63 - Kiriman Surat

48 3 0
                                        

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ

Jangan lupa vote sama komentarnya yaa!

Happy reading

***

Tin! Tin!

Suara klakson motor membuatku mengalihkan pandangan. Tampak seorang laki-laki yang mengenakan jas almamater yang sama denganku.

"Ngagetin wae kamu." Aku mengelus dada karena terkejut dengan kemunculannya.

"Bareng aja yok! Kasian tuh kakinya," tunjuk Farhan ke arah kakiku.

"Dih, apaan sih? Udah biasa juga. Duluan aja sana!"

"Kamu ini aku udah berbaik hati malah nolak. Kesempatan gak dateng dua kali loh." Farhan menaikturunkan alisnya.

"Gak usah sombong juga kali. Udah sana duluan aja. Malu aku kalau keliatan siswa boncengan sama cowok,"

"Ya udah deh, aku duluan ya. Good bye!" Farhan melajukan kembali motornya dan membiarkanku jalan sendirian. Lagipula jarak menuju sekolah pun sudah dekat. Jadi nanggung sekali jika harus naik motor. Aku pun berpapasan dengan Indah yang sedang membonceng Nadia.

Setibanya di sekolah, aku langsung menuju ke ruang BK. Tiga temanku sedang berbincang mengenai laporan akhir kegiatan magang dan laporan individual. Waktu terasa begitu cepat dan kegiatan magang ini akan segera selesai.

Aku akan memasuki zona baru, yaitu zona mahasiswa semester akhir. Di mana banyak tugas yang akan menanti. Mulai dari KKN dan penyusunan skripsi. Aku bahkan belum terpikirkan mau meneliti tentang apa dalam skripsi.  Sudahlah, sekarang fokus dulu ke tugas akhir magang dan persiapan untuk KKN nanti.

"Setengah dari laporan kelompok udah disusun nih. Gimana sama laporan individual kalian?" Nadia membuka suara.

"Aman, Kak. Tinggal dikit lagi," jawabku mantap.

"Punyaku juga aman, cuma yaa biasa kendala sama keyboard tulisan arabnya. Tapi it's oke lah," sambung Indah pula.

Farhan masih diam saja di saat yang lain menjawab. Mungkin dia masih kebingungan dengan laporan individual miliknya. Entah bingung dengan modul ajar yang tidak henti ia revisi.

"Heh? Kok bengong? Sariawan kamu ya?" tanyaku sambil menyenggol lengan Farhan.

"Kagak, laporanku aman aja. Cuma itu guru satu ribet bangett pake segala harus revisi modul ajarnya. Bilang doang ngarahin enggak. Kan kesel!" umpat Farhan.

"Kamu kenapa gak bilang sih, Han? Kita kan satu kelompok. Siapa tau kita bisa bantu. Iya, kan?" Nadia melirik ke arahku dan Indah.

"Iya da kita teh bukan mahkluk gaib yang enggak keliatan atuh," sewot Indah.

"Serah! Kamu tiap aku mintain bantuan juga, bentar ya lagi sibuk. Aduh laporanku juga belum selesai. Banyak alesan huu!" Farhan mencibir. Sementara yang dicibir malah mendelik malas.

"Kan masih ada aku, Han," kataku pelan.

Farhan menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan tersenyum kikuk. "Gak enak kalau minta bantuan ke kamu. Kamu juga pasti sibuk."

"Ah, enggak juga. Padahal aku semalem free karena RPP dua pertemuan udah selesai,"

Farhan tak berkata apa-apa lagi ia mengeluarkan laptop dari tas dan rencananya ia akan membuat laporan individual miliknya. Untuk modul ajar nanti akan ia serahkan kepada guru mata pelajaran yang ia ampu. Sekaligus menanyakan apakah ada yang harus direvisi lagi atau tidak.

Senja Bersamamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang