1. Malam yang tidak lagi panjang

6.5K 481 68
                                    

Yichen menurunkan arak yang dibawanya dari tubuh kuda yang mulai kedinginan dan tua tersebut.

Dengan senyum hangat nya ia mengelus tubuh kuda yang menemani nya menghabiskan malam-malam sepi disisinya.

"Kau kedinginan... kasihan sekali." Ucap Yichen lembut. Jemarinya yang ramping mengelus tubuh kuda yang mulai renta tersebut.

"Kita beristirahat disini dulu, bagaimana?" Yichen mengusakkan kepalanya ke leher sang kuda yang meringkik senang.

"Kau senang sekali ya diajak mengobrol." Lirih Yichen.

Sekali lagi, sang kuda meringkik menanggapi ucapannya. Yichen tersenyum sekali kemudian melepas pelukannya.

"Aku akan mengumpulkan rumput untukmu. Anggap saja rasa terimakasih ku karena kau sudah menanggapi ucapanku dengan gembira." Ucap Yichen sambil berlalu setelah sebelumnya menepuk punggung sang kuda lembut.

Ia mulai mengumpulkan rumput segar untuk dibawa ke kuda kesayangannya. Senyumnya tidak memudar sedikitpun, sesekali bersenandung kecil tidak begitu jelas.

Sangat kecil hingga terbawa angin yang berhembus kencang.

Tangannya tampak terbiasa membabat rumput-rumput segar yang menancap kuat ditanah.

Memang terbiasa, melakukannya puluhan tahun bukanlah waktu yang sebentar.

Dirasa cukup ia kembali menemui kuda nya yang dengan manis menunggu nya.

"Kau menunggu, hem? makanlah yang banyak." Yichen menurunkan rerumputan yang ia bawa kemudian mengelus kudanya.

Kuda kesayangannya tersebut meringkik kesenangan. Ia tampak bersemangat sekali memakan rumput yang dibawakan oleh pria yang menjadi majikannya sekian lama tersebut.

"Perlahan saja, tempat ini sangat luas untuk kita berdua. Kau tidak akan kehabisan rumput." Lirih Yichen.

Pandangannya jatuh pada padang luas dihadapannya.

Betapa malangnya padang rumput ini, Begitu luas namun hanya dikunjungi oleh nya saja.

Betapa kesepiannya padang rumput yang luas ini.

Malam dan siang hanya memiliki dirinya saja. Terpaksa berteman dengan angin yang dingin dan matahari yang panas.

Yichen mengelus pedang Yunguang yang tergantung apik di saku kanan nya.

Ia memejamkan matanya sejenak, merasakan angin dingin yang menyapa wajahnya dan perasaan sepi yang menyergap seluruh tubuhnya.

Padang rumput yang telah mengering berkali-kali dan menghijau berkali-kali pula.

Dan ia tetap menjadi satu-satu nya orang yang berkunjung untuk padang rumout yang kesepian ini.

Bersama kuda kesayangannya yang mungkin tidak pernah dikenali oleh padang rumput ini.

Padang rumput luas ini telah menghijau ribuan kali, tidak pernah pergi kemanapun dan tidak pernah berpindah kemanapun.

Namun makhluk fana memang harus pergi saat tubuhnya telah renta. Memang harusnya beristirahat setelah tubuhnya mencapai batasnya.

Hanya menyisakan dirinya dan padang rumput malang yang kesepian ini.

***

Langit telah gelap dan kuda nya kini tengah beristirahat setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan.

Ia sendirian, ditemani api yang dinyalakan tidak besar dan sebotol air giok disisinya.

Senyumnya melebar seiring tangannya kini mengelus lembut kotak dipelukannya.

TRAIL THE UNBOUND SOUL | Fangs of fortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang