Mora merasakan sesuatu tengah membelai pipinya dengan lembut. Matanya tetap tidak ingin dia buka, Mora yakin bahwa itu adalah Arya.
"Sorry Mora. Maaf jika aku melukai dirimu kembali." Lirih Arya lembut. Mora tersentuh mendengarnya, seakan-akan Big babynya sudab kembali untuknya. Ia merindukan suara lembut itu tanpa ada tegasan dalam nadanya sedikitpun.
"Aku tau kau tidak tidur Mora. Buka matamu." Kembali ke mode dingin dan tegas. Sangat membingungkan bukan? Mora mengumpat dalam hati melihat perubahan drastis yang ditunjukan oleh Arya.
Takut-takut Mora perlahan membuka matanya. Ia kikuk melihat Arya sangat dekat denganya saat ini. Jaraknya tak lebih dari 1 meter, pria itupun tengah menatapnya dengan dingin.
"Ehem, Saya minta maaf sudah membuat pegawai saya sampai terluka dan masuk rumah sakit. Sebagai tebusannya, saya akan merawat pegawai saya hingga sembuh total." Tuturnya dengan dingin namun begitu tulus. Arya tidak bisa menunjukan seberap cemasnya ia sekarang, walaupun hanya luka kecil. Shock berat yang menimpa Mora semakin membuatnya merasa bersalah dan khawatir.
"Tidak perlu Tuan. Sepertinya saya sudah sangat sehat untuk menjalanin aktivitas saya sekarang. Berikan saja saya izin untuk pulang Tuan." Ujar Mora dengan tegas. Ia ingin pulang sekarang, lingkungan disini sangat asing untuknya. Pria itu tidak pernah menampakan batang hidungnya selama dua hari ini. Kemunculannya membuat Mora kebingungan melihat sifat Arya yang bisa berubah-ubah.
Arya mengernyit tak suka mendengarnya, ini pertama kalinya gadis pujaannya berada didekatnya. Arya bisa melakukan apapun jika kewarasannya tidak terkendali. Ia ingin Mora lebih lama berada disampingnya. Ia sangat merindukan gadis itu, rindu akan pelukan serta belaiannya yang membuat Arya merasa tenang dan disayangi.
"Kau belum sepenuhnya sembuh Mora. Jangan egois, pikirkan kesehatanmu. Saya tidak suka pegawai yang sakit-sakitan." Tukasnya dengan berat. Ia memilih berlalu dari kamar Mora, Arya takut jika ia lebih lama duduk disana. Gadis itu akan memintanya untuk pulang kerumahnya. Arya masih ingin berada didekat Mora tanpa halangan apapun.
"Dasar pria pemaksa, gue benci banget sama lo Arya! Lo bukan Renan gue lagi, Fuck you!" Ujar Mora frustasi, sangat menguras tenaga berdekatan dengan manusia dingin itu.
Sedangkan Arya belum pergi, ia masih berdiri didepan kamar Mora. Pria itu tersenyum geli mendengar sungutan frustasi dari Mora. Ingin sekali ia mengabulkan umpatan Mora. Jika Mora tau, Arya masih tetap Renan-nya yang dulu, Arya masih tetap bayi besar yang sangat disayangi oleh Mora dulu. Hempasan pintu kamar mandi membuat Arya kembali berjalan menjauh menuju ruang kerjanya.
Arya sengaja bekerja dari penthousenya. Kabar yang ia dapat dari Pras tadi pagi membuatnya harus berkurung disini sampai keadaan kembali kondusif. Musuh Arya masih gencar mencari Direktur misterius yang memegang kendali Widjaya Group.
Biarlah para musuhnya memasuki perangkap rencananya untuk mengungkapkan siapa dalang dibalik kecelakaanya dulu. Satu nama melekat diotaknya, ia yakin pria tua itu dalang dari segalanya. Hanya dia yang selalu menentangnya dalam hal apapun hingga karirnya redup karena sinar dari Arya yang mampu mengelola Widjaya Group saat usia masih remaja.
*****************
Ditengah dinginnya malam, seorang wanita cantik dan seksi menerobos kedalam rumah yang amat megah. Ia sangat merindukan putra semata wayangnya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan putranya. Rumah ini pun masih tampak sama, tidak ada perubahan sedikitpun.
"Maaf Nyonya, Tuan Arya tidak mengizinkan siapapun untuk menemui Tuan muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY MAN
RomanceAlmora Scruff seorang mahasiswa yang mungil dan cantik. Semua pria tergila-gila dengan keunikan yang di dimilikinya. Mora sama sekali bukan gadis yang mudah jatuh cinta. Pribadi nya tidak sama seperti kebanyakan gadis lainnya. Aryanda Renandi Wid...