14

5 1 0
                                    

Happy Reading - ̗̀꒰ᐢ • ˕ • ᐢ꒱ ̖́-

Minggu pagi yang cerah. Mentari menyinari alam semesta dengan sempurna, memberikan kehangatan merata ke seluruh penjuru alam semesta.

Rencananya, Narsha akan lari pagi hari ini. Ralat diajak lari pagi oleh sepupu tengilnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Fariz. Tidak jauh, hanya berkeliling diseputaran komplek perumahan saja.

"WOYY TUNGGUIN GUEE," teriak Narsha dengan tangannya yang buru-buru memasukan kakinya kedalam sepatu. Setelah selesai Narsha langsung berlari menghampiri Axio dan Fariz yang sudah ada di luar rumah.

"Ck, lama amat. Ketimbang cuman lari pagi doang pake dandan segala," ledekan itu keluar dari mulut Fariz.

"Lo yang bikin gue lama, pake nyembunyiin sepatu gue segala," jawab Narsha tak mau kalau.

"Berisik. Mau lari atau mau ribut?" celetuk Axio.

Setelah celetukan itu dikeluarkan oleh Axio, seketika mereka berdua bungkam. Tidak ada yang membantah, tidak ada yang melawan, yang mereka pilih adalah diam.

Mereka bertiga pun mulai berlari mengelilingi sekitaran komplek perumahan.

30 menit berlalu. Kini ketiga orang itu sedang duduk di bangku yang berada di bawah pohon. "Cape...., tau gini gue gak akan ikut," keluh Narsha.

"Gitu doang juga. Pantesan, Lo termasuk kedalam kategori remaja jompo, lari 30 menit doang udah cape."

"Diam wahai lelaki, lelaki gak akan paham apa yang dirasakan oleh seorang perempuan~" jawab Narsha mendramatisir.

"Justru sebaliknya...., perempuan gak akan paham apa yang dirasakan oleh seorang lelaki ketika perempuan tidak menghargai pemahaman seorang laki laki~" timpal Fariz lagi, dengan nada nya yang didramatisir.

Axio bergidik ngeri melihat kedua sepupu itu. Oke yang waras hanya Axio saja.

"Gue mau beli minum dulu," ucap Axio. Lalu meninggalkan mereka berdua tanpa menunggu balasan.

Sepeninggalan Axio. Kedua sepupu itu hanya saling diam untuk sesaat, lalu Narsha memutuskan untuk bermain ponsel. "Ta," panggil Fariz.

"Hm."

"Ta," panggilnya lagi.

"Hm."

"Lettaaa."

Narsha menoleh. "APAAN."

"Buset santai bro santai."

"Ngapain si Lo panggil panggil terus, gue gak budek kali," protes Narsha.

"Gue panggil bukannya noleh, malah cuman nyaut hemhamhemhem, kayak kambing congek," ucap Fariz.

"Yang penting nyaut kan."

"Gak gitu konsepnya markonahh."

"Terserah," ucap Narsha. Lalu dirinya melanjutkan aktivitasnya berkutat dengan ponsel.

"Ta," panggil Fariz.

Narsha menghela nafas, apasi mau sepupu nya ini. "sabar Letta, sabar. Orang sabar jodohnya, Jeffry Nichol," ucapnya dalam hati.

Narsha menoleh. "Apa?"

"Nah gitu dong, baru bener. Kalau di panggil harus noleh," ujar Fariz.

Narsha tak menggubris hal itu, dirinya langsung kembali memainkan ponselnya.

Tiba-tiba Fariz menyenderkan kepalanya di bahu Narsha. "Diem, gue ngantuk. Lo geser, gue tonjok," ucapnya.

"Ck, terserah Lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Narsha AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang