7

1.1K 97 10
                                    

Carmelyn POV on! ⏸️

Carmelyn POV on! ⏸️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

Pipiku terasa panas dan kebas seketika. Sekujur tubuhku memanas bersamaan aliran darah yang kian mendidih. Tanganku menyentuh pipi dengan gemetaran. Tak menduga dengan kejadian yang begitu cepat barusan.

"Apa yang kau lakukan, Thunder?"

Mataku memandang nanar pada sosok yang berdiri angkuh sembari mengepalkan kedua tangan. Rahangnya mengeras, menatapku tajam beberapa detik sebelum ia bergerak menyeretku paksa lalu mendorong tubuhku yang tak berdaya hingga menghantam dinding. Tulang bahuku terasa kebas sesaat setelah menghantam benda keras itu.

Yang jelas, saat aku mengerjapkan mata sembari mengatur napas, Thunder sudah berlutut di hadapanku. Pria itu mencengkeram wajahku cukup keras hingga rasanya rahangku akan retak. Kedua pelupuk mataku tak kuasa menahan lonjakan emosi yang membuat cairan bening yang terbendung pecah dan mengalir deras menciptakan sungai hangat di pipi.

Hatiku semakin mencelus saat beradu tatap dengan mata tajam yang menyirat penuh kebencian. Siapa itu? Apakah itu benar-benar Thunder? Mengesankan. Aku bahkan seperti berhadapan dengan orang asing.

"Beraninya kau mencelakai Delilah?"

Menggelengkan kepala, aku berusaha menjawab sambil menahan sakit di rahangku yang masih dicengkeram keras olehnya. "Aku tidak mencelakainya. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."

"Cih!"

Thunder membuang wajahku hingga leherku terasa keram. Wajar, aku nyaris tidak pernah olah raga, tetapi tiba-tiba diperlakukan kasar hingga mau tak mau harus olah otot dadakan. Otakku benar-benar tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi, selain bayangan ingatan bahwa aku sengaja mendorong Delilah hingga jatuh dari tangga lantai dua hingga lantai satu. Namun, ada ingatan jelas di mana bibir Delilah bergerak mengucapkan kalimat yang membuatku tersulit emosi.

"Aku akan membunuh Thunder dan menghancurkan hama kecil sepertimu!"

Itu lah secuil kalimat yang membuatku kini dilanda kebingungan.

"Ini peringatan terakhir. Jangan pernah sentuh Delilah lagi, atau kau akan menyesal."

Tidak. Ada yang salah di sini.

Sebelum Thunder membalikkan badan, aku segera bangkit berlutut dan mencekal tangannya. "Thunder! Delilah adalah wanita jahat! Jangan mempercayainya. Dia ingin membunuhmu! Dia mau balas dendam padamu!"

Alih-alih mengindahkan peringatanku, Thunder malah mengeram dan menghempas cekalanku. Mencampakanku di lantai dan pergi begitu saja. Tak menyerah, aku segera bangkit meski kepalaku sedikit pusing. Sekali lagi, aku berusaha mencekal tangan Thunder. Namun, pria itu langsung berbalik dan mendorong tubuhku hingga aku terjungkal ke belakang.

Bug!

Kedua mataku mengerjap panik. Namun, anehnya sekarang aku sedang tengkurap di lantai. Mengendalikan pandangan ke sekeliling, aku pun menyadari aku sedang ada di lantai kamar. Tepat di sebelahku ada ranjang, membuatku sadar jika aku barusan jatuh dari ranjang.

Villain's Dirty Scandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang