***Happy reading.
Grep...!
Jaehyun tersentak, ia mendongak sedikit dan netra elang nya yang kini redup menangkap sosok yang benar benar sangat sangat ia rindukan, sosok yang membuat nya gila, sosok yang dengan lancang menghancurkan hidupnya, sosok yang bisa membuat ia mencintainya dengan sangat tulus, dan sosok yang membuatnya ingin mati karena kehilangannya.
"Menangislah.. tak apa, seorang pemimpin sekalipun juga perlu menangis.." ujar Taeyong berisik pada Jaehyun pelan
Jaehyun benar benar menangis di pelukan Taeyong, ia sangat lemah jika berhadapan dengan pria manis itu, bahkan di pertemuan mereka kemarin pagi ia hampir menangis, untunglah ia masih bisa menahan air mata yang ingin keluar membanjiri wajahnya.
Seumur hidup Jaehyun hanya di depan Taeyong lah sisi lemah nya muncul, entah mengapa Taeyong selalu bisa membuat menangis, tenang, dan sabar.
"K.. kau jahat.. kau meninggalkan ku, kau menghancurkan hidupku.." Taeyong mengangguk dan anggukan itu sangat terasa oleh Jaehyun
"Kenapa?.. kenapa kau mengingkari janji mu? Kenapa?.." entah apa yang harus Taeyong jawab, tapi sekarang lebih baik ia diam saja.
Keduanya tetap di posisi seperti itu hingga waktu yang lama, beberapa kali Jaehyun terus meracau di dalam dekapan Taeyong, Taeyong hanya diam sembari terus mendekap hangat Jaehyun yang akhirnya perlahan lahan mulai tenang.
Saat Taeyong sedang mengamati kamar Jaehyun yang sangat hancur itu, netranya tak sengaja menangkap sebuah botol kecil dengan tulisan yang masih bisa ia baca, 'Antidepressant drugs', tunggu?.. untuk apa Jaehyun mengkonsumsi obat seperti itu?..
Otak Taeyong terus berputar memikirkan semuanya hingga netra nya tak sengaja menangkap sosok Suho yang berdiri di depan pintu sembari tersenyum hangat kemudian berlalu pergi dan menutup pintu rapat.
Indera pendengaran Taeyong mampu menangkap suara gemuruh petir dan hujan di luar sana, bagai tau dua jiwa yang tinggal didalamnya sedang bersedih dunia pun ikut muram, sebagai tanda ia menurunkan hujan untuk menemani kesedihan kedua jiwa yang entah akan bersatu atau tidak..
Taeyong mengusap pelan surai Jaehyun, ia bersenandung kecil di tengah hujan dan petir yang saling bersahutan di atas sana,"Badai selalu datang.. tanpa di minta atau di minta, dunia ini rumit.. dunia ini menentang kita, mempermainkan hidup kita, maka dari itu aku tak suka ikut bermain bersama takdir karena ia selalu saja mencurangi ku.."
"Jika kita tak bisa bersatu, jika kita tak berjodoh, jika semua orang termasuk takdir menentang kita, dan jika takdir mencoba memisahkan kita apa yang akan kau lakukan?.." Taeyong tak berharap Jaehyun membalas ucap-
"Menantang dan melawan nya."
Itulah Jaehyun, tak memiliki takut meski terhadap takdir sekalipun.
•{Jaeyong}•
Taeyong melenguh pelan, mata bulat itu perlahan lahan mulai terbuka, Taeyong meringis kala ia merasa sesuatu menindih perutnya, saat ia menatap ke arah perutnya ada sebuah tangan yang bersarang disana, entah sejak kapan tangan itu bisa ada di sana Taeyong pun tak tau.
Dan jelas itu adalah tangan dari-
Jung Jaehyun.Taeyong berusaha menyingkirkan tangan Jaehyun sebab sarapan akan dimulai dalam satu jam dan ia harus bersiap siap untuk sarapan pagi, namun Jaehyun nampak tidak mau melepaskan tangan nya atau mengurai pelukan erat itu, seolah tak ada hari esok untuk bisa memeluk Taeyong.
"Emh... Jangan bergerak, aku mengantuk.." lenguh Jaehyun yang bukannya melepas pelukan itu malah semakin mengeratkan nya
"S.. singkirkan tangan mu, aku ingin mandi.." pinta Taeyong yang sama sekali tak di gubris oleh Jaehyun
Setelah beberapa kali mencoba, tetap saja tak ada hasil, ia terkurung bersama Jaehyun di dalam sini! Ia tak bisa keluar karena si keras kepala ini menahan nya di atas ranjang!..
Taeyong akhirnya menyerah dan merebahkan kembali tubuhnya kemudian menatap wajah Jaehyun yang nampak tenang, bagaimana? bagaimana bisa ia meninggalkan Jaehyun di tengah keterpurukan pria itu? Berat. Itulah yang Taeyong rasakan saat pikiran nya meminta nya pergi namun hatinya ingin terus tetap berada di dekat Jaehyun.
"Kembali padaku Lee.. apa sesusah itu?" Taeyong kaget saat tiba tiba Jaehyun berucap, apakah pria itu sedang mengigau?
"Kenapa diam? Jawab aku." Kini mata setajam elang itu bersitatap dengan mata Hazel bulat Taeyong yang masih sedikit terkejut sebab faktanya Jaehyun sudah bangun
Jaehyun melepas pelukannya kemudian menatap Taeyong yang terlihat masih terdiam,"belum cukupkah bagimu? Belum cukupkah 4 tahun ini kau menghancurkan aku?.. kau mengkhianati aku, kau membohongi ku.. kau tak berselingkuh, bajingan itu mengancam mu kan? Dia berharap dengan kau pergi meninggalkan ku dia bisa dengan mudah menghancurkan aku, namun dia salah besar, kehilangan mu malah membuatku semakin ingin memilikimu dan kehilangan itu menjadi sebuah pelajaran bahwa aku tak boleh melepas apa yang sudah tuhan berikan." Taeyong meneteskan air mata, bukan hanya itu alasan nya tak mau kembali pada Jaehyun..
"A.. aku kotor.. aku tak pantas bersama mu.. bedebah kotor seperti ku tak pantas ada di hidupmu.." Jaehyun menggertakan giginya, amarah kini melanda nya
"Kau pikir aku peduli? Tidak sama sekali, kau cacat sekalipun aku akan dengan suka rela menerima mu, aku berusaha tak membahas itu karena aku mencintaimu. Aku tak ingin kau teringat masa lalu kelam itu, aku tak peduli jika kau kotor, aku bisa membersihkan nya! Aku sudah mengurus binatang binatang itu, jika kau takut biar aku yang menggantikan mu melakukan itu." Apakah Jaehyun dari awal sudah tau semuanya? Darimana pria itu tau dan bagaimana bisa?..
"D.. darimana kau tau?" Dengan gugup Taeyong bertanya.
"Aku sengaja menaruh cctv kecil di sana untuk memantau mu, namun cctv itu malah membuat aku tau apa yang tak ku ketahui, Jika saja saat itu aku tak meletakan cctv mungkin sampai sekarang aku tak tahu apapun." Taeyong hanya diam tanpa menjawab, entahlah ia bingung harus menjawab apa.
"Kembali padaku. Aku tak meminta tapi memaksa, kau tak memiliki pilihan lain." Benar benar seorang Jung Jaehyun, keras kepala dan arogan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Underworld Leader (On going !)
Romance| BXB | JAEYONG | MALE PRGANAT | MAFIA | PEMBUNUH BAYARAN Ancaman paling besar bukanlah musuh mu ataupun orang terdekat mu. Ancaman paling besar bagi manusia adalah dirinya sendiri atau cinta yang ia miliki.. Jika seseorang berkata ia tak akan pern...