Bab 14: Pilihan yang Menentukan

6 4 0
                                    

Langit di atas mereka seakan tak berujung, dengan bintang-bintang yang melayang bebas, tak terikat hukum alam mana pun yang pernah mereka ketahui. Harry, Ginny, dan Hermione berdiri di sebuah dataran luas yang tampak seperti campuran antara mimpi dan kenyataan. Di kejauhan, mereka melihat bayangan yang tampaknya tak berwujud, melayang perlahan, membentuk jalur yang harus mereka ikuti.

Harry melangkah maju, memandang teman-temannya dengan raut wajah yang tegas namun diliputi kegelisahan. "Kita tak punya banyak waktu. Di tempat ini, apa pun bisa berubah dengan cepat."

Ginny menatap Harry dengan penuh keyakinan, mengangguk pelan. "Kita akan hadapi apa pun yang ada di depan. Asal bersama, kita bisa melaluinya."

Hermione mengangguk pula, tetapi wajahnya mengisyaratkan pemikiran yang dalam. Ia merasa bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar mengembalikan waktu. Mereka mungkin telah memulai sesuatu yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

Mereka mulai mengikuti jalur bayangan itu, berjalan perlahan tetapi mantap. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah tempat ini mencoba menahan mereka, menuntut pengorbanan. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah ruang kosong yang dikelilingi oleh pilar-pilar besar berukir. Di tengah ruangan, tampak sebuah cermin besar yang berkilau aneh di bawah cahaya bintang.

"Ini..." Hermione memandang cermin itu dengan mata terbelalak. "Cermin ini mirip seperti Cermin Tarsah, tapi... berbeda. Cermin ini tak hanya menunjukkan keinginan terdalam. Cermin ini memperlihatkan apa yang hilang dari kita."

Ginny mendekat, menyentuh permukaan cermin yang terasa dingin. Begitu jari-jarinya menyentuh permukaan kaca, bayangan di cermin bergetar. Perlahan-lahan, sebuah gambar muncul: dirinya dan Harry duduk di padang rumput, tertawa bersama. Tapi yang membuatnya terkejut, dirinya dalam bayangan itu tampak jauh lebih tua, dengan garis-garis halus yang mengisyaratkan kebahagiaan dan kedamaian yang bertahun-tahun. Namun, pada sisi lain, sosok Harry terlihat pudar, seakan-akan tidak seutuhnya hadir.

“Apakah ini masa depan yang kita inginkan?” gumam Ginny, menatap Harry yang berdiri di sisinya. "Apakah kita akan selalu bisa bersama... atau ini hanya ilusi?"

Harry mendekat, memperhatikan bayangan itu dengan sorot mata yang sayu. "Aku tak tahu, Ginny. Tapi aku tahu satu hal: aku tak akan melepaskanmu, apa pun yang terjadi."

Hermione menyentuh cermin itu juga, dan bayangan di dalamnya berubah lagi. Kini mereka melihat sosok-sosok lain orang-orang yang pernah mereka cintai dan kini sudah tiada. Sirius, Fred, Dumbledore, dan banyak lainnya. Mereka semua berdiri di balik cermin, menatap mereka dengan pandangan yang tidak dapat dijelaskan, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu.

Seketika itu juga, suara Penjaga Waktu terdengar, menggema di dalam ruangan.

“Waktu kalian hampir habis. Apa yang kalian inginkan berada di depan kalian. Tapi untuk mendapatkannya, ada harga yang harus kalian bayar.”

Harry, yang kini memegang erat tangan Ginny, menghadap cermin itu dengan teguh. "Aku sudah memutuskan. Aku ingin mengubah takdir Ginny. Aku tidak bisa membiarkan dia mati dalam perang itu."

Penjaga Waktu muncul di hadapan mereka, dengan tatapan yang tajam. "Maka, siaplah untuk kehilangan sebagian dari dirimu sendiri, Harry Potter. Karena, dengan mengubah takdir Ginny, kau telah mengubah dirimu juga."

Hermione menatap Harry, lalu Ginny, dan merasa mereka semakin mendekati keputusan yang berat. "Harry... jika kau melakukan ini, segalanya akan berbeda. Bahkan mungkin kau sendiri akan berubah, tak seperti yang kami kenal. Kau harus siap menghadapi semua konsekuensinya."

Harry memandang sahabatnya dan gadis yang dicintainya. "Aku paham, Hermione. Tapi aku tak bisa kembali ke dunia yang kehilangan Ginny. Itu bukan pilihan bagiku."

Penjaga Waktu mengangkat tangannya, dan cermin itu tiba-tiba berpendar dengan cahaya terang. “Maka, dengan ini, takdirmu akan diubah. Kau akan kembali ke masa yang telah kau inginkan. Tetapi ingat, dunia ini tak akan sama lagi bagimu, Harry Potter. Kau mungkin tak akan mengingat seluruh perjalanan ini.”

Cahaya semakin menyilaukan, hingga Harry merasakan seluruh tubuhnya tersedot ke dalam pusaran yang kuat. Suara Ginny dan Hermione menghilang, dan semua kenangan seolah-olah terlepas dari ingatannya, satu per satu.

---

Ketika Harry membuka mata, ia berdiri di sebuah koridor Hogwarts yang ia kenal dengan baik. Seolah baru saja terbangun dari mimpi, ia merasa sedikit pusing, tetapi tempat ini jelas nyata. Ia mendapati dirinya berada di masa sebelum perang, saat Ginny masih hidup, saat mereka semua masih bersama.

Dia melihat Ginny berjalan di ujung koridor, tertawa bersama beberapa teman-temannya. Harry merasa hatinya berdebar keras. Semuanya terasa seperti kesempatan kedua yang ia dambakan, namun ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya, seperti kenangan yang tak dapat ia jangkau.

Tanpa ragu, ia berjalan mendekatinya, mengulurkan tangan untuk menyentuh bahunya. Ginny menoleh, tersenyum dengan tatapan penuh kehangatan.

“Harry! Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya, terdengar seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi.

Harry tersenyum, meski dalam hatinya ada perasaan hampa yang tak bisa ia jelaskan. Tapi saat melihat wajah Ginny, ia tahu bahwa ia telah mengambil keputusan yang benar. Di dalam hatinya, ia merasa bahwa perjuangan yang ia lewati, meski samar dalam ingatannya, semuanya demi momen ini.

"Tak ada apa-apa, Ginny," jawabnya pelan, tersenyum. "Aku hanya merasa ingin berada di dekatmu."

Saat mereka berjalan menyusuri koridor bersama, Harry menyadari bahwa meskipun ia mungkin tak lagi mengingat setiap perjalanan yang telah ia lakukan, ia telah memperoleh sesuatu yang berharga: kesempatan untuk tetap berada di sisi Ginny.

Dan mungkin, di dalam dirinya, ia tahu bahwa itu adalah harga yang pantas untuk segala yang telah ia korbankan.

Tbc

Harry Potter Dan Mesin Waktu (Hinny) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang