Happy Reading - ̗̀꒰ᐢ • ˕ • ᐢ꒱ ̖́-
Gelap. Sunyi. Menggambarkan ruangan itu. Hanya ada cahaya bulan saja yang tembus menerangi ruangan itu.
"Ayahh! Bundaa! Tolong Lettaa... Letta takut..." Anak gadis itu menangis. "Tolongg... Siapapun tolong Lettaa! Lettaa takutt... Letta mau pulangg, Letta gak mau disini..." Tangisannya semakin pecah.
Seseorang sedang sibuk dengan kegiatannya. "DIAM! BERISIK!" Bentak seseorang yang berdiri membelakangi gadis yang bernama Letta.
"Lettaa mau pulang! Ayo anterin Letta pulang..." kekeuh Letta disertai dengan tangisannya.
"Mau pulang ya?" Orang itu membalikkan badan lalu tersenyum smrik. "Baiklah saya akan mengabulkan permintaan kamu," ucap orang itu.
Orang itu berjalan menghampiri Letta dengan sebilah pisau yang di pegang erat di tangan kirinya. "Mau langsung pulang atau bermain main dulu anak manis?" tanya orang itu sembari menunjukkan pisau yang dia pegang.
Letta ketakutan, nafasnya memburu tidak karuan. Badannya bergetar disertai dengan keringan dingin bercucuran di pelipisnya.
"AAAAAAAA JANGANNN!"
Narsha terbangun dari mimpi buruknya, lagi dan lagi dirinya harus menghadapi mimpi itu. Mimpi buruk bahkan sangat buruk, mimpi yang membuat dirinya trauma hingga saat ini, mimpi yang entah sampai kapan harus dirinya alami.
Nafasnya tidak beraturan
Badannya bergetar
Keringat dingin bercucuran
Dirinya ketakutan untuk kesekian kalinya.
Tiba tiba orang orang yang sedang berada di meja makan datang menghampiri Narsha yang berada di kamarnya. Bunda, Axio, dan Fariz.
Bunda Narsha langsung duduk disebelah anak gadisnya yang terduduk di atas kasur dengan keadaan masih ketakutan. "Sayang ada apa?" tanya Hana.
Tanpa menjawab pertanyaan sang ibunda, Narsha langsung memeluk bundanya erat, sangat erat. Seolah-olah dia sangat tidak ingin jauh dari bundanya.
Hana membalas pelukan tersebut, lalu mengusap surai anak kesayangannya itu.
"Letta mimpi itu lagi Bun, Letta takut," ujar Narsha.
Hana berusaha menenangkan anak gadisnya itu. "Kamu gak perlu takut sayang, ada Bunda disini," jawabnya. "Sekarang kamu istirahat, biar kamu cepet sembuh," saran Hana.
Sedangkan Axio dan Fariz hanya berdiri di ambang pintu, menyaksikan interaksi ibu dan anak. Mereka merasa iba dengan keadaan Narsha yang bergelut dengan traumanya. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa, yang mereka bisa hanya mensupport Narsha agar semangat untuk sembuh dari trauma itu.
Narsha mengurai pelukan bundanya. Tiba tiba dirinya menyadari ada sesuatu yang mengganjal di area keningnya. Ia mengusap keningnya itu, ternyata ada plester penurun panas menempel di keningnya.
"Letta sakit Bun?" tanya dirinya.
"Iya sayang kamu sakit. Semalem kamu demam tinggi, jadi Bunda langsung pakein itu," jawab Hana. "Jadi kamu sekarang jangan dulu sekolah ya, biar bunda yang izin ke wali kelas kamu," lanjutnya.
Narsha menggelengkan kepalanya. "Engga, engga. Letta mau sekolah aja Bun," tolak Narsha.
Fariz langsung menghampiri Narsha, tanpa aba-aba Fariz langsung menoyor kening yang di baluti oleh plester penurun panas itu. "Di suruh istirahat, malah ngeyel," sarkas Fariz.

KAMU SEDANG MEMBACA
Narsha Aletta
Novela JuvenilBagaimana rasanya suka sama cowo friendly? Sepertinya kalian harus berkenalan dengan seorang Narsha Aletta Agnibrata, karena dia salah satu dari banyak nya orang yang suka sama cowo friendly. Meskipun Narsha bukan tipikal cewek yang secara terang-te...