Hari itu, di Akatsuki, ketika Sakura berlalu dengan mengacungkan jari tengahnya pada Hidan, raut penuh kekesalan, Suigetsu mengira sesuatu terjadi di antara Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura. Sebuah pertengkaran, mungkin, atau perpisahan?
Mengingat Sasuke selalu menggonta-ganti kekasihnya, Suigetsu tidak lagi heran. Sudah banyak wanita yang menunjukkan reaksi sama seperti Sakura ketika harapan mereka diruntuhkan oleh Uchiha Sasuke.
Sangat mengagumkan, sebenarnya, betapa mudah Sasuke menepiskan afeksi yang ditujukan padanya. Meski Suigetsu dikenal busuk sampai ke tulang, Suigetsu merasa bersimpati saat melihat ada banyak wanita yang benar-benar tulus mencintai si bungsu Uchiha itu tapi berujung tersingkirkan.
Mereka berharap pada sosok yang salah.
"Cinta itu terkesan mewah dan indah ketika kau melihatnya dalam situasi seperti ini." Seorang pria paruh baya bernama Jiraya, pria yang teler dengan rona merah di wajahnya, berbicara kepada Suigetsu dan Sasuke yang bertengger bosan di balkon lantai dua, jauh dari keramaian aula yang diisi oleh muda-mudi dalam pakaian terbaik mereka. Musik klasik dimainkan oleh sekelompok orkestra kecil yang tampil di tepi ruangan. Menghibur para tamu undangan.
"Bicara lebih keras lagi, kau akan diusir dari pesta ini." Suigetsu menimpali Jiraya dengan kekehan.
Malam itu adalah malam pertunangan antara Nara Shikamaru dan kekasihnya—Sabaku Temari. Keduanya adalah pasangan yang kerap diagung-agungkan belakangan ini. Hubungan mereka berkembang dari pertemanan sampai menjadi kekasih dengan begitu organik dan alami, orang-orang tidak menyangka keduanya akan menjalin hubungan serius sama sekali. Tidak sampai undangan keduanya tersebar, media menggila dan menobatkan mereka sebagai pasangan ideal abad ini. Pasangan yang tidak penuh drama, tidak banyak bicara—paling langgeng di semesta.
"Pesta, rumbai-rumbai pastel, dansa dan musik yang membuaikan telinga adalah alasan mengapa orang berpikiran ingin menikah. Percaya padaku, hal seperti ini adalah doktrin dari orang-orang terdahulu agar penerus mereka ingin menikah, ingin terjebak dalam relasi bodoh yang mereka pikir serius, ketika pada realitanya, tidak. Penjara kehidupan." Jiraiya terus meracau dan racauannya tersebut membuat Suigetsu tertawa keras.
"Bukankah orang ini pamannya Naruto?"
Sasuke mengangguk.
"Apa dia selalu seperti ini?"
"Dia selalu teler," kata Sasuke.
Lalu Sasuke mengingat kembali alasan mengapa Jiraiya selalu tenggelam dalam alkohol dan itu membuat Sasuke prihatin.
Rumornya, Jiraiya menjadi nelangsa ketika wanita yang dia cintai memutuskan untuk menikah dengan pria lain. Wanita yang sudah mencintainya sejak lama dan selalu menunggunya kembali. Tapi karena Jiraiya terlalu fokus pada hobinya, terlalu senang berkelana, wanita itu menyerah dan memilih mencintai sosok yang lebih dekat padanya.
"Jiraiya-san, sebaiknya kau beristirahat di tempat lain..." Sasuke menarik lengan Jiraiya yang kini merosot di lantai.
"Apa kau akan membawanya ke rest room?" Suigetsu menegur Sasuke yang kini memapah Jiraiya di pundaknya.
"Begitulah, tidak bisa membuatnya tidur di sini."
Suigetsu mengangguk. "Ya sudah, aku akan turun ke lantai pertama duluan."
Sambil memapah Jiraiya di sampingnya, Sasuke melenggang menuju ruang peristirahatan yang disediakan untuk tamu. Begitu Sasuke selesai dengan urusannya, Sasuke melihat tiga pemuda asik bercengkrama di depan ruang peristirahatan itu. Mata mereka terpaku kepada sosok yang entah siapa di lantai pertama, mereka tidak menyadari keberadaan Sasuke sama sekali, tidak pula Sasuke tertarik ingin menginterupsi ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLURING (SASUSAKU)
FanfictionMereka adalah kisah asmara yang kacau dan berantakan. ALLURING © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.