Bab 7 : Saudara saling melindungi

4 2 0
                                    

Pintu gerbang sekolah terbuka lebar, dan suara motor bergemuruh semakin keras mendekat. Suasana di sekolah menjadi kacau. Murid-murid yang sebelumnya sibuk dengan aktivitas masing-masing sekarang berlarian ke jendela, penasaran dengan keributan yang terjadi di luar.

Dari arah gerbang, sosok Kyu, pemimpin geng Thunder, turun dari motornya dengan langkah penuh wibawa. Belasan anggota gengnya mengikutinya, menciptakan aura yang semakin mencekam. Semua orang mulai bergosip.

"Itu Kyu! Ketua geng Thunder!" bisik seorang murid dengan nada panik.

"Dia dateng ke sini buat siapa? Jangan-jangan buat Ryu!" sahut yang lain.

Sementara itu, di ruang guru, aku hanya bisa bernafas panjang ketika mendengar kegaduhan di luar. Aku tahu apa yang akan terjadi. Purnama dan gengnya yang ada di ruangan yang sama mulai menunjukkan wajah ketakutan. Salah satu dari mereka berbisik, "Kenapa Kyu bisa ada di sini?

Kyu melangkah masuk ke lorong sekolah, wajahnya datar namun mengintimidasi. Setiap langkahnya membuat suasana semakin sunyi. Dia berhenti di depan ruang guru, melihat ke dalam, lalu berteriak keras, "Ryu! Keluar lu! Ada yang harus kita beresin sekarang juga!"

Murid-murid di sekitar semakin heboh. Banyak yang mengira aku sudah habis kali ini. Purnama dan gengnya semakin pucat. Salah satu dari mereka bergumam, "Ryu pasti bikin masalah gede sama Kyu di luar sekolah. Ini tamat sih buat dia."

Guru-guru di dalam ruangan mencoba menenangkan situasi. Salah satu guru berdiri dan berkata dengan tegas, "Nak, tolong jangan membuat keributan di sekolah ini. Kalau ada masalah, kita bisa selesaikan dengan baik-baik."

Kyu menatap guru itu dengan tatapan tenang, namun penuh perhatian. Dia menyapa dengan sopan, "Permisi, Pak," sebelum melanjutkan dengan suara rendah yang tetap jelas terdengar, "Saya paham betul mengenai aturan sekolah, namun saya rasa saya harus menegaskan bahwa jika Ryu diganggu, itu adalah hal yang akan saya urus sendiri." Dia tersenyum halus, seakan menunjukkan sikap yang sangat santun, meskipun kata-katanya tajam seperti pedang.
Aku akhirnya berdiri dan berjalan keluar dari ruangan. Seluruh mata tertuju padaku. Dengan wajah penuh luka dan memar, aku mendekati Kyu.

"Kyu, balik aja. Gua nggak perlu lu datang buat kayak gini," kataku tegas meski tubuhku masih terasa sakit.

Kyu menatapku tajam, lalu tertawa kecil. "Lihat muka lu, Ryu. Gua dateng karena gua nggak suka ada yang bikin lu kayak gini. Siapa yang harus gua urusin?"

Aku balas menatapnya dengan serius. "Ini masalah gua, Kyu. Gua yang bakal selesain sendiri. Lu nggak usah ikut campur."

Kyu terdiam sejenak, lalu menepuk pundakku. Dengan suara yang lebih pelan, dia berkata, "Oke. Tapi kalau gua denger ada apa-apa lagi, lu tahu gua nggak bakal tinggal diam."

Dia berbalik dan berjalan pergi, diikuti oleh anggota gengnya. Namun, sebelum benar-benar pergi, dia sempat menatap tajam ke arah Purnama dan teman-temannya. Tatapan itu sudah cukup untuk membuat mereka gemetar ketakutan.

Setelah Kyu dan geng Thunder pergi, suasana di sekolah perlahan kembali normal, meski ketegangan masih terasa. Guru kepala mendekati kami yang masih ada di ruang guru dan berkata, "Semua yang terlibat dalam masalah ini harus memanggil orang tua masing-masing. Tidak ada pengecualian."

Aku hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Saat aku berjalan keluar dari ruang guru, aku bisa merasakan tatapan semua orang tertuju padaku. Bisik-bisik terus terdengar di sepanjang lorong.

"Ryu kok bisa kenal sama Kyu?"

"Mereka teman? Atau ada hubungan lain?"

Namun, tidak ada yang benar-benar berani bertanya langsung.

SIMFONI BOCAH LIAR (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang