Kalau suka baca cerita ini, tolong kasih vote and comment ya kapanpun kalian baca :)
Thanks before!
"Ayo kita ke kamar saja, Lily."
"Disini saja."
Tubuhku tersentak-sentak di atas meja seirama dengan desahan halus yang keluar dari bibirku.
Kemeja biru yang dikenakan oleh Luís kucengkram hingga kusut. Sementara kemejaku sendiri—walaupun masih menempel sempurna di tubuhku—namun sebagian kancingnya sudah terbuka hingga berantakan dengan dadaku yang mengintip dibaliknya. Rok span hitam yang kukenakan naik hingga batas pinggang dengan tangan Luís mencengkramnya.
"Lily—"
"Kita harus kembali ke dalam setelah ini, Luís."
Luís menatap bola mataku, menurut.
Sejenak, aku memejamkan mata, menikmati percintaan yang kami curi-curi ditengah pesta perayaan seratus tahun berdirinya partai Sayap Kiri. Luís mengerang sambil mencium bibir dan leherku, begitu bernafsu menunjukkan keperkasaannya di bawah sana. Dadanya berkeringat, bola matanya dipenuhi kabut gairah yang menyala-nyala. Lalu tiba-tiba dia menarik dirinya dan berjongkok di hadapanku. Meletakkan kakiku dipundaknya, dia tersenyum sebelum mencumbu bagian bawahku.
Tanganku langsung mencari pegangan di atas meja sambil kepalaku mendongak ke atas. Luís begitu berambisi memuaskanku.
Teringat olehku bagaimana hubungan kami tercipta. Sekitar dua bulan yang lalu, dia dipindahkan ke kantor pusat di Bogota, bergabung ke dalam tim kami. Dia laki-laki bertubuh atletis, tinggi dan berambut hitam legam. Kulitnya sedikit coklat, senada dengan bola matanya. Dia menatapku dengan sebuah senyum dan anggukan, khas orang-orang yang hendak bersopan santun dengan seseorang yang posisinya lebih tinggi dari dia.
Namun aku menyadari bahwa dia ingin bercinta denganku. Lalu begitu saja, aku pun ingin bercinta dengannya. Kami bercinta untuk pertama kalinya di satu sudut di ruanganku yang tak tertangkap oleh cctv.
Lalu setelahnya dirumahku.
Dan sekarang disini—di kamar mandi hotel Santa Clara, Bogota.
"Lily...," desahnya. "Aku mencintaimu."
Luís menggerakkan pinggangnya lebih liar di detik-detik pelepasannya hingga akhirnya dia mengerang dengan nafas terengah-engah di telingku. Butuh waktu beberapa detik bagiku untuk menetralkan detak jantung dan napasku yang berpacu.
"Aku mencintaimu." ucapnya lagi.
Dia adalah pria yang baik, tak punya alasan bagiku untuk tak mencintainya. Namun saat ini, aku sedang tidak bernafsu main cinta-cintaan karena pekerjaanku terlalu banyak menjelang pemilu. Aku ditekan dari berbagai sisi—dari FARC, dari partaiku sendiri—untuk cari cara menggagalkan Presiden Casilas naik lagi dalam pemilihan mendatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH OF LIES
Storie d'amore• A DARK ROMANCE • Satu video skandal seks berdurasi tujuh menit tersebar di media sosial. Video yang berhasil menggemparkan sejagat negeri tersebut telah menyulut amarah dan keributan dari berbagai pihak. Lily Rose dan Francisco Ruiz, yang ada di d...