• A POLITICAL ROMANCE •
Satu video skandal seks berdurasi tujuh menit tersebar di media sosial. Lily Rose dan Francisco Ruiz, mantan suami istri yang ada di dalam video tersebut, terpaksa harus kembali berurusan demi membersihkan nama dan karir poli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let's vote and comment for next chapter
•••
Estellar Mila de Oro Hotel, Medellin
Salah satu ruangan private di Estellar Mila de Oro itu beberapa jam yang lalu digunakan sebagai ruang rapat bersama Presiden dan kepala daerah serta perangkat negara lainnya. Kini lampu-lampu telah dimatikan hingga tempat itu menjadi gelap dan sunyi. Semua orang harusnya mengambil waktu istirahat. Namun masih dalam balutan setelan jas formalnya, Francisco duduk di sofa, menyilangkan kaki sambil merokok.
Ia hisap dalam-dalam lalu asapnya dihembuskan halus lewat mulut dan hidungnya. Matanya terpaku di layar ponsel. Sejak tadi waktu senggangnya dihabiskan hanya untuk melihat-lihat koleksi foto Lily Rose yang masih tersimpan di satu folder yang hanya dapat dibuka olehnya saja. Ibu jarinya terus menggulir layar, berpindah dari satu foto ke foto yang lain.
Sudah pukul 00.15 sekarang.
Kini kepalanya mulai berperang dengan dua keinginan; memanjakan sang ego atau menyerah saja. Lantas ia pun mulai mengetik sebuah pesan.
Francisco Do you miss me, Mi—
Ia hapus pesan itu.
Francisco I am in Medellin. Do you want me to buy something when I get home tomorrow?
Ia hapus lagi.
Francisco Bagaimana tempat tidurmu? Is it cold without me?
Sekali lagi dihapusnya pesan itu.
Ketika pintu kamarnya diketuk dan sang ajudan membukakannya, fokus Francisco lantas teralihkan. Orang yang ditunggu-tunggu datang juga. Jenderal Havares berjalan di bawah temaramnya cahaya lampu, dan berhenti dalam jarak tiga meter di hadapan Francisco.
"Ada apa, Francisco?" tanya Jenderal Havares.
Francisco mengulas senyum tipis sambil menyimpan ponsel di balik jasnya. "Terima kasih sudah datang. Silakan duduk, Jenderal Havares."
Sang Jenderal tampaknya sudah bisa membaca situasi hingga butuh beberapa detik baginya untuk mendudukkan dirinya di sofa. Saat dipanggil ke dalam kamar hotel oleh seorang pejabat eksekutif di tengah malam, sering kali itu bukan kabar baik.
"Saya akan langsung pada intinya," kata Francisco singkat. "Saya sudah tahu bahwa Anda adalah orang yang memerintahkan salah satu sipir untuk membebaskan Alwar Basu dari penjara," Francisco langsung melihat perubahan di wajah sang Jenderal. "Namun bagaimanapun Anda hanya menjalankan perintah dari atas."