written by; Sha
*
*
*
Fuck Buddies!
*
*
*
Disclaimer!
Tidak untuk pembaca dibawah umur!
Typo everywhere!
Abaikan time stamps!
*
*
*
ChanBaek!
******
"Gue di kamar 301, lo dimana?"
"Sialan! Gue di kamar 161!"
Asher dan Yifan mendesah berat, keduanya meremas kertas yang berisikan catatan tentang peraturan asrama itu. Lalu membuangnya asal ke lantai dengan raut kesal.
Kali ini pun mereka tidak mendapatkan kamar yang sama.
"Kan gue bilang, seharusnya lo minta ke Bu Hani, dia kan selalu nurut sama lo." Yifan menekankan bahwa Asher kali ini sudah salah mengambil tindakan, akibatnya mereka lagi-lagi dipisahkan.
"Gue udah bosen sama Bu Hani, lama-lama dia longgar. Lo aja sana yang rayu." Asher mendorong bahu Yifan kemudian melengos lebih dulu menuju kamarnya.
Yifan berdecak, Ia juga pergi ke arah berlawanan untuk menaiki tangga ke lantai tiga, tempat kamarnya berada.
Ini bukan karena mereka tidak bisa dipisahkan, tapi mereka muak karena selalu saja mendapat teman sekamar yang menjengkelkan.
Di tahun pertama, Asher satu kamar dengan mahasiswa bernama Yuda yang mempunyai sifat pendiam. Kamar asrama menjadi sangat sunyi. Bahkan jika ada semut lewat mungkin langkahnya bisa terdengar, saking sepinya kamar itu. Kesunyian itu membuat Asher sedikit sungkan untuk mengeluarkan suara, mereka juga tidak pernah saling bertukar sapaan selama satu tahun tinggal bersama. Kecuali saat pertama kali mereka bertemu, itupun karena Asher belum tahu bahwa Yuda adalah manusia patung. Bahkan Asher masih tidak tahu seperti apa suara milik Yuda sampai sekarang.
Sementara Asher mempunyai kehidupan yang sangat bebas. Dia suka mendengarkan musik keras, lalu pulang tengah malam dalam keadaan setengah mabuk, kebiasaan membuka sepatu dan melempar pakaian asal. Tidur mengorok jika lelah, lalu bertukar pesan dengan para kekasihnya sebelum tidur. Meskipun Yuda tidak pernah mengeluh dengan kebiasaan Asher itu, tapi itu justru membuat Asher merasa tertekan.
Dan di tahun kedua, Asher satu kamar dengan lelaki bernama Dion, sifat pendiamnya tidak berbeda jauh dengan Yuda, atau lebih parah. Jika Yuda hanya diam saja meskipun Asher bertindak seenaknya, maka Dion akan mengeluarkan kata-kata makian yang entah berasal dari bahasa planet mana. Selain itu, Dion juga tidak akan berpikir dua kali untuk mengadukan Asher pada ketua Asrama.
"Sial! Sial! Sial! Jangan lagi!" Asher mengusap wajahnya frustasi. Ia sudah berdiri di depan pintu kamar nomor 161 dengan perasaan tidak karuan.