Tidak terjadi percakapan selama di ruang makan. Semua fokus dengan makanan masing-masing. Hanya terdengar suara dentingan alat makan yang saling beradu. Galen memperhatikan sekelilingnya. Semua keluarga Bitha berkumpul di satu meja makan yang sama. Saat ia datang, Galen sempat berkenalan dengan semuanya.
Mulai dari Opa dan Oma, keluarga inti Bitha, Om dan Tante beserta para sepupu Bitha yang berjenis kelamin laki-laki. Hanya Bitha satu-satunya cucu yang berjenis kelamin perempuan. Galen bisa memaklumi bagaimana protektifnya keluarga ini terhadap Bitha.
Selesai makan malam, mereka berpindah ke ruang tengah, mengobrol santai dengan suguhan beberapa cemilan dan minuman di atas meja. Galen mengamati interaksi Bitha. Perempuan itu tampak dekat dengan satu sama lain. Bahkan beberapa Om dan Tante yang tampak garang saat berkenalan dengannya, bersikap sangat manis kepada Bitha. Para sepupu Bitha juga memperlakukan Bitha dengan sangat baik. Diantara banyaknya keluarga Bitha, Galen tidak melihat sosok Bitha dan Opa di ruangan ini. Satu persatu wajah ia perhatikan, tapi tidak ada mereka di sini.
"Mas, dipanggil Opa."
Galen yang awalnya sibuk mengamati interaksi keluarga Bitha, tersentak kaget mendengar suara berbisik di dekat telinganya.
"Mas, dipanggil Opa," ulang Bitha.
"Hah? Kenapa?" tanya Galen panik.
"Opa mau ngobrol berdua sama Mas Galen."
Seperti ada yang menabuh jantungnya dengan keras. Berulang kali ia menelan ludahnya dengan susah payah. Sebelum mengikuti langkah kaki Bitha, ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia berharap gemuruh jantungnya bisa mereda.
"Aku tunggu di luar ya, Mas."
Galen menatap pintu di hadapannya. Ruangan ini terpisah dari bangunan utama. Letaknya berada tepat di hadapan kolam renang yang ada di halaman belakang. "Kamu nggak ikut masuk?" tanyanya panik.
Bitha berpikir sebentar. "Oke, aku temenin masuk," ucapnya sebelum membuka pintu dan melangkah masuk. Begitu masuk, ia melihat sosok Opa sudah duduk di single sofa, seakan menunggu kedatangannya. "Opa, ini Mas Galen."
Kaki Galen sudah berada di dalam ruangan. Ia tidak tahu menyebut ruangan ini sebagai ruangan apa. Ada sofa, meja kerja, beberapa lemari buku tinggi, TV yang menempel di dinding, dan sofa di sudut ruangan. Kemudian perhatian Galen tertuju pada sosok laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Opa oleh Bitha.
"Duduk!"
Galen duduk sesuai dengan perintah Opa Bitha.
"Kamu keluar aja. Opa mau ngobrol berdua sama Galen," ucap Opa ketika melihat Bitha hendak duduk di sebelah Galen.
"Opa jangan apa-apain Mas Galen, lho," ucap Bitha sebelum meninggalkan ruangan.
"Kamu tenang aja. Udah, sana keluar." Dengan gerakan tangan, Opa mengusir Bitha dari ruangan. Begitu cucunya pergi dan pintu sudah tertutup, perhatiannya fokus ke Galen. Ia menganati Galen dari ujung kepala sampai ujung kaki. Laki-laki yang datang mengenalkan diri sebagai pacar Bitha, tampak tidak terganggu dengan tatapannya.
Kemudian Opa berdeham pelan sebelum bersuara. "Papinya Bitha udah cerita soal kamu."
Galen diam, bingung harus merespon apa.
"Tadi kamu udah ketemu para sepupu Bitha, kan?" tanya Opa Bitha yang diangguki oleh Galen. "Kamu bisa lihat kalo hanya Bitha cucu perempuan di keluarga ini, kan?"
"Iya, Opa."
"Kami semua sayang sama Bitha. Laki-laki yang dekat dengan Bitha, harus memperlakukan Bitha dengan baik. Laki-laki itu harus mapan secara ekonomi, dan tidak akan membuat Bitha kesusahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitha for the Beast
Genç Kız EdebiyatıMenjadi putri dari pasangan pengusaha dan cucu seorang politikus terkenal membuat hidup Tsabitha Alisha Mahawira tidak bisa bebas. Perempuan yang biasa dipanggil dengan nama Bitha selalu memiliki pengawal yang selalu mengikutinya, mencegah dirinya a...