.
.
.
.
.
30 menit berlalu akhirnya dokter keluar dari ruangan tersebut, dan mereka bertiga segera menghampiri sang dokter.
"dok gimana dok" tanya rey
"rey maaf.. kondisi pasien sekarang kritis, kanker yang di derita oleh pasien sudah tahap stadium akhir, saya sudah peringatkan kepada pasien untuk cepat mengambil tindakan operasi tetapi kita berdoa saja supaya keajaiban berpihak kepada pasien, kalau begitu saya permisi" setelah mengatakan itupun sang dokter pergi, mereka terdiam dan bingung harus melakukan apa. bagaimana dengan bela dan cindy? tentu mereka syok. kanker? stadium akhir? sejak kapan bu vera mengidap penyakit tersebut dan tampaknya reyhan sudah mengetahui hal tersebut.
"rey?" ucap bela yang melihat reyhan mulai meneteskan air mata.
"rey lo tau ini kan?" sambungnya.
"g-gue gue " ucapnya terbata-bata tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya dan ia hanya mengangguk.
"sejak kapan? kok lo ga bilang kita, kita sahabatnya key loh rey hal besar kaya gini lo sembunyiin dari kita?, bahkan dari key.." ucap bela lirih di akhir kalimatnya.
"gue juga bingung bel jujur gue takut" ucap rey sambil menggigit bibir bawahnya."gue juga tau nya sekitaran semingguan yang lalu, disitu gue kaget karena gue liat ibu konsultasi sama temenya bokap gue om eric yang notabennya spesialis kanker otak. disitu ibu langsung ceritain semuanya ke gue, dan dia juga titip key ke gue" reyhan menarik nafas panjang lalu kembali bercerita.
"diposisi gue saat itu gue benaran bingung banget, gue udah janji sama bu vera bakal ga kasih tau key tentang penyakitnya ini karena dia ga mau membebankan pikiran key yang bentar lagi mau ikut lomba, gue juga udah tawarin ibu biar gue yang biayain operasinya tapi dia nolak, gue bingung gue bener bener ga tau harus apa" kini reyhan benar benar menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. akhirnya ia bisa menceritakan hal ini setelah beberapa hari ia tahan.
bela yang melihat pacar sahabatnya itupun mulai mengerti dan mengelus punggung rey.
"rey gue ngerti posisi lo, tapi gimana sama key? dia berhak tau keadaan ibunya sekarang. gue tau lo udah janji sama ibunya tapi lama kelamaan key pasti akan tau"
"kita kasih tau key nya abis dia selesai lomba aja" cindy yang hanya diam sedari tadipun akhirnya berbicara.
"ibunya ga mau key keganggu lombanya kan? yauda kita kasih tau abis key lomba aja."
cukup lama mereka menunggu dirumah sakit dan tiba tiba seorang suster keluar dari ruangan bu vera berlari dari ruangan keluar ruangan tersebut, kemudian ia kembali dengan dokter dan beberapa suster lainnya. Rey, bela dan cindy pun ikutan panik, apa yang terjadi didalam.
"dokter eric sebentar, ada apa dok" tahan rey saat dokter eric akan memasuki ruangan bu vera.
"bentar ya rey keadaan pasien sangat kritis biar saya tangani terlebih dahulu" jawab sang dokter lalu pergi memasuki ruangan.
10 menit
15 menit
20 menit
akhirnya dokter eric keluar yang membuat mereka bertiga menunggu hasil bagaiamana keadaan ibu dari sahabatnya itu. mereka diam menunggu dokter eric berbicara.
"rey.." dokter menggelengkan kepalanya, yang membuat mereka benar benar membutuhkan penjelasan.
"dokter.." jawab eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in Sadness
Teen Fictionkenapa takdir yang aku alami sekejam ini, ketika aku ingin mewujudkan mimpiku aku kehilangan kedua orangtuaku. -key