Gilang seorang mafia dan pebisnis ilegal dengan kekayaan terbesar, juga memiliki perusahaan besar yang sudah di akui oleh negara.
"Tetapi dia bahkan tidak membutuhkanmu Gilang, Aku tahu kau selalu menepati janjimu, lihatlah sampai sekarangpun kau ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Jimin
"Bagaimana kerjasamamu dengan perusahaan Birama sejauh ini? Aku tahu kau paling lama bekerja sama dengannya dibandingkan dengan Gibran" Aku bertanya kepada Papa di sela sarapanku.
"Tiba-tiba sekali, sejauh ini kami baik-baik saja" Papa menghentikan acara sarapannya dan menatap sang anak bungsu.
"Aku ingin memberitahumu, tapi kau diam saja, untuk berjaga-jaga disaat dia akan berulah, tapi kurasa dia tidak akan berulah karena perusahaan Papa sangatlah berpengaruh untuk perusahaannya" Aku mengambil gelas yang berisi air mineral.
"Apakah ada hal serius?" Papa di buat heran dengan penjelasan Gilang.
"Dia musuhku di dalam dunia gelap, dialah yang selama ini mencoba untuk membunuhku, luka-luka yang Aku terima akhir-akhir ini adalah hasil perbuatan dia, dan juga wanita yang mengajakku menikah adalah anak perempuan satu-satunya".
Semua orang yang berada di meja makan terdiam, penjelasan Gilang adalah kejutan dan rasa khawatir untuk mereka semua, tanpa ada satupun orang yang berbicara, mereka memilih untuk mendengarkannya.
"Sejujurnya Aku tidak terlalu khawatir terhadap Papa dan Gibran, karena Aku yakin dia tidak melakukan hal yang membuatnya jatuh, Aku rasa dia tidak terlalu bodoh, di keluarga ini dia hanya mengincarku, Aku memberitahu karena Aku ingin kalian semua lebih hati-hati terhadapnya".
Aku mengusap bibir menggunakan tissue "sarapanku sudah selesai".
Aku hendak bangun dari duduk dan pergi "bisakah kau hentikan pertikaian ini? Papa sangat khawatir, tidak hanya Papa, mungkin Mama dan Gibran sama khawatirnya" ucap Papa.
Aku memiringkan kepala dan menatap semua orang secara bergantian "dan membiarkannya menang begitu saja? Dia sudah merendahkanku, membuatku harus berurusan dengan hukum, dan beberapa kali Aku hampir mati karena dia, kau fikir nyawaku serendah itu untuk di injak-injak? Aku juga bukan orang yang ingin memiliki pertikaian, merekalah yang memulainya terlebih dahulu".
Tanpa menunggu jawaban, Aku memilih pergi begitu saja meninggalkan rumah, karena sampai kapanpun mereka tidak akan pernah mengerti berada di posisiku.
Aku pikir menjelaskan pun tidak akan membuahkan hasil, terkadang Aku ingin sekali menceritakan seluruh masalah yang Aku alami.
Aku juga membutuhkan pendukung yang kuat, tetapi caraku yang salah ini membuat mereka berpikir bahwa Aku adalah dalang dari segala masalah.
Aku tidak membenarkan jalan yang Aku pilih, Aku juga tidak menganggap pekerjaan ini adalah pekerjaan yang bagus untuk dilakukan.
Tetapi bukankah setiap orang memiliki kemampuan dan pilihannya masing-masing, dan semua itu kembali lagi pada diri kita sendiri.
Sebagian besar semua keluarga menginginkan anak seperti Gibran, yang selalu nurut apapun perintah dari orang tua.