"Bawa dia keluar."
Dua orang pria berpakaian rapi beranjak dari posisi berdirinya dan langsung memaksa Peter untuk berdiri dan menyeretnya keluar, namun kekuatan pria itu tidak bisa di remehkan, Peter menahan tubuhnya agar tidak mudah di seret.
"Saya hanya remaja yang tidak tahu apa-apa saat itu, kalau Jenderal membenci saya atas kematian isteri Jenderal makanya itu sama sekali tidak bisa saya terima. Papa saya hanya menjalankan tugasnya sebagai penegak keadilan tanpa pandang bulu. Lagipula saya tidak ada hubungannya dengan kejadian itu, saya hanya ingin tahu keadaan suami saya, saya tahu Jenderal mengetahui sesuatu." Peter berteriak sambil terus memberontak, menyulitkan dua anak buah Bumi yang masih memeganginya.
Bumi mentap Peter remeh, "Buah memang tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya ya. Kau bukan hanya mewarisi tampang Evan, tapi juga menjiplak seluruh kepribadian menyebalkan orang itu." Bumi berdiri dan berjalan mendekati Peter, "Kalian tidak pernah peduli dengan hati dan perasaan orang lain, menganggap semua hal bisa di lakukan asal tidak berkaitan dengan kalian, tidak apa-apa orang lain terluka atau trauma yang penting itu tidak ada hubungannya dengan kalian. Jadi saya rasa tugas saya untuk bermain-main dengan kamu sampai disini Peter."
Peter menautkan alisnya tak mengerti, "Maksud Anda?"
"Kau pikir kenapa saya yang membencimu dan Ayahmu bisa membiarkan pernikahanmu dan Gala terlaksana dengan tenang?"
"Karena saya berencana mengambilnya kembali setelah kau tak bisa hidup tanpa dia."
Bumi maju satu langkah, ia mencengkram rahang Peter yang sudah mengeras menahan emosi dengan kuat, "Tanggunglah kesalahan orangtuamu sebagai anak yang berbakti ya, dan terimalah penderitaan yang siap aku berikan untukmu."
Bumi memberi isyarat pada anak buahnya untuk membawa Peter keluar.
"Kau pikir Gala akan bahagia jika berpisah dengan aku? Kau pikir kau akan berhasil memisahkan kami? Bermimpilah." Peter berteriak sekuat tenaga saat tubuhnya di seret paksa dan dibawa menjauh dari ruangan milik ayah Galaksi itu.
"Saya akan buka suara dihadapan media tentang hilangnya Gala kalau Jenderal tetap keras kepala." ancam Peter, suaranya terpantul memenuhi seisi ruangan.
Peter terus memberontak saat dua orang itu terus menariknya semakin jauh melewati lorong-lorong yang semakin lama semakin gelap, sebelum mereka berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu besi dengan lubang kecil berbentuk persegipanjang mirip seperti penjara di serial hollywood.
"Masukkan dia." ujar salah satu pria itu.
"Apa-apaan ini." Peter mencoba melawan namun tiba-tiba ia merasakan benda berat menghantam tengkuknya dengan keras di iringi tendangan pada kakinya membuat ia jatuh berlutut di lantai, belum sempat ia menengok untuk mencari tahu pelakunya, dua orang itu langsung mendorongnya kedalam ruangan itu lalu menguncinya dengan cepat.
"Jaga dan jangan biarkan dia kabur." titah orang yang memukul Peter itu dan langsung dibalas siap oleh kedua penjaga.
***
Rey baru saja selesai mengganti pakaian dinasnya dengan pakaian rumahan saat pintu depan apartmennya di ketuk secara brutal beberapa kali. Pria itu berjalan dengan hati-hati mendekat dan menempelkan telinganya ke daun pintu, menajamkan pendengarannya. Namun tak ada lagi suara serupa dari luar.
Rey membuka pintu apartmen nya perlahan dan mengintip untuk berjaga-jaga, namun memang tak ada orang. Rey membuka pintu seluruhnya dan menemukan sebuah paket misterius di letakkan di depan pintu, Rey melihat kiri dan kanannya namun tidak menemukan siapapun. Ia pun mengambil kotak itu dan membawanya masuk.
Secara manusiawi, siapa yang tidak curiga jika berada dalam situasi misterius seperti itu, namun Rey adalah seorang polisi, nyali dan nalurinya lebih tajam dari orang biasa, pria itu berjalan kedapur dan mengambil sebuah pisau dan langsung membuka kardus tanpa nama pengirim itu.
"Kaleng?" gumamnya saat menemukan isi kotak itu adalah sebuah kaleng.
Rey mengangkat kaleng itu dengan hati-hati, menperhatikannya sebentar sebelum memutuskan untuk melihat isinya. Sebuah kertas putih putih bertuliskan semacam alamat membuat kedua alis Rey bertaut, situasi macam apa ini. Kawan atau lawan.
Pikirannya tiba-tiba teringat pada Gala, sudah empat hari sejak dinyatakan hilang, tapi kantor memutuskan untuk pencarian Gala secara tertutup atas perintah Jenderal Bumi sendiri. Rey dan semua orang bahkan tidak diberitahu pencarian tertutup itu maksudnya bagaimana, dan yang tergabung kedalam tim hanya Johan dan Haikal.
"Kalau lawan, berarti mereka sudah tahu bahwa aku salah satu orang yang mengusut diam-diam kasus kematian Inspektur Evan." gumam Rey dalam hati.
"Gudang minyak dekat dermaga. Apa ini clue atau jebakan. Kematian Inspektur Evan jelas bukan kasus bunuh diri, tapi kalau sampai seribet ini dan begitu banyak tumbal, bukankah dalangnya adalah orang besar."
"Waspada bisa saja mereka ternyata hanya berjarak satu ruangan dari kita."
Kata-kata Jenderal Ronald terngiang di kepala Rey. Jenderal Ronald seharusnya sudah punya calon tersangkanya, hanya saja tim shadow mereka masih terlalu dini untuk membahas tentang itu, namun Jenderal Ronald keburu tewas sebelum mengungkapkan bukti-bukti itu.
"Istana? Apa ulah istana?"
Hubungan kasus ini dengan hilangnya Gala karena penangkapan mantan ajudan presiden rasnaya tidak mungkin hanya sebuah kebetulan.
YOU ARE READING
A SECRET [POOHPAVEL] ✅
Fanfiction"Berlututlah sebelum timah panas ini menembus kepalamu" ~Peter Jayden