Aku hanya bisa terdiam, menatap orang yang duduk di depanku dengan bingung sebelum hatiku berdetak begitu kencang hingga sulit dikendalikan.
Tidak baik, seharusnya hatiku tidak bergetar seperti ini.
"Apa kau ingat alasannya?"
"Phoon."
"Ya," aku segera mengembalikan kesadaranku, menoleh dan memperhatikan apa yang Phi Fah katakan. "Ya, kenapa?"
"Waktu kecil, saat Phi Fah menyebut diriku hanya sebagai 'Phi,' kau bingung 'Phi' siapa. Karena di sekitar rumah kita banyak anak yang kita kenal, jadi Phi Fah harus menyebut namaku, supaya kau tahu."
"Oh..."
"Tidak ingat?"
"T... Tidak, aku benar-benar tidak ingat."
Aku tidak ingat cerita Phi Fah, tidak bisa mengingat bahwa Phi Fah pernah menyebut dirinya hanya dengan kata 'Phi.' Apa itu sebabnya? Karena kebiasaan sejak kecil?
"Ya, kalau tidak menyebutnya begini, tidak akan terbiasa."
Ah... hanya kebiasaan lama rupanya.
Seharusnya tidak perlu... karena hatiku sempat berharap sendiri, dan sekarang malah sakit seperti ini. Bagaimana bisa aku dia melakukan seperti ini karena aku spesial? Konyol sekali.
"Y... ya, benar juga. Tapi Phi Fah tidak perlu lagi menyebut dirimu seperti itu, tidak seperti saat masih kecil." Aku berkata pelan, bernapas berat karena dadaku terasa sesak.
"Hm, tidak apa-apa, sudah terbiasa."
"Oh, baiklah."
"Atau, kau tidak suka? Kalau kau tidak suka, Phi Fah tidak akan menyebut diriku dengan nama."
"Bukan tidak suka..." jawabku jujur. Meskipun hanya sebuah kebiasaan atau apapun alasannya, tapi menjadi seperti ini hanya dengan ku... itu lebih baik, kan? Harusnya memang lebih baik. "Phi boleh saja menyebut diri dengan nama."
"Lalu, Phoon... aku juga sebut dirimu seperti dulu," kata Phi Fah sambil tersenyum lembut.
"...Baiklah."
"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar sekitar rumah? Sudah banyak berubah?"
"Sudah, beberapa toko kue hilang, lapangan tempat kita dulu bermain sekarang menjadi deretan bangunan," kataku sambil memikirkan lingkungan rumah yang sudah banyak berubah sejak masa kecil. Segala sesuatu berubah seiring waktu, dan sering kali membuatku teringat kenangan lama. "Gudang... markas kita juga sudah dibongkar."
"Ah, sayang sekali, ya."
"...Ya, sayang sekali."
"Sudahlah," Phi Fah berkata sambil berdiri dari sofa. "Phi buatkan coklat panas, siapa tahu kau bisa tidur nyenyak." Aku sedikit terkejut karena dia tiba-tiba mengubah topik, tapi aku segera mengangguk.
"Aku bantu?"
"Tidak perlu, kau suka yang manis?"
"Tidak perlu terlalu manis."
"Baik." Phi Fah menjawab, dan aku melihat dia berjalan ke dapur kecil. Tidak lama kemudian, coklat panas sudah diletakkan di meja di depanku.
"Terima kasih," ucapku sebelum mengambil cangkir dan mencicipi coklat panas itu. "Phi tidak minum juga?"
"Tidak," jawabnya.
"Coba minum sedikit, siapa tahu Phi bisa tidur lebih nyenyak," tawarku sambil menyodorkan cangkir lagi ke arahnya. Phi Fah hanya menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUTH : BESIDE THE SKY
Romansa=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy. . . . Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang... Typhoon: Seolah aku jatuh cinta berulang k...