written by; Sha
*
*
*
Fuck Buddies!
*
*
*
Disclaimer!
Tidak untuk pembaca dibawah umur!
Typo everywhere!
Abaikan time stamps!
*
*
*
ChanBaek!
*Ribby membatu setelah melihat Sean keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapih. Pakaian yang Sean ambil dan siapkan sendiri. Tadi seharusnya Ribby memeriksanya lebih dulu pakaian apa yang Sean pilih.
"Kenapa? Aku gak cocok pake baju kamu yang ini? Mau aku ganti?" Tanya Sean bingung melihat wajah melongo Ribby.
"Bu-bukan gitu.." Ribby bingung bagaimana menjelaskannya, karena kaos hitam panjang itu bukan miliknya, melainkan milik Asher.
Ribby lupa masih ada banyak barang Asher disini yang belum Ia kembalikan.
"Terus kenapa muka kamu kaya gak seneng gitu?"
"Sayang, kamu cocok pake baju apa aja." ucap Ribby. Sebaiknya Ia rahasiakan saja, toh Sean juga tidak akan tahu.
"Masa sih? Haha.. bisa aja kamu. Yaudah ayo, Mama kamu udah di bawah kan? Tadi aku lama yaa mandinya? Maaf."
"Gapapa, Mama juga belum lama sampe, ayoo.."
Keduanya turun ke bawah, Ribby dan Sean berjalan sambil bergandengan tangan.
"Tuan muda.." pembantu Ribby menatap keduanya dengan raut khawatir. Meski jaman sekarang berpasangan dengan sesama jenis sudah bukan lagi hal tabu. Tapi dia tahu keluarga Ribby masih berpikiran sedikit kolot.
"Mama dimana Bi?"
"Nyonya sudah di ruang makan, tuan muda."
Ribby melewati pembantunya itu dan berjalan ke dapur.
Mendapati sang Ibu tengah duduk di kursi makan dengan seorang pria di samping beliau.
"Hai, Ma.."
Yena Hanung Wijaya, wanita yang mempunyai rupa seperti Ribby itu menoleh dengan senyum, sebelum akhirnya senyum itu lenyap ketika melihat tangan yang saling menggenggam disana.
"Hai, om.. aku Ribby." Ribby duduk disebrang mereka, Ia juga menarik Sean.
"Hallo, Tante.. Om.. saya Sean."
"Dia pacar aku." ucap Ribby langsung.
Yena menekukkan alisnya dan menatap Ribby tajam. "Apa maksud kamu Ribby?"
"Apanya?" Ribby acuh.
"Hallo.. saya Bima, saya juga pacar ibu kamu." ucap lelaki dewasa disana. Wajahnya memang tampan dengan tubuh tinggi dan tegap.
Postur yang mirip seperti ayah kandung Ribby.
"Pfft.. jadi gitu." gumam Ribby. Tahu bahwa ibunya konsisten terhadap tipe pria. Mungkin yang satu itu, sifatnya menurun pada Ribby.
Karena Ribby juga hanya mengencani lelaki tinggi dan tampan.
Dan berpenis besar, tentu saja.
"Ribby, ikut Mama!" Yena bangkit dan pergi meninggalkan ruang makan.
Ribby mendengus, hendak berdiri namun Sean menahannya.