Pagi itu, Zean mengirim pesan pada Adel untuk mengajaknya keluar. Setelah beberapa kali mereka bertemu, Zean merasa inilah saatnya ia bisa lebih mengenal Adel, dan kali ini ia ingin menghabiskan waktu bersamanya dengan lebih santai. Ia berharap Adel menerima ajakannya, dan tak lama kemudian ponselnya bergetar dengan balasan.
---
Adel
"Boleh, Kak! Jalan-jalannya dimana?"
Zean
"Jalan-jalan di mall, gimana? Sekalian kita refreshing. Saya jemput ya?"
---
Adel menyetujui, dan Zean pun tersenyum. Sorenya, ia menjemput Adel, dan mereka meluncur menuju mall di tengah kota. Sesampainya di mall, Zean memperhatikan senyum Adel yang lepas saat ia melihat deretan toko-toko yang ada di dalam mall.
"Aku lama nggak ke mall Kak Zean" kata Adel sambil tertawa kecil. "Selalu asik sih kalau jalan-jalan di sini."
Zean tersenyum hangat. "Kalau gitu, kita manfaatin momen ini. Bebas mau lihat-lihat atau beli apa aja, pokoknya santai aja."
Mereka mulai berkeliling, dan Zean mengamati Adel yang tampak ceria menelusuri toko-toko pakaian, sepatu, hingga aksesoris. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Adel yang tampak begitu menikmati momen mereka saat ini.
"Adel, tas ini kelihatannya bagus" Zean berkata sambil menunjuk sebuah tas yang ada di salah satu toko.
Adel menoleh dan tersenyum. "Iya, bagus. Tapi aku nggak bawa uang cukup buat beli yang ini, Kak."
Tanpa pikir panjang Zean membawa tas itu, ia segera mengeluarkan kartu kreditnya dan menyerahkannya pada kasir. Adel terkejut melihat tindakan Zean yang spontan.
"Kak Zean, aku tadi cuma bilang bagus loh. Nggak usah repot-repot..." ucap Adel, sedikit malu-malu.
Zean tertawa pelan. "Nggak apa-apa, anggap aja hadiah kecil dari saya. Saya senang bisa beliin kamu sesuatu."
Adel tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dari sana mereka melanjutkan belanja, dengan Zean yang beberapa kali tanpa ragu membayar barang-barang yang Adel lihat. Baginya, ini adalah caranya menunjukkan perhatian pada gadis itu.
Setelah beberapa jam berkeliling, mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah kafe dalam mall. Sambil menikmati minuman mereka, Zean dan Adel mulai berbincang tentang masa SMA mereka, pekerjaan Zean, dan juga rencana-rencana Adel untuk masa depannya.
Mereka tertawa, hingga tiba-tiba ponsel Zean berdering. Di layar, terpampang nama "Bunda." Zean segera mengangkat panggilan itu.
"Halo, Bun? Ada apa?" Zean berbicara lembut pada ibunya.
"Zean, kamu masih di mall? Bunda nitip makanan yang kebetulan ada di sekitar mall. Bisa sekalian kamu bawa pulang nggak?" tanya Shani.
"Bisa, nanti Zean bawain. Emangnya apa yang Bunda pesan?" jawab Zean sambil menatap Adel, yang tampak penasaran dengan siapa Zean sedang berbicara.
Setelah mendapatkan detail pesanannya, Zean menutup telepon dan tersenyum pada Adel. "Ada titipan dari Bunda saya. Karena rumah saya searah jalan pulang kamu. Gimana kalau kita mampir sebentar dulu, baru nanti saya akan antar kamu pulang, bagaimana?" tanya Zean sambil menatap Adel yang tampak sedikit terkejut, namun tetap mengangguk setuju.
"Oh, nggak apa-apa kak. Sekalian mau lihat rumah Kak Zean kayak gimana" jawab Adel sambil tersenyum.
Begitu mereka sampai di depan rumah Zean, Zean membawa barang-barang titipan bundanya. Saat membuka pintu, ia melihat Bundanya, Shani, tengah duduk di ruang tamu bersama Ayahnya, Gracio, yang sedang membaca koran. Christy, adik Zean, juga ada di sana, tampak asyik bermain ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Soulmate (ZeeDel) ✔
FanfictionDi balik kemegahan gedung kantor yang menjulang, ada satu sosok yang berdiri di puncak kesuksesannya, Zean Alvaro. Namanya dikenal sebagai CEO muda yang berprestasi, pemimpin yang disegani, dan figur yang dihormati. Di usia tiga puluh tahun, ia suda...