, maka dia akan usahakan ke tempat itu walau macet.
Untung saja, Ira tahu kalau ada jalan alternatif ke puncak. Jadi, mereka bukan lanjut ke pusat kota lagi. Mereka memilih untuk masuk tol lingkar dalam ke Sentul. Lalu, lewat Bukit Pelangi walau lumayan sepi malam itu.
Awalnya, Ira cukup ragu menyarankan jalan ini, mengingat tidak adanya lampu di beberapa titik jalan. Namun, untung saja malam itu ada beberapa motor lewat sana.
Dan, tepat pukul setengah sembilan malam, mereka sampai di sebuah villa. Ira kurang tahu ini villa siapa. Namun, villa ini kembali membawanya bernostalgia karena dia merasa pernah menginap di villa tersebut ketika makrab saat kuliah dulu.
"Oh iya, ini villa punyanya Eyang Uti gue," ujar Javas seraya membuka pintu villa tersebut. Lelaki itu sempat meminta kunci ke sebuah rumah yang tidak jauh dari sana.
"Eyang Uti lu tinggal di sekitar sini?"
Javas menggeleng. "Beliau tinggal di Yasmin."
"Terus, lu tadi ke mana?"
"Gue ambil kunci ke bapak yang jaga villa ini," jawab Javas seraya membuka pintu. "Silahkan masuk."
Ira tersenyum. Lalu, gadis itu langsung masuk ke dalam. Di saat dia melihat sofa yang berada di ruang tamu, sontak kenangan makrab saat itu kembali hadir di benaknya. Bayangan tengah malam ketika dirinya berdua dengan seseorang. Dia masih ingat bagaimana lelaki itu memetik senar gitar, menyanyikan sebuah lagu dengan suaranya yang terdengar begitu menyenangkan. Lalu, setelah lagu itu berakhir, dia ingat sang lelaki langsung menembaknya di sofa itu dan dia ingat betapa bahagianya saat itu.
Sayangnya, kenangan enam tahun itu hanya mampu membuatnya sedih. Lelaki yang dulu dia maafkan karena tahu dia turut bersalah dalam komunikasi mereka, tapi kembali menoreh luka di saat pandemi karena menuduh dia hampir merusak hubungannya dengan kekasih barunya. Lelaki yang sampai lupa mengundangnya di saat menikah, padahal dia dan sang istri dulu cukup kenal baik dengannya.
Lelaki itu juga yang menjadi alasan Ira bisa bertemu dengan Javas sampai hari ini.
"Lu kenapa?" Tanya Javas yang menyadari Ira sempat termenung, menatap sofa di ruang tamu.
Ira pun tersentak dengan keberadaan Javas yang berdiri di belakangnya. Gadis itu pun langsung menggelengkan kepalanya. "Kayaknya gue capek deh," ujarnya seraya memijit dahinya sendiri.
Javas tersenyum. "Ya udah, istirahat dulu di kamar," ujarnya seraya mengelus punggung sempit milik Ira.
Ira pun lanjut naik ke lantai dua tanpa bertanya apa-apa. Javas yang melihat itu sempat terheran, tapi dia berusaha positive thinking.
Ya, sama seperti Ira, Javas tidak pernah tahu masa lalu gadis itu. Bahkan, mereka tidak pernah membahas masalah pribadi masing-masing selama mengenal, kecuali Ira yang sempat mengeluh tentang skripsi dan karirnya. Dia juga tidak akan menyangka kalau membawa Ira ke villa milik Eyang Uti nya, membuka luka lama untuk sang gadis.
Setelah Ira naik ke lantai dua, dia berjalan dengan perlahan ke suatu kamar. Lalu, sempat terdiam sejenak. Dia ingat, sembilan bulan setelah lelaki itu menembaknya, di villa ini jugalah dia melihat sang mantan kekasih bermesraan dengan orang yang dia anggap sahabatnya. Hari itu, menjadi alasan untuk Ira buru-buru memutuskan ikut study exchange.
![](https://img.wattpad.com/cover/379677148-288-k416701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APT. (아파트)
FanficWhitory Story When you're trapped in a situationship Kisah dua orang yang terjebak dalam situationship bertahun-tahun karena sebuah permainan random di kala minum-minum, APT.