Pagi hari setelah kemarin Zean membawa Adel ke rumahnya, Zean merasa hatinya lebih ringan dari biasanya. Ia masih teringat jelas bagaimana Adel tersenyum pada keluarganya dan bagaimana ia mengungkapkan perasaannya pada Adel, meskipun sedikit canggung. Pagi ini, Zean terbangun dengan perasaan yang berbeda. Biasanya, dia akan langsung terfokus pada pekerjaan, tetapi entah mengapa kali ini, pikirannya lebih sering melayang ke wajah Adel.
Setelah sarapan, Zean duduk di ruang kerjanya, membuka laptop untuk mengecek beberapa email yang belum sempat dia baca. Namun, tidak bisa dipungkiri, pikirannya terus teralihkan. Tanpa sadar, ia meraih ponsel dan membuka aplikasi pesan. Ada pesan dari Adel yang baru saja masuk.
---
Adel
"Pagi Kak Zean! Terima kasih ya kemarin udah ngajak aku jalan-jalan. Oh iya kak, aku senang banget bisa kenal sama keluarga Kak Zean. Semoga bisa sering ketemu lagi."
---
Zean membaca pesan itu berkali-kali, senyum kecil terbentuk di wajahnya. Ia merasa senang bisa menerima pesan itu, meskipun belum sempat membalasnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung membalas pesan Adel.
---
Zean
"Pagi, Del! Saya juga senang bisa habisin waktu sama kamu kemarin. Keluarga saya senang banget bisa kenal kamu juga. Pasti kita bisa sering ketemu lagi."
---
Zean menekan tombol kirim dan kembali menatap layar laptopnya, berusaha fokus pada pekerjaan. Namun, sepertinya pikirannya kembali melayang ke Adel. Ia merindukan kehangatan yang hadir saat mereka bersama. Entah kenapa, ia merasa sangat nyaman bersama gadis itu. Sebuah perasaan yang selama ini tidak pernah ia rasakan dengan orang lain.
Sekitar beberapa jam kemudian, Zean menerima telepon dari Christy. Tanpa ragu, ia mengangkatnya.
"Halooo Kak Zean! Lagi sibuk?" tanya Christy dengan suara ceria di ujung telepon.
Zean sedikit mengernyitkan dahi. "Enggak sih, Kenapa?"
"Ada yang mau adek omongin! Jadi gini, adek sama Adel kemarin ngobrol banyak. Dia tuh nggak nyangka kalau Kak Zean bener-bener perhatian sama dia. Dia bilang, Kak Zean tuh beda dari yang lain" jelas Christy dengan suara yang agak serius.
Zean tersenyum kecil. "Oh ya? Maksudnya gimana dek? Dia ngomong apa lagi?"
"Ya, dia bilang kalau Kak Zean tuh kelihatannya sangat sibuk dan mikir kalau kak Zean cuma main-main sama dia, tapi pas dia lihat Kak Zean kemarin, dia merasa kalau Kak Zean emang benar-benar peduli sama dia. Kakak tahu gak kak?, kalau dia itu tipe yang nggak terlalu nyaman di awal ketemu orang, jadi dia agak kaget pas Kak Zean tiba-tiba perhatian banget sama dia," jawab Christy.
Zean merasa sedikit terkejut, namun juga senang mendengarnya. "Wah, itu artinya dia nyaman ya? Kakak juga ngerasa nyaman sama dia."
"Tuh kan! Udah adek bilangin ke kakak! Jadi, Kak Zean, nggak ada salahnya lebih serius sama dia. Kan dia juga suka sama Kak Zean," kata Christy, tanpa memberi kesempatan Zean untuk menjawab.
Zean terkekeh mendengar percakapan itu. "Gini deh, Christy, kita lihat aja nanti. Semua harus pelan-pelan. Kakak masih ingin mengenal dia lebih jauh."
Christy pun mengerti dan tak membahasnya lebih jauh. Mereka berbincang tentang hal lain, dan akhirnya Zean memutuskan untuk menutup telepon setelah beberapa saat.
Setelah telepon itu, Zean merasa lebih yakin dengan perasaannya. Ia tidak hanya merasa nyaman bersama Adel, tetapi juga ingin mengenal lebih dalam tentang dirinya. Sejak hari itu, setiap kali Zean memikirkan Adel, hatinya terasa lebih hangat.
Beberapa hari setelah telepon dari Christy, Zean memutuskan untuk mengajak Adel bertemu lagi. Ia merencanakan untuk mengajaknya makan malam di restoran yang cukup romantis, berharap ini bisa menjadi langkah berikutnya untuk lebih mengenal Adel. Meskipun begitu, Zean masih merasa sedikit gugup. Ia ingin semuanya berjalan lancar tanpa ada kekhawatiran yang menghalangi.
Di malam yang sudah dijanjikan, Zean menunggu di restoran yang mereka pilih. Tiba-tiba ponselnya berdering. Zean menatap layar dan melihat nama Adel muncul. Segera ia menjawab.
"Hai, Del! saya sudah sampai di restoran, nih. Kamu kapan nyampai?"
Tak lama setelah itu, suara Adel terdengar di ujung telepon. "Aku udah di luar, Kak. Sebentar ya kak."
Zean tersenyum sambil menunggu. Tak lama setelah itu, ia melihat Adel memasuki restoran, mengenakan gaun biru muda yang tampak simpel namun elegan. Penampilannya memukau, dan Zean merasa terpesona. Ia segera berdiri untuk menyambut Adel.
"Wow, Del, kamu cantik banget malam ini" puji Zean.
Adel tersenyum malu-malu, sedikit merona. "Makasih, Kak."
Mereka pun duduk, dan obrolan ringan pun dimulai. Zean merasa sangat nyaman bersama Adel. Mereka saling bertanya tentang banyak hal, mulai dari hobi, masa kecil, hingga tujuan hidup. Ternyata, meskipun mereka datang dari latar belakang yang berbeda, mereka memiliki banyak kesamaan.
Zean merasa senang melihat Adel begitu terbuka. Mungkin, inilah yang dimaksud dengan perasaan yang tulus. Ia merasa seperti menemukan seseorang yang bisa membuatnya merasa nyaman, seperti tidak ada beban saat berbicara dengannya.
Selama makan malam itu, Zean lebih banyak tersenyum dan tertawa. Keduanya menikmati kebersamaan mereka, dan Zean merasakan bahwa ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Adel. Dia merasa yakin, semakin lama mengenalnya, semakin besar perasaan yang tumbuh di hatinya.
Setelah makan malam selesai, Zean mengantar Adel pulang. Di sepanjang perjalanan, mereka berbincang dengan santai. Sesekali, Zean melihat ke arah Adel, merasa beruntung bisa menghabiskan waktu bersamanya. Tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Adel.
"Terima kasih, Kak Zean. Ini malam yang menyenangkan," kata Adel dengan senyum yang tulus.
Zean tersenyum, merasa senang mendengar itu. "Saya juga senang, Del. Mungkin nanti kita bisa ketemu lagi."
Adel mengangguk, matanya bersinar bahagia. "Pasti, Kak. Aku juga nungguin itu."
Setelah berpamitan, Zean duduk sebentar di dalam mobilnya. Hatinya terasa hangat, dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia merasa begitu bahagia. Tidak ada rasa cemas atau keraguan lagi. Apa yang ia rasakan untuk Adel sudah sangat jelas.
Malam itu, sebelum tidur, Zean berpikir tentang masa depan mereka. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi satu hal yang pasti, ia ingin terus berada di dekat Adel, mengenal gadis itu lebih dalam, dan melihat bagaimana mereka bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Soulmate (ZeeDel) ✔
FanfictionDi balik kemegahan gedung kantor yang menjulang, ada satu sosok yang berdiri di puncak kesuksesannya, Zean Alvaro. Namanya dikenal sebagai CEO muda yang berprestasi, pemimpin yang disegani, dan figur yang dihormati. Di usia tiga puluh tahun, ia suda...