Bab 27

5.3K 1.1K 78
                                    

Karena Papi tidak menerima penolakan, akhirnya Bitha berhasil membawa Galen untuk makan malam bersama dengan keluarganya. Saat Bitha memberitahu Galen, laki-laki itu memang tidak berniat menolak. Kini, mereka duduk bersama dalam satu meja makan yang panjang. Ada Papi, Mami dan kedua Kakaknya. Makan malam kali ini semua anggota keluarga Bitha lengkap.

Selama makan malam, Bitha memperhatikan interaksi Galen dengan keluarganya, terutama dengan Papi. Orang paling kaku di dalam keluarganya. Yang membuatnya takjub, Galen bisa mengobrol santai dengan Papinya. Topik obrolan Papi tidak jauh dari bisnis. Ada saja yang ditanyakan oleh Papinya. Mulai dari bisnis peternakan sampai bisnis terbaru Galen dengan Leo.

Bukan hanya Papi, tapi Galen bisa juga akrab dengan Evan. Manusia kaku kedua setelah Papi. Berbeda dengan Leo, Kakak pertamanya itu memang lebih banyak diam. Ia saja heran manusia yang jarang berbicara seperti Evan bisa menjadi dokter dan berhadapan dengan pasien setiap harinya. Kalau topik obrolan Papi soal bisnis, topik obrolan Evan dan Galen seputar penyakit pada ayam.

"Kak Evan nih sebenarnya dokter kecantikan atau dokter hewan sih? Pakai nanya soal panyakit ayam mulu dari tadi," gumam Bitha dalam hati.

Saking serunya obrolan mereka, ketika mereka berpindah ke ruang tengah, orbolan tersebut terus berlanjut. Mulai dari Papi, Mami dan kedua Kakaknya terlibat obrolan yang seru dengan Galen. Hanya Bitha yang lebih bayak diam dan menjadi pendengar. Kalau ada pertanyaan untuknya, barulah ia bersuara.

"Wah, kayaknya bisnis ayam menarik banget," ucap Papi. "Tapi kalo dengar cerita-ceritamu, perawatannya pasti ribet."

Galen mengangguk setuju  "Perawatannya emang lumayan ribet, Om."

"Kita berencana ambil ayamnya dari peternakannya Galen," sahut Leo.

"Ayam apa?" tanya Mami.

"Nanti di cafe akan ada menu ayam. Nah, rencananya ambil ayam dari peternakan Galen."

Mami membulatkan bibirnya begitu paham. "Kamu pernah ke peternakannya Galen?" tanyanya beralih menatap Bitha.

Bitha mengangguk.

"Beneran?" tanya Mami tak percaya. "Kamu masuk ke peternakannya?"

"Awalnya mau masuk, tapi aku langsung berubah pikiran."

"Kenapa?" tanya Leo.

Bitha meringis. "Banyak ayamnya. Aku takut."

Semua sontak tertawa mendengar jawaban Bitha.

"Namanya juga peternakan ayam, udah pasti banyak ayamnya," ucap Leo disela-sela tawanya. "Kalo peternakan ayam banyak tuyulnya, yang ada kamu malah takut."

Bitha memajukan bibirnya. "Ayamnya terlalu banyak .... aku jadi takut."

"Galen bilang kamu juga ikut dia masuk ke pasar," ucap Papi.

"Kapan Mas Galen bilang?" tanya Bitha.

"Tadi, waktu kamu ke kamar mandi," jawab Mami.

"Selama pasarnya banyak makanan, pasti Bitha mau diajak masuk ke pasar," ucap Evan menimpali.

"Di pasar banyak jual jajanan yang nggak pernah aku lihat sebelumnya," sahut Bitha membenarkan ucapan Evan. "Hampir semua jajanan di pasar rasanya enak, tapi rasanya terlalu manis."

"Pada dasarnya kamu nggak terbiasa makan makanan manis," sahut Mami yang diangguki oleh Bitha.

"Oh ya, kamu sama Galen beda berapa tahun sih?" tanya Evan lagi dengan kedua tangan dilipat di depan dada. 

Bukannya menjawab, Bitha justru menatap Galen. Sedetik, dua detik, tidak ada jawaban dari Galen. "Jangan-jangan Mas nggak tau umurku ya?" tanyanya menyipit curiga.

Bitha for the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang