Chapter 11: Time Flies

13.6K 522 201
                                    


Aku memandang sekitar bandara yang penuh sesak. Hari ini adalah hari pertemuan orang tua untuk kelompokku. Bibi Nuan yang sukarela menggantikan ayahku. Tentu saja, ayahku tidak akan datang. Sebenarnya, orang tua sering berkata kalau mereka sibuk, itu tidak masalah. Dosen dan dekan hanya ingin berbicara tentang pembelajaran, pengajaran, dan rencana profesional setelah kelulusan.

Tapi bibi Nuan bilang dia ingin datang...

Terakhir kali kami bertemu saat aku pulang ke rumah hari itu. Ketika aku kembali kesini, aku harus langsung mengikuti kelas. Aku tidak bergabung dengan kegiatan tahun pertama karena aku tidak ingin ikut serta dulu, aku akan menunggu sampai masa kuliah dimulai. Sejujurnya, aku cukup khawatir. Aku takut kalau aku tidak bisa bergaul dengan siapa pun. Kalau teman-teman di fakultasku tidak suka padaku, apa yang akan aku lakukan?

Mengenai barang-barang yang dikirim dari rumah, aku membawanya ke asrama, membukanya, dan ternyata itu terlihat seperti hadiah. Kotak pertama adalah model robot, kotak kedua adalah mobil mainan. Kotak ketiga adalah buku catatan. Kotak terakhir adalah balok Lego. Bibi Nuan tidak ingat kotak mana yang dikirim pada tahun berapa, tapi dari yang bisa aku tebak... ya, itu seperti yang aku pikirkan, sebenarnya ini adalah hadiah yang dikirim saat ulang tahunku.

Balok Lego dan mobil mainan. Mungkin itu waktu aku masih di sekolah dasar. Anak-anak seumuranku biasanya bermain dengan mainan seperti itu.

Aku tidak yakin mengenai model robotnya. Karena itu bisa jadi barang koleksi. Tapi sepertinya cukup mahal. Mungkin itu saat aku masih di sekolah menengah, saat aku sudah sedikit lebih besar.

Mengenai buku catatan... Kondisi kotaknya masih yang paling baru. Aku yakin itu adalah kotak terakhir.

Siapa pun yang mengirim hadiah-hadiah ini setiap tahun, pasti sudah memikirkannya dengan cermat.

Umur anaknya berapa dan hadiah seperti apa yang tepat? Dulu aku pernah berpikir kemungkinan hadiah itu dikirim ke alamat yang salah. Tapi kalau benar-benar salah kirim, kenapa ayah harus melakukannya? Kalau ternyata itu dikirim ke alamat yang salah, harusnya ayah mengembalikannya. Atau kalau tidak bisa dikembalikan, jangan pernah membuang barang orang lain.

Bibi Nuan bilang dia tidak pernah melihat siapa yang mengantarkan hadiah itu. Bibi Nuan sering bangun lebih pagi dari orang lain di rumah. Saat dia menemukan kotak sudah diletakkan di depan rumah pertama kali, dia menunjukkan pada ayah dan ibuku, tapi mereka membuangnya.

Beberapa tahun hadiah itu terus berdatangan, jadi bibi menyimpannya secara diam-diam karena curiga. Bibi Nuan juga memiliki keraguan yang sama. Tapi alasan kenapa mereka tidak memberitahuku itu sederhana...

Fan dan bibi Nuan bilang aku bukan anak haram. Aku baru menyadari kalau aku memang begitu. Kalau bibi Nuan tiba-tiba mengatakan setiap tahun aku mendapatkan hadiah pada hari ulang tahunku, itu pasti akan membuatku curiga, dan ayahku sangat melarang hal itu.

Dia bisa memberitahuku ini karena sekarang aku tahu semuanya. Sekarang kepalaku penuh dengan harapan. Meskipun nama penerimanya bukan namaku, tapi itu dikirim pada bulan Maret. Maret adalah bulan ulang tahunku dan barang-barang ini mirip dengan hadiah ulang tahun.

Mengenai nama penerima, Ren...

Ada banyak cara untuk menebaknya. Tapi yang paling mudah ditebak adalah itu mungkin nama yang diberikan oleh ibuku sebelum ayahku menggantinya menjadi Phoon.

Dulu aku berpikir siapa ibuku, di mana dia, dan apa dia baik-baik saja? Kenapa dia meninggalkanku? Kenapa dia tidak mencintaiku? Kenapa dia bahkan tidak memberiku nama?

Aku ingin semua ini punya alasan, bukan hanya karena dia tidak mencintaiku.

Ibu adalah orang lain yang selalu aku doakan, untuk kebahagiaan dan kesehatan setiap hari, tidak peduli dimanapun dia berada di dunia ini sekarang.

SOUTH : BESIDE THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang