10. Dufan

52 11 0
                                    

Ira masih saja terlihat biasa saja di mata Javas, setelah melakukan sesuatu yang membuat lelaki itu tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ira masih saja terlihat biasa saja di mata Javas, setelah melakukan sesuatu yang membuat lelaki itu tersenyum lebar. Bahkan, sampai mereka sudah masuk tol pun, lelaki itu masih tersenyum lebar. Padahal, tanpa Javas sadari gadis yang duduk di sampingnya itu masih deg-deg an setelah melakukan apa yang dia lakukan tadi sebelum mereka berangkat. Kalau dia tidak pandai memasang wajah datar, mungkin dia sudah berteriak. Namun, telinga gadis itu tidak bisa berbohong. Sampai detik ini, kedua telinganya masih memerah.

Ira memilih untuk menatap keluar. Menatap apa pun yang dia lihat selama melewati jalan tol. Kini, isi kepalanya bukan lagi pusing karena pekerjaannya. Dia malah pusing sama kelakuannya sendiri.

Setelah perjalanan sekitar satu jam kurang, akhirnya Ira tersadar mereka akan ke mana. Gadis itu sedikit terkejut ketika mereka sampai di pintu masuk Ancol. Dia pikir Javas tidak mengiyakan keasbunannya selama masak tadi pagi. Sekitar lima belas menit setelah masuk, akhirnya mereka mendapatkan tempat parkir. Lalu, Javas pun langsung mengajak Ira untuk masuk Dufan. Mana lelaki itu sudah membeli tiket.

Setelah sampai ke pintu masuk Dufan, Javas langsung menunjukkan tiket masuk ke petugas. Lalu, tangannya dan tangan Ira langsung distempel. Javas pun langsung menarik tangan Ira dan menggenggam tangan mungil sang gadis. Berjalan beriringan di antara banyaknya pengunjung.

"Kita mau main apa dulu nih?" Tanya Javas seraya menatap Ira. Kedua mata gadis itu sudah menatap sekitarnya. Mulai mencari-cari wahana apa yang ingin dia naiki pertama kali. Namun, dia teringat kalau dia sudah lama tidak naik kora-kora. Hah, jangankan naik kora-kora, terakhir dia ke Dufan saat tahun pertama kuliah bersama kedua orang tuanya, saat mereka mengunjungi gadis itu ke sini.

"Kora-kora!" Seru Ira dengan nada bersemangat.

"Oke!"

Javas pun mengajak Ira untuk berjalan menuju wahana kora-kora. Keduanya langsung masuk antrian yang sudah panjang. Semua itu tidak masalah untuk mereka karena keduanya memang kepingin naik wahana tersebut. Begitu pun Javas yang juga ingin menaiki wahana itu.

Sekitar tiga puluh menit mereka mengantri, akhirnya keduanya mendapatkan giliran untuk naik kora-kora. Keduanya memilih untuk duduk paling ujung.

"Lu yakin, Ra?" Tanya Javas memastikan sebelum mereka masuk dan duduk di wahana tersebut.

"Yakin. Emang lu takut ya?" Tanya Ira yang terdengar seperti meremehkan Javas.

Merasa tertantang, Javas pun langsung mengatakan: "Gue berani ya!"

Akhirnya, mereka duduk di kursi paling ujung di wahana kora-kora itu. Suara pemandu mulai terdengar. Pria itu menyambut semua yang naik. Lalu, tidak lama setelahnya, wahana itu mulai bergerak. Pertama pergerakannya cukup lambat. Namun, lama-lama wahana itu bergerak cepat. Bahkan siapa pun yang duduk di paling ujung mulai berada di titik tertinggi wahana itu. Termasuk Javas dan Ira.

Banyak yang berteriak. Entah karena ketakutan atau merasakan adrenalin karena berada di tempat tinggi. Namun, Javas dan Ira malah teriak kesenangan. Bahkan, Ira yang sempat stres karena pekerjaan malah mengeluarkan beban pikirannya dengan berteriak sekencang mungkin. Begitu pun dengan Javas yang juga berteriak demi mengeluarkan beban pikirannya terkait masalah keluarga lelaki itu.

APT. (아파트)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang