12

9 4 0
                                    

Happy Reading - ̗̀꒰ᐢ • ˕ • ᐢ꒱ ̖́-

Sambungan telepon telah terputus sejak 2 menit yang lalu.

Narsha dengan posisi berbaringnya, masih salting brutal dengan apa yang baru saja terjadi.

Mukanya masih memerah, jantungnya masih berdegup kencang, senyumnya mengembang menggambarkan rasa senang, rasanya ingin sekali Narsha berteriak sekarang juga.

Tak terasa tiba-tiba Narsha tertidur lelap dengan perasaan yang sangat amat bahagia, padahal keadaan dirinya masih sakit.

Tok Tok Tok

Suara pintu UKS diketuk oleh seseorang yang mengenakan jas osis.

Tetapi suara ketukan itu tidak membuat Narsha terganggu sedikitpun, dirinya tetap anteng dengan keadaan tidur yang nyenyak.

Karena tidak ada respon dari dalam UKS, akhirnya Aresh pun memasuki ruangan itu dengan menjinjing sebuah kantung plastik berwarna putih yang berisi roti dan- coklat.

Coklat? Apa Aresh bercanda? Orang sakit kasih coklat? Sudahlah hanya Aresh yang tau untuk siapa dan untuk apa coklat itu.

Aresh menghampiri brankar yang di tempati Narsha.

"Pasien cantikk. Ini pesan-" ucapan Aresh terjeda. "Eh- tidur ternyata."

Kantung plastik itu Aresh simpan di meja samping brankar itu. Lalu dirinya mengambil salah satu kursi di sebelah meja, dan mendudukinya.

"Gue kira cuman pas bangun doang cantiknya, ternyata pas tidur juga lo tetep cantik. Emang pada dasarnya udah cantik si." Tanpa sadar Aresh tersenyum setelah melontarkan kalimat itu.

Pandangannya tertuju kepada gadis yang sedang tertidur itu, tidak teralihkan sedikitpun. Tenang, aman, sendu, yang terlihat dari wajah si pasien cantik itu.

"Sha, lo tau gak, gue itu selalu bertanya-tanya, kenapa lo selalu membatasi tingkah lo pas sama gue? Padahal lo selalu terlihat jail, cerewet, random, sama temen-temen lo. Tapi, pas sama gue tingkah lo gak kayak gitu, gak seperti apa yang selalu gue liat dari jauh." Aresh menghela nafasnya. "Asal lo tau Sha sebenernya-"

Narsha terbangun.

Seketika kalimat yang Aresh lontarkan dengan otomatis terjeda.

Aresh yang sedari tadi memandangi Narsha sembari bergumam sendiri, seketika tertegun melihat si pasien cantik itu terbangun. Seketika dirinya langsung mengalihkan pandangannya.

Entah Aresh merasa salting atau dirinya merasa malu karena tertangkap basah oleh sang empu. Harapan Aresh kali ini semoga apa yang diucapkan oleh dirinya tadi, tidak di dengar oleh Narsha.

"Sorry gue tadi ketiduran," ucap Narsha. Lalu dirinya bangun dan bersandar pada kepala brankar itu.

"Harusnya yang minta maaf itu gue kali. Maaf lo jadi ketiduran karena lama nungguin gue."

Plastik putih yang sempat disimpan itu, di ambil kembali oleh Aresh, lalu diberikan kepada si pasien cantik.

"Nih roti spesialnya untuk pasien cantik. Harus di makan sampe habis, gak boleh ada yang nyisa, tar rotinya nangis," tutur Aresh.

Narsha terkekeh. "Siap Bro!"

Tidak butuh waktu lama, Narsha langsung membuka kresek putih pemberian si utusan dokter itu.

Entah Aresh tau dari mana jika Narsha menyukai matcha, pasalnya roti matcha itu tidak ada di kantin sekolah.

"Coklat?" tanya Narsha. Melihat ada coklat.

"Roti kan buat di makan sekarang. Nah..., kalau coklat dimakannya nanti pas lo udah sembuh," jawab Aresh.

"Oke deh, thanks ya."

Aresh berdiri. "Sama-sama cantik." Tangannya mengusap-usap pucuk kepala Narsha. "Gue balik dulu ya, ada rapat osis nih. Lo cepet sembuh, biar bisa makan coklat dari gue," kekeh Aresh.

Lagi dan lagi Narsha dibuat salting oleh perlakuan seorang Nareshwara.

"Siap bro!" respon singkat yang Narsha berikan.

Bukan tanpa alasan Narsha minim kosakata dan kalimat, tapi karena dirinya menahan salting, dan menahan diri agar tidak tantrum karena diperlakukan manis oleh crush nya.

Aresh pun melenggang pergi meninggalkan Unit Kesehatan Sekolah itu.

Sedangkan Narsha yang ditinggalkan sendiri di UKS masih bergelut dengan perasaan salting yang dirinya rasakan.

Narsha memandangi Roti Matcha yang dia genggam, senyumnya mengambang. Dia menemukan alasan lainnya untuk bertahan. Untuk mendapatkan Roti Matcha lagi, dari orang yang sama.

Bagi Narsha hari ini adalah hari paling membahagiakan. Meskipun dia mengawali hari dengan keadaan yang tidak menyenangkan, dimulai dari mimpi yang paling dia benci, keadaan tubuhnya yang sakit, bertemu orang yang menguras kesabarannya.

Tetapi ternyata dibalik awal hari yang menurutnya buruk, tidak sepenuhnya akan berjalan buruk. Buktinya sekarang harinya membaik, dipenuhi dengan kebahagiaan, mendapat roti matcha & coklat gratis, mendapat perlakuan manis dari mas crush, dan juga dapat tidak mengikuti KBM (wkwkk).

Harapannya, semoga kebahagiaan ini terus berjalan beriringan bersama dengan kesedihan, ketakutan, dan trauma yang selalu mengerubunginya. Setidaknya agar Narsha kuat. Agar Narsha tetap hidup.

Tetap bertahan hidup, dengan berbagai alasan yang menguatkan dirinya, termasuk alasan untuk merasakan kebahagiaan ini lagi.

Selamat Narsha, dirimu menemukan alasan lain untuk bertahan. Semoga mendapatkan lebih banyak berbagai alasan lainnya untuk dirimu agar tetap terus bertahan dan tidak memutuskan untuk usai sebelum takdir yang menyuruh kamu untuk usai.

.....

Baru saja beberapa langkah keluar dari UKS, tiba-tiba Aresh di cegat oleh Zira.

"Lo suka kan sama Narsha?" Pertanyaan spontan itu dilontarkan oleh Zira.

Aresh tidak menjawab. Dia hanya memandang Zira dengan ekspresi seolah-olah menanyakan kenapa.

"Udah jujur aja. Lo emang suka kan sama Narsha?" Zira bersedap dada. "Gue bakalan bantuin Lo buat deket sama Narsha," lanjut Zira.

"Lo kira gue bodoh? Gue tau maksud sama tujuan Lo."

Zira tertegun. "Gue gak ada maksud apa-apa kok, niat gue baik mau bantuin Lo deket sama Narsha, biar Lo gak kesusahan buat deketin nya," jelas Zira.

"Gue gak minat sama bantuan dari Lo."

"Beneran Ar, gue pure pengen bantuin Lo deket sama Narsha," kekeuh Zira. "Lo bisa nanyain apapun tentang Narsha ke gue, gue tau semua tentang dia, gue kan sahabat baik nya," lanjutnya.

"Ohhh Lo itu sahabat baiknya Narsha ya? Mana ada sahabat baik ngelakuin hal jahat ke sahabatnya sendiri. Lo pikir gue gak tau? Lo pikir gue lupa sama apa yang pernah Lo lakuin ke Narsha? Gue tau maksud Lo nawarin bantuan, biar gue terhanyut sama alur yang Lo bikin itu, dan Lo bisa ngerasa aman, ya kan?"

Zira terdiam. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Asal Lo tau. Gue Gak Sebodoh Itu. Dan satu hal lagi, gue gak akan ngebongkar fakta itu. Kecuali lo berulah." Aresh melenggang pergi, meninggalkan Zira yang mematung dengan dengar kalimat yang dilontarkan oleh seorang Nareshwara.

Zira tersulut emosi. "Sialan. Lo pikir gue bakalan tumbang sama kalimat ancaman Lo, liat aja tanggal mainnya," gumam Zira.

kalau ada typo tolong di koreksi yaa💗

jangan lupa vote dan komen ya guys ૮₍ ≧ . ≦ ₎ა

see you ₍⑅ᐢ..ᐢ₎♡


Narsha AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang