Bab XXI

691 28 0
                                        

_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________


Pagi ini amera tak pergi bekerja, izin katanya. Soal nya kaki nya masih sakit karena terkilir malam tadi, walaupun cesar sudah mengoleskan salep tapi tetap saja masih belum pulih bahkan ia juga bersikeras untuk menyuruh amera tetap di rumah. Setelah cesar pergi ke kantor, amera bersantai di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Nyonya sepertinya tuan meninggalkan flasdisk penting nya," ucap seorang pelayan menghampiri amera seraya menyerahkan sebuah flasdisk yang ia dapat di ruang kerja majikan nya ketika sedang bersih-bersih.

Dilihat oleh amera flasdisk itu, lalu di sambung kan ke laptop miliknya yang berada di samping. Dan ternyata itu berisi dokumen draf kerja milik cesar yang tampaknya begitu penting.

"Aku akan mengantar ini ke kantornya," ucap amera bangkit dari duduk nya dengan bersusah payah. Pelayan yang melihat itu segera memapah amera untuk membantunya.

"Nyonya tidak usah pergi, biar nanti pak deno saja yang antarkan. Kebetulan saya punya nomor telepon nya."

"Kalau begitu hubungi dia sekarang."

"Baik nyonya."

Beberapa menit menunggu deno amera malah menangkap sosok cesar yang baru turun dari mobil nya. Mata amera memicing berharap bahwa apa yang ia lihat itu tidak salah, dan ya itu memang cesar.

"Aku meninggalkan sesuatu yang penting," ujar cesar ketika berhadapan dengan amera. Sedangkan wanita itu saling melempar pandang kepada pelayan yang berada di sebelah nya.

"Maksud mu ini?" Tanya amera menyerahkan flasdisk nya pada cesar kemudian di ambil oleh pria itu.

"Ya ini sangat penting."

"Aku tadi sudah menelepon deno, kupikir dia yang akan kemari," ujar amera.

"Aku tahu itu." Cesar meletakkan flasdisk ke dalam saku celana. "Tapi aku ingin mengambil nya sendiri."

"Kau masih sakit, jangan banyak bergerak. Soal begini kau bisa telepon aku."

"Baiklah tapi ini hanya luka kecil bukan masalah bagi ku, lagipula aku juga di bantu oleh pelayan di rumah jadi kau tak perlu khawatir begitu."

Cesar mengulum bibir nya sambil menatap kaki amera yang sakit. "Kalau begitu kau terus jaga nyonya, jangan biarkan dia banyak bergerak atau nanti luka nya tambah parah," ujar cesar menatap kepada pelayan yang berada di samping amera.

Amera sungguh merasa muak, padahal baginya itu hanya lah luka kecil tapi cesar malah menganggap nya seolah-olah luka yang besar. Amera memutar bola mata dengan malas.

"Jangan berlebihan, aku tidak apa-apa. Nanti juga akan sembuh."

Pria itu menghela napas, "Baiklah tapi tetap saja kau harus berhati-hati, kalau begitu aku pergi kerja dulu."

Cesar semakin mendekat ke arah amera mengikis jarak antar keduanya kemudian merunduk hingga bibirnya berada di depan kening amera.

Cup.

Satu kecupan mendarat di kening wanita itu, bahkan amera sampai terkejut mendapati tingkah cesar yang tidak biasa.

"Ap-apa yang kau lakukan?!" Seru amera dengan terbata-bata, wajahnya memerah padam karena malu sedangkan cesar malah terkekeh senang melihat raut wajah wanitanya.

"Aku pergi dulu, nanti siang aku pulang lebih awal," bisik cesar kemudian melangkah pergi meninggalkan amera yang masih membeku di sana.

"Apa dia itu sudah tidak waras?" Gerutu amera dengan sedikit kesal. Pelayan yang sedari tadi melihat tingkah keduanya hanya bisa menahan senyuman nya.

"Tuan memang begitu nyonya, dia pria yang hangat tapi semenjak tuan elio meninggal tuan jadi berubah menjadi dingin. Tapi kami senang karena tuan sudah kembali seperti semula."

Amera mengerutkan dahinya, ia tak tahu siapa itu elio. Bahkan cesar juga tidak pernah cerita kepadanya tentang seseorang yang bernama elio. Dan mengapa pelayan itu mengatakan seperti itu, memang sepenting apa elio itu bagi cesar.

"Elio itu siapa?" Tanya amera penasaran, hanya sekedar penasaran saja.

"Nyonya tidak tahu?" Amera menggeleng ketika pelayan itu bertanya padanya. Pelayan itu sadar kalau seharusnya ia tak mengatakan sesuatu yang tidak boleh ia katakan dengan begitu saja.

"A-anu nyonya, saya mau ke dapur dulu ada yang mau saya kerjakan," pamit pelayan itu meninggalkan amera yang masih duduk di sana. Bahkan ia merasa aneh dengan pelayan itu yang tiba-tiba saja pergi tanpa menjawab pertanyaan nya, mungkin tak seharusnya ia bertanya namun rasa penasaran ini terus saja menghantui nya. Tanda tanya muncul dalam benak nya, memang seberapa penting orang bernama elio itu bagi cesar bahkan sampai membuat cesar berubah.

"Apa yang sebenarnya kau sembunyi kan dari ku?" Monolog amera.

_________

"Saya rasa desain nya oke bahan nya juga bagus, bulan depan di awal desember sudah akan dipastikan bahwa brand nya akan launching di bulan-"

Tok....tok....

Kamar amera diketuk oleh cesar, dan karena pintunya tidak di kunci cesar masuk begitu saja ke dalam kamar amera sambil membawa semangkuk salad buah.

"Aku membawakan mu salad, tadi pelayan bilang kau ingin makan ini bukan?" Cesar menaruh nya di sebelah amera kemudian menjelajah isi kamar amera. Padahal wanita itu sedang meeting tapi cesar malah mengganggu nya, sengaja atau tidak tapi itu membuat amera jengkel. Jadi ia biarkan saja cesar kemudian kembali melanjutkan meeting nya.

"Akan launching di bulan desember, nanti kita juga bisa meng-impornya ke luar negeri. Seperti-"

"Kenapa kau tidak membuka gorden nya?" Tanya cesar menyingkap gorden yang tadi nya amera sengaja tutup agar tidak terlalu silau.

"Aku sedang meeting tak bisakah kau tak mengganggu ku sebentar?" Tanya amera dengan kesal sambil menutup matanya karena silau.

Cesar berbalik kemudian mendekat ke arah amera. "Kalau aku tak menganggu mu kau pasti tak akan makan. Jadi ayo makan dulu," bisik cesar.

"Cesar aku sedang-"

"Lupakan tentang pekerjaan mu, sehari tak bekerja tak akan membuat mu bangkrut. Lagipula kau istri dari seorang cesar harland, kau tak perlu bekerja begitu keras hanya tinggal duduk diam saja apa susah nya."

Amera menghela napas. "Maaf semuanya meeting hari ini sampai disini saja besok kita lanjutkan lagi," ucap amera mematikan macbook nya dan menaruh nya di samping.

"Akan aku katakan pada mu cesar, aku bukan lah wanita yang hanya tinggal duduk diam saja seperti pengemis. Duduk diam dan hanya meminta uang kepada suami, aku tak ingin. Kalau bisa aku ingin bekerja saja, mencari uang dari hasil jeri payah kita sendiri itu lebih baik."

"Aku mengerti kalau kau sangat memprioritaskan karir mu, aku juga tidak akan melarang nya, tapi jangan sampai kau lupa menjaga kesehatan mu. Kata pelayan kau belum makan apapun."

Amera menghela napas. "Oh baiklah, aku akan makan sekarang okey? Tapi jangan ganggu aku lagi."

"Ya, tapi aku tidak akan janji," Kata cesar mengangkat bahunya dengan senyum tipis.

"Cesar."

Terkekeh cesar melihat raut kesal wajah istrinya, sangat imut bahkan ia ingin mencubit pipi amera tapi ia tahan niat nya itu. "Oh baiklah."

his farewell attempt (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang