Gilang seorang mafia dan pebisnis ilegal dengan kekayaan terbesar, juga memiliki perusahaan besar yang sudah di akui oleh negara.
"Tetapi dia bahkan tidak membutuhkanmu Gilang, Aku tahu kau selalu menepati janjimu, lihatlah sampai sekarangpun kau ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kim Taehyung
Dua hari berlalu, luka sudah membaik, Aku baru saja memarkirkan mobil di garasi, cuaca pagi yang sangat cerah di hari libur.
Saat memasuki rumah, Aku melihat Mama, Papa, Gibran bersama dengan tunangan-nya sedang berkumpul di ruang tengah atas.
Aku melewati mereka semua, tubuhku sangat lelah sekali karena kurangnya tidur selama dua hari ini.
Aku masih harus menjalankan transaksi di malam hari, belum lagi ada pelanggan ganja yang tertangkap polisi, sungguh melelahkan dengan keadaan yang belum terlalu baik.
Tetapi mimpi buruk itu selalu saja berpihak kepadaku "sudah ingat dengan rumah ternyata bocah berandalan ini" ucap Papa.
Aku mencoba untuk tidak menghiraukan apapun "apakah bisnis tidak berguna itu membuatmu lupa dengan rumah" Papa tidak henti-hentinya berbicara, membuatku benar-benar jengah.
"Berhentilah, Aku lelah, Aku butuh istirahat" Aku berucap dengan nada datar.
Papa merasa kesal karena di abaikan, Ia segera berdiri dan menghantamkan kepalan tangan mengenai pipiku dengan keras, Aku terjatuh karena pukulan itu terjadi secara mendadak.
Aku berdiri dan menempelkan jempol pada pinggir bibir dan melihat darah yang menempel.
Menaikkan kepala lalu menatap Papa dengan tatapan tajam "aku sudah bilang kalau aku lelah, apakah susah sekali membiarkanku istirahat? Ini hari libur, berhenti memancing emosiku!!" Aku membentak Papa tepat di depan wajahnya membuat semua orang menatapku dengan rasa takut.
Aku melihat semua orang yang kini sedang menatapku, menghembuskan nafas sejenak "Aku lelah Pa, berhentilah menggangguku, apakah kau tidak lelah? Kita harus bertengkar setiap hari, bisnisku bahkan sudah berjalan lima tahun lebih, dan kau masih saja bersikap seperti bocah cilik".
"Kapan kamu bisa nurut sama Papa kaya Kakakmu?" Pertanyaan Papa kembali memancing emosi, sungguh pria tua ini memang tidak pernah berhenti berbicara.
"Aku bukan Gibran!! Berapa kali Aku bilang Aku bukan dia!! Pria tua ini memang gemar sekali menguji emosiku" Aku berteriak dengan lantang.
Papa menendang tubuhku hingga jatuh "kau ini anakku, tapi perlakuanmu sungguh seperti anak berandalan yang tidak di didik" Papa berucap sambil menekan perutku hingga darah kembali keluar mengenai baju putih yang sedang Aku gunakan.
Luka yang memang sudah membaik, tetapi apa yang diharapkan dari luka tusukan yang hanya di obati selama dua hari? Terlebih saat ini harus menerima tekanan yang keras.
Papa terkejut melihat baju putih itu mulai mengeluarkan darah, Ia hendak menarik baju Gilang untuk melihat asal darah yang keluar sebelum tanganku menepis lengannya dengan kasar.
Aku berdiri sambil menahan darah yang keluar dari perut "kau memang seorang Ayah, tapi caramu tidak menunjukkan seorang Ayah" Aku pergi memasuki kamar.
Mama melihat semua pertengkaran suami dan anak "kau kasar sekali dengan anakmu sendiri, seharusnya kau membiarkan dia beristirahat" Mama pergi menuju kamar Gilang.