Bab XX

779 24 0
                                        


"Bagaimana pekerjaan mu hari ini?" Tanya cesar sekedar basa basi. Setelah menunggu lama, akhirnya amera selesai juga dari pekerjaan nya. Walaupun wanita itu tampak tak suka melihat cesar di depan kantor nya, namun cesar berpura-pura tidak tahu.

"Semuanya baik-baik saja, ngomong-ngomong apa mobil ku sudah selesai di perbaiki?"

Amera merasa tak enak jika cesar terus mengantar dan menjemput nya, pria itu tentu punya kesibukan nya sendiri jadi sebaik mungkin amera tak ingin mengganggu nya. Apalagi jika jarak antara kantor nya dan juga kantor cesar tak sejalan, jadi setelah mengantar amera cesar perlu putar balik untuk pergi ke kantornya. Dan itu tentu membuang banyak waktunya.

"Kenapa kau menanyakan nya?"

"Tidak ada, emang nya aku tidak boleh bertanya."

Apa wanita itu memang tidak mau bersamanya dalam satu ruang? Pikir cesar sedikit kesal. Padahal ia bersusah payah memikirkan cara untuk membuat amera bisa menerima tawaran nya tapi wanita itu malah bersikap seolah-olah tak suka bahkan terkesan terpaksa. Walaupun sebenarnya amera memang terpaksa melakukan nya tapi tak bisa kah ia duduk diam saja, batin cesar dengan geram.

"Ya mobil nya sudah bagus, sudah deno perbaiki di bengkel jadi tidak ada masalah lagi."

"Kau yakin tidak akan ada masalah lagi?"

"Tentu saja aku sudah memeriksa nya sendiri," Kata cesar dengan begitu yakin. Padahal ia hanya berbohong, mana ada cesar memeriksa mobil amera bahkan ban yang ia katakan bocor saja adalah kebohongan yang sengaja cesar buat agar amera bisa bersama nya walau hanya sedikit waktu.

Cesar mendeham. "Aku tadi bertemu dengan arnold di depan kantor mu."

Mata amera seketika melebar menatap cesar. "Oh benarkah, jadi kau mengenalnya?"

"Tentu saja, tapi tadi dia mengatakan bahwa dia habis bertemu dengan pacarnya." Masih tampak serius cesar mengatakannya, bahkan detak jantung nya berdebar kala ia mengungkapkan kalimat demi kalimat.

"Ya, dia kekasih sahabat ku. Kenapa?"

Cesar mulai bernapas lega kemudian kembali merekah seutas senyum tipis nya. "Tidak ada."

Bukan kah sikap cesar menjadi lebih sangat aneh, bahkan amera saja menyadari nya. Mata nya memicing ke arah cesar yang masih fokus ke depan dengan senyum nya yang terus merekah.

"Kau jadi sangat aneh, apa kau berpikir bahwa arnold adalah kekasih ku?" Tebak amera. Namun sayang nya tebakan nya itu benar, cesar bahkan sampai terkejut mendengar nya. Tadi nya ia berpikir bahwa arnold adalah pria yang amera temui beberapa minggu yang lalu saat di restaurant. Jika memang iya, cesar sudah siap memukul wajah si arnold. Namun sayang sekali ia salah orang, untung saja tadi ia tak langsung memukul wajah si arnold, bisa berabe nanti.

"Te-tentu saja tidak, kenapa kau berpikir seperti itu."

"Tentu saja itu karena kau terus saja mengungkit pria yang ku temui di restaurant minggu lalu. Kau pasti berpikir bahwa arnold lah pria itu, namun sayang nya tebakan mu itu salah."

"Lagipula aku dan dia hanya sebatas teman, tak lebih. Jadi jangan mencoba menuduh ku jika kau tak punya bukti. Lagipula perselingkuhan hanya di lakukan oleh orang rendahan saja, dan aku tak punya waktu untuk itu,aku juga tak ingin jadi bagian orang rendahan itu," tambah amera sambil merasakan angin malam yang menerpa kulit putih nya dari balik jendela mobil yang setengah terbuka.

Cesar menelan ludah dengan kasar, apa amera sengaja menyindir nya? Batinnya dalam benak. Ia berharap bahwa itu bukan di tunjukkan padanya walaupun sebenarnya ia sudah melakukan kesalahan tersebut. Namun tak bisakah ia memulai yang baru?

his farewell attempt (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang