KAMAR 302

31 5 2
                                    

Pesawat sudah landing setelah berjam jam mengapung di udara, boom yang sudah sadar dari tidurnya mempersiapkan diri untuk turun dari pesawat.

Hal pertama yang Ia lakukan adalah menuju hotel tempat Ia menginap, melakukan check in dan tidur di kamar hotel.

"Permisi, nama saya boom. Saya sudah booking kamar dari tanggal 23 melalui travel oke"

Petugas hotel memeriksa dan memberikan kunci kamar kepada boom, dan seorang petugas menghampiri nya untuk mengantar kan nya ke kamar yang ia pesan

"Silahkan lewat sini tuan"

Mereka menaiki lift dan petugas menekan nomor 5, kamar boom berada di lantai 5. Pintu lift terbuka dan boom mengikuti petugas tersebut ke kamar dengan nomor pintu 301, setelah memberikan tips ia memasuki kamarnya

"Akhirnya!!!"

Dering handphone yang sedari tadi ia abaikan berbunyi lagi

"Kak force!?"

Boom hanya membaca, enggan menjawab. Ia terlalu letih dan ingin beristirahat

Sementara boom tertidur, pintu kamar yang bernomor 302 terbuka. Kamar yang tepat di depan kamarnya adalah kamar aou, Ia sudah sehari lebih dulu berada di situ

"Ck, lupa beli dalaman, mau nyari dimana gua"

Ia masih sama seenaknya dan tanpa persiapan. Aou keluar dari hotel mencari keperluan selama Ia berada di thailand. Prinsip nya selama Ia masih memegang uang semua hal menjadi mudah

aou berjalan lama menuju tempat perbelanjaan yang ada di bangkok, Ia tidak memesan ojek atau kendaraan sejenisnya melihat pemandangan di Bangkok sambil berjalan tidak bisa Ia dapatkan di Jerman.

Ia mengambil handphone di saku nya dan menghubungi saudara nya dunk

"Aou lu brengsek, kenapa gak tahun depan aja lu hubungi gua?"

Belum ada sepatah kata dari mulut aou dan dunk sudah mencerca nya

"Rileks brother, papi gimana?"

senyum indah itu menghiasi wajah tampannya

"Papi udah gua urus! Lu kemana?"

"Tebak!!"

Dunk terdengar kesal tapi aou masih bermain dengan saudaranya

"lu tinggal jawab aja!!"

"Hmm, gua ke...... RAHASIA"

Suara tawa aou pecah dan dunk, Ia menarik nafas menahan kekesalan

"Kayanya gua cocok tinggal disini dunk! Apa gua beli rumah aja disini? Bangun coffee shop! Seru kali kan?"

"Lu baru sehari disana dan lu udah mikir macam macam aou! Udah gak usah aneh aneh! Lu kapan pulang?"

Tak ada jawaban dari aou, matahari terbenam disini terlihat indah

"Dunk! Matahari nya indah! Merah! Gua suka, banyak yang mau gua cari dunk! Gua rasa seperti kehilangan banyak hal"

Dunk terdiam, Ia tau aou memang terlihat baik baik saja. Tapi dalam lubuk hatinya, ada sesuatu yang mengganjal. Dunk tau itu, tapi Ia memilih tidak mengatakan nya. Egois memang, tapi Ia lebih memprioritaskan kesehatan aou

"Lu jangan banyak berfikir aou, lu nikmati aja liburan lu! Papi biar gua yang urus!"

Keperluan yang Ia inginkan sudah Ia dapatkan. Aou pulang ke kamar hotel itu, ketempat Ia akan bertemu seseorang yang Ia tinggalkan, orang yang masih menunggu nya

***

Suara lift terbuka bertepatan dengan pintu kamar 301 terbuka, mereka berdua melangkah keluar.

Mereka bertemu, hanya mereka berdua di Koridor itu, Saat tatapan itu bertemu aou tersenyum menyapa, sementara boom terdiam, jantungnya berdegub dengan sangat cepat tak ada kata apapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya berdiri terdiam bahkan saat aou melewati nya

"Mata nya indah"

Ucap aou pelan, ia selalu menyukai keindahan mata seseorang

Sementara boom, nafasnya tercekat dan air mata mengalir tanpa Ia sadari, tubuhnya tidak bisa menahan berat badannya. Ia ambruk tak sanggup berdiri.

Boom menepuk dada nya keras, Ia terisak. Aou mendengar itu, Ia mendekati boom

"Mas, hei mas.. Tarik nafas"

Aou hendak berdiri mencari bantuan, tapi boom menggenggam tangan nya erat

"Jangan tinggalin gua! Jangan tinggalin gua"

Ucapnya berulang, boom menatap aou yang terlihat bingung harus berbuat apa

"Ya, gua gak kemana mana"

Aou mengelus punggung boom, setidaknya hanya ini yang bisa Ia lakukan untuk menenangkan seseorang yang ia tidak kenal yang sedang menangis ini

***

Sekarang mereka berdua dikamar 302. Aou sengaja membawa pemuda yang baru Ia kenal ini ke kamarnya. Pemuda itu tertidur saat di Koridor tadi. Mungkin terlalu letih karna menangis. Tapi bukan itu alasan kenapa aou membawanya ke kamarnya.

Pemuda yang baru Ia kenal ini tidak melepaskan genggaman tangan nya.

Aou membaringkan pemuda tersebut di sofa dan tanpa sengaja memandang wajahnya

"Kenapa? Gua kenapa?"

Ia memegang dadanya ada desiran saat Ia menatap pemuda ini, Ia seperti pernah melihat pemuda ini. Ia mencoba mengingat tapi sepertinya Ia tidak mendapatkannya

"Gua kenapa?"

sepertinya ada ketenangan yang sulit ia deskripsikan saat ia menatap wajah pemuda ini

Sementara boom masih menutup matanya, Ia tertidur sambil menangis.

Aou nya sudah didepan mata

Aou yang melupakan nya itu sekarang bersamanya

DEAR AOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang