Episode 14 (Ended)

754 97 19
                                    

Tok.. tok.. tok..

Tak lama setelah bunyi pintu terketuk sebanyak tiga kali, seseorang berbaju putih keluar dari baliknya. Tatapannya tampak datar dan dingin. Namun dengan tenang ia membalas sapaan gadis yang berada di depannya, walaupun sebenarnya ada rasa kesal dan benci terhadap dirinya.

"Kenapa kamu kesini?" tanya nya.

Gadis berambut sebahu itu tertunduk, sebelum akhirnya ia mencoba menatap sepasang mata cokelat itu lekat-lekat. Ia menghirup napasnya banyak-banyak lalu menghembuskannya dengan sedikit kasar.

"Orm, to the point saja.. aku kesini ingin menjelaskan sesuatu padamu." kata nya, gadis tersebut mencoba membujuk Orm berkali kali. Namun gadis berambut cokelat itu hanya mengendikkan bahunya acuh.

Orm menghela napasnya, "Jikalau kamu kemari hanya ingin menjelaskan masalah itu, sebaiknya kamu melangkah pergi dari sini." ujarnya dengan tatapan penuh emosi, terlihat dari kedua matanya tengah memerah sekarang.

Ia berbalik badan hendak masuk kedalam rumah, namun langkah nya tiba-tiba saja terhenti.

"Baiklah, Orm. Aku pikir kamu akan mendengarkan ku. Orm, kamu tahu kan, seharusnya rasa sayang bisa mengalahkan ego mu itu. Tolong jangan menyesal kemudian, P'Ling sangat mencintaimu Orm. Seseorang bisa menyerah kapan saja, jadi aku harap kamu bisa mengambil keputusan yang tidak membuatmu menyesal nantinya."

Gadis berambut sebahu tersebut mengepalkan tangannya, memberitahu fakta yang benar-benar ingin ia sampaikan karena kesalahpahaman yang terjadi berminggu minggu yang lalu. Namun, tampaknya Orm tidak mendengarkannya karena mungkin masih tersulut emosi yang belum padam.

Bibir Orm bergetar, ia pun berbalik badan menghadap gadis yang tengah menatap dirinya tajam. "Kamu tidak tahu isi hatiku bagaimana terhadapnya, jadi jangan sok tahu. Aku sudah mengerti semuanya, jadi tidak ada yang perlu dijelaskan lagi bukan?" air matanya tanpa ia sadari menetes melalui sela-sela pipinya.

Hatinya remuk, tangannya mengepal keras karena emosi nya yang sudah berada dipuncak kepala.

"Orm, dengarkan aku.. Itu tidak seperti apa yang kamu lihat, P'Ling sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri, dan untuk kesalahpahaman itu karena kamu tidak tahu aku sebelumnya. Bukan kah P'Ling sudah menjelaskan padamu berkali-kali?"

Orm menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga, "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, kamu mengerti!" kata nya penuh penekanan, mata nya melotot menatap kesal kepada gadis didepannya.

"Baiklah Orm, aku harap kamu tidak menyesal, asal kamu tahu P'Ling benar-benar mencintaimu, jadi turunkan egomu sedikit agar tidak hancur dikemudian hari." gadis itu melenggang pergi meninggalkan Orm yang masih berdiri mematung diambang pintu sana.

Mobilnya melaju dengan kencang meninggalkan rumah bernuansa putih yang cukup besar itu. Sedangkan Orm masih menatap kepergian gadis itu, ia mengulum bibirnya menahan tangis yang hendak pecah.

Bayangan itu selalu menghantuinya, pikirannya terpecah belah. "Hiks," bibirnya bergetar dan tangisannya pun pecah, gadis berambut cokelat tersebut melangkah masuk kedalam menuju kamar.

Ia menghempaskan dirinya diatas kasur, menutupi wajahnya dengan bantal berwarna ungu kesukaannya. Tangisannya teredam dalam bantal, namun siapa sangka jika tangisannya tak terdengar oleh siapapun, "Nong?" wanita paruh baya itu mendekati anaknya.

"Nong Orm? Apa yang terjadi nak?"  tanya wanita paruh baya tersebut, ia mencoba menenangkan anaknya yang tengah menangis sekarang. Tangannya yang lembut mengusap pelan punggung anaknya.

"Nak, coba lihat Mae." katanya lembut, namun Orm masih menggelengkan kepalanya. Wanita paruh baya berambut pendek tersebut menghela napasnya pelan, ia tahu apa yang sedang terjadi.

Ended (Lingorm) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang