Aku hampir tidak tidur semalaman karena terus memikirkan apa yang dikatakan Phi Hill. Sekarang, aku duduk di kursiku tanpa bisa memahami apa-apa, pikiranku kosong, dan rasa kantuk masih membayangi. Aku sudah cukup terbiasa dengan situasi ini. Rasanya seperti otakku bekerja jauh lebih lambat dari biasanya.
Pagi ini cerah. Tidak terlalu panas. Aku tidak lupa mengambil foto. Langit tetap sama seperti sebelumnya. Kertas yang ditulis oleh Phi Fah kemarin, aku ambil dan tempelkan. Itu menjadi pengingat harian. Jika suatu hari aku mengalami sesuatu yang buruk, aku bisa mengatakan pada diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.Aku memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada teman-temanku. Mungkin memang sudah waktunya. Aku merasa sudah cukup siap. Jika tidak, mereka mungkin akan terus curiga. Sudah sering aku menghindari bertatap muka dengan Phi Fah. Ter dan North pun menyadarinya.
Tadi malam, grup klub menggambar kami mengobrol online. Aku juga memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Dao. Aku dan Dao semakin dekat belakangan ini. Dia adalah orang yang mudah diajak bergaul. Sebenarnya, dia adalah orang yang ceria dan ramah. Tapi, katanya, dia pernah dikhianati oleh teman sekolahnya, termasuk mantan pacarnya. Itu membuatnya enggan mempercayai siapa pun. Tapi dia mempercayai aku dan menceritakan segalanya.
Ketika kali mendengar cerita Dao, aku mulai memahami bahwa setiap orang pasti sedang menghadapi sesuatu. Tidak mudah baginya untuk menghadapi semuanya sendirian. Tapi semuanya sudah berlalu. Ter sendiri pernah mengalami hal buruk, terutama ketika terjadi kesalahpahaman dengan Phi Hill di rumahnya. Namun, pada akhirnya semuanya membaik.
Aku dulu berpikir semuanya akan lebih baik setelah aku bertemu dengan mereka semua. Tapi jauh di dalam hati, masalah keluarga tetap saja terkubur dalam-dalam, seperti simpul yang terus terasa sakit dan menggerogoti diriku. Aku berharap, seperti kata Ter, jika aku berbicara, mungkin mereka tidak bisa membantu, tapi setidaknya mereka tidak akan pergi.Tentang apa yang dikatakan Phi Hill kemarin, saat dia menyuruhku berterima kasih pada Phi Fah... Aku benar-benar tidak mengerti maksudnya. Orang seperti Phi Hill tidak pernah mengatakan sesuatu tanpa alasan. Pasti dia sengaja mengatakan itu untuk membuatku memikirkannya. Atau itu semacam petunjuk? Kenapa harus berterima kasih pada Phi Fah? Sebenarnya apa yang terjadi?
Aku sudah memikirkan pertanyaan ini sepanjang malam. Sampai akhirnya aku lelah mencari jawabannya, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu. Aku berjalan menuju pintu dan melihat ternyata itu Ter dan North yang berdiri di depannya.
"Hai," sapaku. "Apa yang kau bawa?" North memegang sebuah kantong di tangannya.
"Camilan dari ibunya Phi Johan. Dia memberikannya padaku, tapi jumlahnya terlalu banyak, jadi kubawa untuk kita makan bersama," jawab North sambil meletakkan kantong tersebut di meja."Oh, terima kasih banyak," kataku senang sambil membuka kantong itu untuk melihat camilan apa saja yang ada di dalamnya. "Lalu, Dao di mana?"
"Dia akan segera datang, katanya terjebak macet," jawab Ter, mendekat untuk membuka kantong camilan bersamaku, sementara North duduk di atas tempat tidur."Kalian benar-benar rakus," komentarku.
"Kalau begitu, jangan kau makan," balas Ter.
"Ayo kita makan," sela North sambil melirik sekeliling kamar. "Mari kita duduk bersama dan makan bareng."
"Di lantai?" tanyaku.
"Iya, kenapa tidak?" jawabnya.
Kami bertiga pun memindahkan camilan itu ke tengah kamar dan duduk bersama untuk mengobrol.
Beberapa saat kemudian, Dao tiba. Kami pun duduk membentuk lingkaran berempat. Kami berbincang dan bermain sampai lupa alasan utama mengapa mereka datang ke sini.
"Jadi, apa tujuan kita di sini hari ini?" tanya North.
"Tentangku," jawabku.
"Oh, benar, tentangmu," balas North, masih sambil mengunyah camilan. "Aku hanya tidak ingin semua ini menjadi berantakan. Itu saja yang bisa kukatakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUTH : BESIDE THE SKY
Romance=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy. . . . Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang... Typhoon: Seolah aku jatuh cinta berulang k...