Chapter 11 - under the rain

18.1K 1.7K 546
                                    

Francisco sudah tiba di kediamannya beberapa saat yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Francisco sudah tiba di kediamannya beberapa saat yang lalu.

Namun kepalanya terus memikirkan hal-hal yang seharusnya ia abaikan. Lalu tanpa pikir dua kali, diambilnya kunci mobil dari atas nakas karena ia akan kembali kesana.

Situasi sekarang mengingatkannya pada masa-masa yang dulu. Ia ingat betul hari itu Kamis sore menjelang malam. Hujan turun deras ketika ia baru saja keluar dari kantor dan melihat perempuan itu berdiri di samping pintu putar bersama dengan sepeda putihnya. Ia coba tawarkan tumpangan. Dan perempuan itu langsung mengiyakan. Hal itu membuatnya sedikit terkejut karena Francisco sudah siap menerima penolakan basa basi yang biasa dilakukan perempuan pada umumnya.

Justru ia sendiri yang sebenarnya basa-basi tawarkan tumpangan.

"Siapa namamu?" tanyanya begitu mereka berada di dalam mobil.

"Lily Rose."

"Like a flower name?"

"Yes. Like a flower name."

"Ada filosofinya kenapa kau diberi nama dengan dua bunga itu?"

Semburat merah muda menguar di pipi Lily saat dia menggeleng pelan dan tersenyum. Perempuan itu lantas menjawab. "Ibuku suka bunga Lily. Namun dia juga ingin aku jadi seperti bunga mawar. Cantik tapi punya duri yang akan melindunginya dari sentuhan-sentuhan orang jahat."

"Kenapa mau terima ajakanku? Tidak takut aku ini orang jahat?"

"Seseorang sepertimu, apa mungkin akan melakukan hal yang jahat?"

Seseorang sepertimu, apa mungkin melakukan hal yang jahat?

Apa perempuan ini terlalu bodoh atau hanya sedang membangun citra "perempuan baik-baik" layaknya perempuan-perempuan yang pernah bersamanya dulu? Siapa saja bisa melakukan hal jahat. Apalagi yang terjun dalam dunia politik. Semua yang mereka lakukan justru hal buruk yang dibungkus rapi oleh frasa "pelayan publik".

"Kenapa menurutmu seseorang sepertiku tidak mungkin melakukan hal jahat?" tanyanya, meskipun Francisco sebenarnya sudah dapat menebak apa jawabannya.

Pasti jawaban klasik.

"Setidaknya tidak secara terang-terangan, bukan?" kata Lily.

Bukan.

Tentu bukan itu jawaban yang dipikirkan oleh Francisco. Sama sekali bukan itu. Perempuan itu—secara sengaja atau tidak—baru saja membuat sesuatu terpercik di dalam dirinya sehingga ia jadi tertarik untuk membangun komunikasi yang lebih.

TOUCH OF LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang