Hari ketika Sakura membawa sushi ke kantornya, Sasuke cukup mengapresiasi kebaikan Sakura. Kedatangan Sakura bisa dibilang seperti memberikan Sasuke udara segar setelah terbenam suntuk di dalam pekerjaan. Begitu Sakura pergi, Sasuke melepas kepergian Sakura dengan senyum tipis terbit samar di parasnya. Sasuke merasa energinya kembali terkumpul untuk bekerja.
Hari itu, Sasuke sama sekali tidak keberatan akan kemunculan Sakura, hingga kemudian, Sakura muncul lagi di keesokan hari. Esok, esok dan esok. Sakura menjadikan kantor Sasuke sebagai markasnya untuk bersantai dan bermain.
Iya, ketika Sasuke bilang bermain, Sakura memang benar-benar bermain. Gadis itu membawa sekotak puzzle jigsaw yang kemudian dia tumpahkan di atas meja kaca di depan sofa. Sementara Sasuke bekerja, Sakura menyusun setiap keping puzzle itu dengan tekun.
"Apa kau tidak mempunyai aktivitas lain bersama teman-temanmu, Haruno?" Sasuke memijit kening ketika untuk hari kesekian, Sakura muncul sambil membawa satu tas besar berisi entah apa.
Sakura pergi ke sofa dan meletakkan barang-barangnya. Sofa panjang berbentuk L yang seharusnya tempat Sasuke menerima tamu atau klien, kini menjadi tempat yang Sakura kuasai.
Memang, Sasuke menyukai makanan yang Sakura berikan padanya setiap kali dia datang, hanya saja..., ya Tuhan, bagaimana cara Sasuke fokus bekerja bila ada sosok lain berada di ruang yang sama dengannya, sesekali menarik perhatiannya dengan suara cekikikan bodoh dan pertanyaan-pertanyaan tidak penting?
"Aku menepikan teman-temanku untuk fokus menjadi kekasihmu, Sasuke-nii. Ah, maksudku kekasih palsumu." Sakura bicara sembari melepas mantelnya, sudah tidak ada kecanggungan dalam sikap Sakura saat masuk ke ruang kerja pria itu.
Sakura duduk di sofa, melihat sebagian puzzle-nya di meja, dan keningnya langsung mengernyit.
"Kau tidak menyentuh mainanku, kan?"
Sasuke menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tertarik menyelesaikan permainan bocah," ujar Sasuke, walau sebenarnya, tadi pagi, Sasuke sempat menempatkan satu keping yang tepat di puzzle Sakura, satu atau dua, tidak, mungkin tiga?
"Aku tidak ingat sudah menyelesaikan bagian ini." Sakura sedikit heran dengan terbentuknya beberapa bagian baru yang melengkapi sebagian puzzle-nya, tapi tidak pula Sakura mengejar topik itu lagi. "Ah, Sasuke-nii..., aku mendengar gosip di lobi tadi."
"Aku tidak tertarik pada gosip apa pun."
"Kau akan tertarik! Ini menyangkut kita!"
Sasuke melirik Sakura dari sudut matanya, dan perasaan tidak tega yang mekar di dadanya membuat ia menoleh penuh pada Sakura, memberikan Sakura perhatian utuh.
"Gosip apa?" tanya Sasuke, mencoba lebih sabar.
"Kata resepsionis yang menyambutku tadi, aku pasti perempuan yang sangat istimewa, karena aku satu-satunya perempuan yang kau bolehkan muncul setiap hari di ruang kerjamu. Ah, aku juga yang pertama, katanya. Karin-nee kalah dariku!"
"Dan?"
"Kalau resepsionismu berbicara seperti itu, kebanyakan orang di gedung ini pasti juga membicarakan hal yang sama, kan? Ini berarti aku sukses."
"Itu tidak berarti apa pun selain kau menjadi lancang dan menginvasi ruang kerjaku, Haruno."
"Itu romantis!" tekan Sakura. "Aku berusaha di sini, dan yah..., meski aku memang berhutang budi pada bantuanmu, tapi hubungan palsu ini tetap idemu, kan? Kau bilang ingin membantuku, tapi cuma aku yang berusaha menunjukkan kesan romantis pada semua orang." Sakura cemberut di akhir ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLURING (SASUSAKU)
FanfictionMereka adalah kisah asmara yang kacau dan berantakan. ALLURING © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.