3

10.3K 728 14
                                    

Vote dan komen kalian adalah semangat Author.
👉😣👈

***

Di bawah nuansa cahaya remang dari lampu kekuningan. Kaki kurusku melangkah begitu hati-hati menyusup melalui celah kecil pintu kayu nan begitu gagah. Aku menutup pintu dengan pelan dan lebih pelan sampai akhirnya berhasil menutup dengan sempurna.

Bahkan, untuk menghela napas saja aku begitu segan. Hawa ruangan ini begitu dingin menusuk, sampai-sampai tubuhku langsung menggigil. Perlahan, kualihkan pandanganku pada sosok pria yang tampak terlelap di atas ranjang.

Begitu hati-hati, kakiku melangkah mendekat sembari tanganku mengeluarkan besi pipih yang langsung berkilau memantulkan cahaya kekuningan. Kakiku tiba di sisi ranjang, perlahan aku merangkak naik melewati sisi kakinya.

Kupikir ini sudah posisi yang sangat pas untuk memulai aksiku. Kuangkat pisau di tanganku tinggi-tinggi, memfokuskan pandangan pada dada bidang yang terlapisi kain piyama tipis. Kurapatkan bibir, mengokohkan keyakinan yang sudah kukumpulkan hingga berani menemuinya seperti ini.

Tatapan mataku menajam, aku benar-benar siap melayangkan pisau itu ke dadanya. Namun, saat di pertengahan udara yang begitu cepat itu, tanganku bergeser dan pada akhirnya pisau itu hanya mengoyak bisa ranjang di sebelah leher Thunder.

Ya! Aku berniat membunuh Thunder sebagaimana yang dikatakannya. Namun, hati sialan ini malah membuat tubuhku bergerak di luar keinginanku. Itu percobaan yang gagal. Karena saat aku mencoba menarik pisau yang salah sasaran itu, aku menyadari seseorang sedang mengawasiku.

"Gagal, huh?"

Kurasakan gerakan kecil tubuh Thunder yang kunaiki. Dia menggeliat, lalu terdengar suara beratnya menguap, begitu santai seolah pisau yang kubawa ini hanya lelucon. Aku masih tidak ingin menatapnya, yang kuinginkan sekarang adalah kembali saja. Toh, percobaan pembunuhan ini telah gagal.

Saat aku hendak beranjak pergi tanpa sepatah kata, tiba-tiba sebuah tangan besar menangkap lenganku. Dengan sekali hentak, tubuhku jatuh terjerembab di atas kerasnya tubuh Thunder. Aku terkesiap, hendak mengelak, tetapi pria itu malah melingkarkan lengan kekarnya di pinggangku, menuntut untuk meniadakan jarak di antara kami.

"Jika kau membuat gerakan sejelas itu, mana mungkin aku tidak bangun, Carmelyn."

Suara berat nan serak Thunder terdengar begitu jelas di sisi telingaku. Dalam jarak sedekat ini, aku bisa mencium dengan jelas aroma tubuh Thunder yang masih segar. Pria itu pasti mandi sebelum tidur. Eh?

Menggelengkan kepala, aku menyadarkan diri sendiri untuk tidak memikirkan hal tidak berguna. Apa juga peduliku tentang Thunder mandi atau tidak. Yang terpenting, aku harus segera bangun dari posisi tidak nyaman ini.

"Lepas!" pintaku berusaha bangkit meski rasanya seperti tidak ada perubahan sedikit pun. "Aku mau kembali ke kamar!"

Thunder terkekeh, lalu tertawa kecil dengan suara beratnya yang dalam. "Setelah gagal membunuh orang, kau mau pergi semudah itu?"

Jemari besar Thunder menyusuri wajah, leher, tulang selangka lalu kembali naik saat pandangannya jatuh di atas kepalaku. Jemarinya bergerak mengelus lembut kepalaku. Atau, lebih tepatnya di posisi rambutku yang pelontos asal.

Dengan tenaga yang kumiliki, kutepis tangannya menjauh. Menatap mata legam itu tajam sebagai peringatan.

"Jangan pernah sentuh aku!"

Aku kembali berusaha berdiri, menahan kedua tanganku di depan dada bidangnya sebagai topangan untuk berdiri. Namun, bukannya bebas, kedua tangan Thunder yang kini merengkuhku semakin tenggelam dalam pelukan berat ini. Thunder tertawa kecil sembari menghirup napas panjang di sebelah rambutku. Kupikir dia sedang membau rambutku. Sayang sekali, seharusnya aku tidak perlu keramas agar dia langsung muntah-muntah.

Villain's Dirty Scandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang