7. Happy 26th y.o

148 22 0
                                    

Javas sempat meringis setiap dia akan memakai baju atau melepasnya. Namun, dia diam-diam ke dokter untuk mengobati luka lebam yang ada di punggungnya. Selama itu pun, dia tidak pernah mengajak Ira untuk menginap. Dia takut Ira khawatir dengan keadaannya jika dia mengajak gadis itu ke tempat dia tinggal, apalagi gadis itu anak dari seorang dokter. Mungkin, gadis itu akan mengajaknya ke IGD saat itu juga ketika melihat lebam di punggungnya dan bakal menanyakan penyebab luka tersebut. Dia belum siap menjelaskan semuanya, termasuk tentang keadaan keluarganya.

Untung saja, luka lebam yang ada di punggung Javas bisa sembuh lebih cepat sebelum dia dan Ira pergi ke Dieng. Jadi, dia tidak perlu khawatir melihat Ira sedih karena lukanya.

Javas juga sudah mengambil cuti dari tanggal 29 Desember sampai tanggal 2 Januari. Dia tidak ingin pulang terlalu buru-buru kalau tidak mengambil cuti. Selain itu, dia ingin mengajak Ira jalan-jalan terlebih dulu. Lebih tepatnya, dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Ira di hari spesial sang gadis.

Tanggal 28 Desember, Javas masih kerja. Namun, lelaki itu mendapatkan jatah WFH. Jadi, hari itu dia akan menjemput Ira ke Depok di pagi harinya. Lalu, mereka mencari sarapan di sekitar kosan Ira. Setelahnya, mereka pun kembali ke apartemen lelaki kelahiran Agustus itu menjelang pukul sepuluh pagi.

Tepat pukul satu siang, Javas ada rapat daring. Lelaki itu sudah fokus membuka laptopnya di meja makan. Sedangkan Ira menyiapkan makan siang sejak mereka sampai di apartemen itu. Selama rapat, Javas terkadang mencuri-curi pandangan ke Ira yang kini tengah sibuk di dapur. Sesekali dia tersenyum.

"Masih rapat?" Tanya Ira berbisik seraya meletakkan ayam goreng cabai merah yang baru saja dia masak ke atas meja.

Tidak menjawab pertanyaan Ira, Javas malah minta izin off camera. Lalu, dia menarik tangan Ira dan mengajak gadis itu duduk di pangkuannya. Sontak, kedua pipi Ira memerah. Dia takut, kamera laptop Javas tiba-tiba hidup. Lalu, menampakkan posisi mereka saat itu.

Sedangkan yang membuat ulah terlihat begitu santai. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Ira. Kedua telinganya masih terpasang earphone guna mendengarkan isi rapat tersebut. Dari celah bahu Ira, lelaki itu menatap layar laptopnya.

"Javas, gue belum masak sayur," bisik Ira. Sebenarnya, dia bisa saja memasak sayur tersebut dalam waktu sebentar, setelah Javas selesai rapat. Namun, dia mau buru-buru pergi dari pangkuan Javas. Kan berabe nanti urusannya kalau tiba-tiba kamera laptop lelaki itu hidup. Entah karena tidak sengaja ketekan atau otomatis hidup sendiri.

"Nanti aja masaknya," bisik Javas yang sudah menonaktifkan suara agar pembicaraan mereka tidak bocor di rapat daring itu. Lalu, lelaki itu mengecup pipi Ira dan kembali fokus ke rapat yang dia ikuti. Sedangkan Ira hanya bisa menyembunyikan wajahnya di pundak kanan Javas.

Empat puluh menit kemudian, barulah rapat yang Javas ikuti berakhir. Selama empat puluh menit itu pula Ira duduk di pangkuan Javas. Dia juga bingung mengapa lelaki itu tiba-tiba menyuruhnya begitu, padahal sampai tanggal 2 Januari mereka akan selalu bersama 24 jam per hari.

"Gue masak sayur ya," ujar Ira yang kini berusaha bangkit dari duduknya. Namun, Javas kembali mencegatnya untuk berdiri. Lelaki itu memandangi Ira dengan tatapan penuh damba.

"Lu ada permintaan enggak untuk hadiah ulang tahun lu?" Tanya Javas tiba-tiba. Sebelah tangan lelaki itu terangkat. Mengelus sebelah pipi seputih porselen milik Ira.

Ira mengedipkan matanya berulang kali. Bingung dengan maksud pertanyaan Javas. Padahal, sudah dari awal Desember lelaki itu membelikan banyak hal untuknya. Setiap dia menolak, pasti Javas akan mengatakan kalau semua itu untuk hadiah ulang tahunnya. Bahkan, liburan tahun baru ini pun, lelaki itu mengatakan sebagai hadiah ulang tahunnya juga.

APT. (아파트)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang