Persephone dan Aphrodite

449 113 11
                                    

"Amora mau join, katanya udah lama gak ketemu Ananta," tukas Andra.

Andra kira ia akan sebentar di sini, nyatanya taman belakang kediaman Pramoedya yang lengkap dengan gazebo mewah dan kolam renang sangat menenangkan hati. Pohon ditumbuhkan serindang mungkin sampai-sampai panas matahari kota Jakarta tidak berlaku di sini. Luar biasa perancangan Almarhum Kakek Pramoedya. Keluarga Nasution juga mengenal beliau, tetapi tidak sedekat Keluarga Rajendra.

 Keluarga Nasution juga mengenal beliau, tetapi tidak sedekat Keluarga Rajendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang di kalangannya pun tahu. Berurusan dengan Keluarga Pramoedya sama saja berurusan dengan Keluarga Rajendra, vice versa.

"Lo masih kontakan sama Amora?" Ananta mendelik kaget. Amora itu teman SMA-nya yang begitu selesai sekolah langsung kuliah di Sydney. Ananta tidak dekat dengan perempuan itu, namun di beberapa kesempatan mereka memang pernah berbicara.

Andra gelagapan.

Oh, tenang. Alegra dengan senang hati membantunya menjawab. "Dia dijodohin, Ta, sama Amora."

Ananta benar-benar kaget sekarang. "Hah? Sama kayak kita?"

"Iya, sama kayak kita," jawab Alegra bangga.

"Ada apa sih sama pemikiran orang dewasa? Maksud gue, kenapa kita gak boleh nentuin pilihan kita sendiri? Kenapa mereka lebih mentingin keberlanjutan bisnis, memperbanyak harta, nama baik keluarga daripada kenyamanan anak sama cucu mereka sendiri?"

"Gak cuan, gak hidup, Ta," jawab Andra santai.

"Iya, gue tau. Tapi, kenapa aja gitu lho? Kenapa kakek gue sampai se-prepare itu ngerancang kematiannya dan nyeret Alegra masuk ke keluarga gue? Kenapa gak lo? Atau orang lain gitu maksud gue."

Kenapa gak lo? Hei, Ananta mau menukarnya dengan Andra?

"Itu sih gue gak bisa jawab, Ta. Hahaha. Urusan keluarga lo berdua. Sama kayak gue dan Amora juga. Ngomong-ngomong, Amora boleh join gak jadinya ke sini? Jadi reuni kecil gini kita anak-anak SMA Bhayangkara. Mumpung dia di Jakarta juga sih, nanti gue minta supir jemput Amora."

"Feel free, Dra. Ajak aja Amora ke sini," jawab Alegra.

Ananta menatapnya sinis. "Giliran soal mantan, gercep dia."

Kok jadi gue yang salah? "Lo lagi PMS, Ta? Sensi banget sama tunangan sendiri perasaan dari kemarin," balas Alegra.

"Siapa yang gak kesel? Gue gak bisa buka hape seharian waktu itu gara-gara lo! Malah apaan pake segala kodenya ulang tahun lo. Malesin tau gak?" protes Ananta.

Alegra cekikikan dalam hati walaupun ia yakin Ananta sudah mengganti passcode ponselnya menjadi tanggal lain.

Despite tanggung jawab dan kenyataan yang mereka bertiga emban, mereka hanyalah sekumpulan remaja berusia 21 tahun yang sebenarnya ingin sekali merasakan hidup normal.

From The StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang