Setelah beberapa minggu menghabiskan waktu bersama Adel, Zean merasa bahwa perasaannya semakin dalam. Setiap hari, ia merasa semakin yakin dengan pilihan hatinya. Tidak hanya sekedar perasaan suka, tetapi ada rasa yang lebih kuat dari itu, perasaan yang sudah lama ia cari. Rasa yang membuatnya merasa nyaman dan juga bahagia.
Pada suatu sore yang cerah, Zean duduk di ruang kerjanya, menatap jendela yang terbuka lebar. Pikirannya melayang, dan ia merenung sejenak. Hari itu, setelah makan siang dengan Adel, perasaan yang ada dalam dirinya semakin jelas. Mungkin, inilah saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh.
"Kenapa tidak sekarang?" pikir Zean dalam hati. "Jika aku terus menunggu, aku bisa saja kehilangan kesempatan." Mengingat dirinya yang masih punya saingan, dosen muda yang biasanya bersama dengan Adel, Chiko.
Malam itu, setelah selesai bekerja, Zean merencanakan sesuatu. Ia ingin melamar Adel. Ia ingin gadis itu menjadi bagian dari hidupnya, lebih dari sekadar teman. Ia ingin Adel menjadi pendamping hidupnya, untuk menjalani hari-hari ke depan bersama.
Namun, sebelum melangkah lebih jauh, ia ingin memastikan segala sesuatunya terlebih dahulu dengan keluarganya. Setelah merencanakan segalanya dengan matang, Zean memutuskan untuk berbicara dengan orang tua dan adiknya, karena baginya, dukungan keluarga adalah hal yang penting. Ia ingin melangkah bersama Adel dengan restu mereka.
Pada sore itu, setelah bekerja sepanjang hari, Zean pulang ke rumah. Ayahnya, Gracio, sedang duduk di ruang dapur sambil membaca koran, sementara bundanya, Shani, sedang menyiapkan makan malam. Dan Adiknya, Christy, terlihat sibuk melihat ikan peliharaannya
Zean duduk di sofa dekat ayahnya, menatap koran yang sedang dibaca ayahnya tanpa benar-benar memperhatikan. Ia merasa sedikit cemas, tapi juga bersemangat. Sebelum melangkah ke tahap berikutnya, ia ingin meminta restu dari orang tuanya. Ia merasa sudah cukup yakin dengan keputusan yang ia buat, dan ingin Adel menjadi bagian dari hidupnya.
"Yah, Bun" Zean mulai berbicara, suaranya sedikit ragu. "Ada yang pengen Zean omongin."
Ayahnya menurunkan korannya, menatap Zean dengan serius. "Ada apa, Zean? Kenapa kelihatan serius banget?"
Shani, yang sedang menghidangkan makan malam, mendekat dan tersenyum. "Iya, Zean. Ada apa? Jangan bikin kami penasaran."
Zean menarik napas dalam-dalam. Ia melihat kedua orang tuanya yang penuh perhatian dan kasih sayang. "Zean... Zean udah mutusin untuk serius sama Adel. Zean mau melamar Adel"
Gracio dan Shani saling bertukar pandang, Christy, yang mendengar pembicaraan itu, keluar dan ikut mendekat.
Pada akhirnya, Gracio tersenyum sambil mengangguk. "Kalau kamu yakin, ya nggak ada yang perlu dipertanyakan lagi. Ayah mendukungmu, Zean."
Shani juga mengangguk. "Iya nak. Asalkan kamu yakin dan bahagia, kami ikut senang. Kalau memang itu yang kamu inginkan, Bunda akan selalu mendukungmu."
"Selama kak Zean janji nggak nyakitin Adel kedepannya, adek izinin kok kakak melamar Adel. Tapi kalau kakak nyakitin Adel, kakak bakalan berurusan dengan adek" Christy menimpali dengan menunjukkan tangannya yang seperti ingin menghajar Zean
Zean merasa hatinya lebih ringan mendengar dukungan itu. "Makasih, Yah, Bun. Zean akan pastiin ini keputusan yang tepat. Dan untuk adek, kakak janji nggak bakalan nyakitin Adel, kak Zean akan jagain Adel"
Malam itu, setelah berbincang dengan keluarganya, Zean merasa semakin yakin dengan langkah yang akan diambilnya. Ia memutuskan untuk melamar Adel dalam waktu dekat, karena ia merasa sudah siap untuk menjalani hidup bersama gadis yang telah membuatnya merasa lebih bahagia dari sebelumnya.
Beberapa hari setelahnya, Zean merencanakan malam yang istimewa. Ia memilih restoran yang tenang dan romantis dengan tempat yang tidak terlalu ramai. Ia ingin melamar Adel dengan cara yang sederhana, tetapi berkesan. Segalanya telah dipersiapkan, dan kini hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Soulmate (ZeeDel) ✔
FanfictionDi balik kemegahan gedung kantor yang menjulang, ada satu sosok yang berdiri di puncak kesuksesannya, Zean Alvaro. Namanya dikenal sebagai CEO muda yang berprestasi, pemimpin yang disegani, dan figur yang dihormati. Di usia tiga puluh tahun, ia suda...