Lima meter... empat meter... tiga... dua... satu...Setengah meter di depanku... seseorang menunggu di luar, hanya terpisah oleh sebuah pintu kayu. Aku mengulurkan tangan dan menyentuh gagang pintu. Tapi aku harus menurunkan tanganku.
Aku tidak bisa...
Aku tidak bisa membuka pintu ini....
Sejak hari aku memutuskan pergi, nomor yang menelpon ku tetap sama dan itu adalah nomor yang paling sering menelponku. Dia menelpon berulang kali dan bertanya beberapa kali lewat pesan apa ada yang salah. Ada apa? Kenapa tiba-tiba pergi dan tidak memberitahuku?
Setelah itu, pesan-pesan itu berubah menjadi pertanyaan... Di mana kau? Kenapa tidak membalas? Kau marah? Bisakah kau datang menemuiku?
Aku tidak membuka atau membaca pesan-pesan itu. Tapi menunggu membaca pengumuman bulanan. Phi Fah tidak hanya mengirimiku pesan. Dia juga menulis pesan kepada Fan, dan di ponsel Fan pun, aku juga tidak membukanya atau membacanya.
Dua hari telah berlalu sejak hari itu dan sekarang...
"Phoon, keluar dan bicara denganku."
"......"
"Phoon."
"......"
"Bisakah kita keluar dan berbicara sebentar?"
"......"
"Phoon..."
Terdengar ketukan di pintu dan suara yang begitu familiar terdengar dari waktu ke waktu. Aku berdiri di depan pintu, hanya beberapa langkah dari Phi Fah. Tapi kenyataannya, kita sangat jauh.
Aku tidak bisa membuka pintu ini... aku tidak bisa melakukannya...
Phi Fah... maafkan aku.
Aku menggigit bibir dengan keras dan membiarkan air mata mengalir lagi. Aku tidak tahu sudah berapa lama berlalu. Tidak peduli seberapa lama, air mataku tidak berhenti mengalir.
Sejak aku keluar dari kamar pada hari itu, seakan aku adalah kegelapan yang menghilang saat matahari bersinar.
Saat kau membuka mata, yang kau temukan adalah kegelapan yang telah lenyap...
Aku tidak makan apa pun selain beberapa camilan yang tersisa di kamarku. Aku tidak keluar dan tidak ingin keluar. Aku berdiam di kamar sepanjang hari dan malam, merasakan rasa bersalah, kesepian yang memakan diriku, keputusasaan bersama hatiku. Yang sudah hancur...
Karena kamarku yang paling jauh. Aku memandang ke luar jendela. Menyadari bahwa awan di langit semakin gelap.
Langit akan menangis... Apa aku tidak boleh menangis hari ini? Karena aku sudah menangis untuk kalian semua.
"Apa kau tidak akan menjawabku?"
"....."
"Apa Phoon membenci Phi?"
Aku mengangkat tangan untuk menutup mulutku dan berteriak lebih keras dari sebelumnya, jatuh ke lantai, tak berdaya. Aku menggigit bibirku dengan keras, tanpa peduli rasa sakit, semua hanya untuk menahan tangisan.
Tidak... Tidak mungkin... Aku tidak akan pernah membencimu. Bahkan jika aku mati, bahkan jika aku mati, aku masih akan mencintaimu.
"Phoon, apa kau mendengarku?"
"......"
"Phi tidak tahu apa yang salah. Apa ada yang tidak kau sukai dari Phi Fah? Sejak aku tahu kau di sini, aku sudah memutuskan untuk merawatmu dengan baik. Untuk menggantikan tahun-tahun yang telah berlalu, dimana kita terpisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUTH : BESIDE THE SKY
Lãng mạn=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy. . . . Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang... Typhoon: Seolah aku jatuh cinta berulang k...