6

12K 698 34
                                        

Vote komennya mana dulu, nih?

😘
Ok, lanjut! Happy reading!

***

"Pilih saja yang kamu suka!" perintah Thunder sembari melingkarkan tangan besarnya di pinggangku.

Bibirku melengkung lebar. Kami tidak jadi ke butik, tetapi Thunder yang membawakan butiknya ke kamar hotel. Iya, sekarang, kami sedang di kamar hotel bersama pemilik butik yang diundang membawakan pasangan gaun terbaik mereka. Bahkan, mereka sangat effort membawakan manekin untuk mempresentasikan gaun indah yang mereka buat.

"Terima kasih, Sayang!" ucapku tulus sembari tersenyum sumringah.

"Tentu."

Aku pun segera berlari menelisik beberapa manekin. Saat aku memilih gaun, Thunder tampak menikmati waktunya dengan duduk memandangi landscape gemerlap kota di malam hari. Tampak asap mengepul di udara. Aku tidak suka asap rokok, tapi jika itu Thunder, aku akan berusaha menyukainya. Mau aku sampai asma kalau Thunder yang merokok, aku benar-benar tidak apa-apa.

 Mau aku sampai asma kalau Thunder yang merokok, aku benar-benar tidak apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memilih gaun yang paling kusuka. Sebuah gaun putih penuh pernak-pernik bordir indah yang dipadukan dengan bulu lembut di bagian dada menyambung ke punggung. Bagian bahunya terbuka, membuat bahu mungilku tampak indah. Aku memilih gaun yang bukan ala putri, karena aku ingin tampak sebagai wanita dewasa saat bersanding dengan Thunder. Aku sengaja memilih yang bagian dadanya agak terbuka, ini membuatku tampak seksi. Gaunnya juga menunjukkan lekak-lekuk tubuhku yang indah, berbentuk rok duyung yang mekar di bawah betis.

Setelah memakai gaun pilihan, aku meminta Thunder untuk melihat penampilanku. "Thunder, apakah kau suka?"

Pertanyaan itu membuat Thunder menoleh dari posisi duduknya, beberapa detik kemudian bangkit mendekatiku. Matanya menelisik dari puncak kepala, dada lalu turun hingga ke bawah dan berakhir di mataku. Dia berdiri di depanku, menjulang begitu tinggi sampai harus menunduk untuk membalas tatapanku.

Telapak tangan besar Thunder tiba-tiba bertengger di bahu telanjangku, membuat aku tersentak dan jantungku berdegup kencang. Tak sengaja kulihat matanya mencuri pandang pada belahan dada yang memang tampak lebih berani dalam balutan gaun ini.

"Apakah kau menyukai ini?"

"Apakah jelek?"

Thunder menggeleng, lalu tersenyum. "Aku tidak tahu kau bisa memakai pakaian seperti ini."

"Jika Thunder mau, aku bisa tidak memakai pakaian apa pun."

Mendengar gurauanku, wajah Thunder bersemu merah. Dia berdesis lalu mencolek ujung hidungku dengan jemarinya.

Villain's Dirty Scandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang