🍓 Part 6 : Who is she?

438 74 40
                                    

Ramein ya 🩷🍓 vote dan komennya lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramein ya 🩷🍓 vote dan komennya lupa.

Happy reading, Strawberries! 🍓

❦ ════ •⊰🍓⊱• ════ ❦

● Part 6 : Who is she?

Diamnya Nevis terkadang sering kali membuat Princess menangis sendirian di kamarnya atau bahkan di toilet. Nevis memang masih hangat, hanya saja Nevis tidak seceria biasanya. Princess sampai beberapa kali memutar otak untuk membuat Nevis kembali seperti biasanya, ia bahkan sempat mengajak Nevis konsultasi ke psikolog barang kali ada sesuatu yang sedang Nevis pendam sendirian.

Princess tidak tau apa saja yang Keinan utarakan pada Nevis sampai membuat Nevis seperti sekarang. Ia menelan ludah, menunduk dalam sambil memegang erat payungnya, tangan satunya ia gunakan untuk membawa paper bag putih berisi macaroni manis untuk Nevis. Saran dari Senada— adik sepupunya, Princess harus membawakan makanan manis untuk membangkitkan mood seseorang, biasanya banyak yang berhasil karena makanan atau minuman manis menambah energi dan mengembalikan semangat yang sempat hilang.

Seharusnya Princess pulang, namun ia memilih tetap tinggal di tepi jalan, tepatnya di bawah pohon. Hujan deras itu tidak membuat Princess terusik, ia biarkan sepatu putihnya basah, matanya menyorot kosong udara.

"Harus pake cara apalagi biar Nevis nggak gini?" gumam Princess sedih. Air matanya lagi-lagi luruh, tiba-tiba ia merindukan Nevis yang selalu merecokinya macam-macam dan membuatnya marah setiap saat.

Princess mengusap air matanya walau rasanya sulit sekali berhenti menangis. Alhasil, ia berjongkok, tak perduli jika rambut panjangnya yang selalu tergerai itu kotor akibat bersentuhan dengan tanah dan air hujan. Princess menangis kencang, masih sambil menggenggam erat payungnya dan memeluk paper bag berisi macaroni.

"Aku kangen kamu, Nevis," isaknya, sesekali ia terbatuk saat tersedak ludahnya sendiri.

Sebuah mobil putih berhenti di depan Princess, namun Princess tidak perduli, ia masih sibuk menangis.

"Nak." Tak disangka telinga Princess menangkap suara lembut ibunya, Princess perlahan mengangkat wajah, tangisnya semakin kencang ketika bertatapan dengan Fira.

"Mamai," sebutnya.

Fira mengambil alih payung Princess lalu menyuruh Princess masuk ke mobil. Di dalam mobil, Fira menaruh payung milik Princess di jok belakang lalu Princess ia peluk erat. "Kenapa nangis di pinggir jalan gitu, hm?"

"Princess kangen Nevis," adunya sesenggukan. "Akhir-akhir ini Nevis beda, Princess ngerasa kehilangan Nevis, Mamai."

Fira mengangguk, ia memahami betul apa yang sedang Princess rasakan. Fira tetap memeluk Princess sampai putrinya merasa sedikit lebih baik, saat tangisan Princess mulai reda barulah Fira mengajak Princess berbicara.

Princess, Perfectly![2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang