"Y/n, kau baik-baik saja?"
Pintu toilet yang berada di kamarnya diketuk pelan oleh Giselle, suara khawatir temannya itu menyadarkan Y/n dari lamunan saat memasukan ujung testpack ke wadah kecil yang menampung urinnya.
"Aku baik-baik saja," sahutnya dari dalam toilet.
Jawaban amat berbeda dengan raut wajah gusarnya yang terpantul di cermin toilet.
Keringatnya terus mengalir tanpa henti, membuatnya mengelap dan menyibakkan sisi rambutnya ke belakang telinga.
Dari awalnya jantungnya sudah berdebar cepat menunggu hasil tersebut. Dan debaran itu semakin menggila kala testpack tersebut sudah menunjukan hasil.
Yang sialnya tidak dia inginkan.
Garis dua.
Bruk!
Kakinya lemas, dia terjatuh ke lantai cukup keras dengan tangan gemetar yang masih menggenggam benda tersebut.
"Y/n!"
Panik mendengar suara dari dalam toilet. Takut terjadi apa-apa pada temannya. Giselle dan Yiren segera masuk ke toilet yang memang tidak di kunci dari dalam.
Keduanya bungkam dalam beberapa saat, melihat sesuatu yang ada di tangan temannya itu.
Dalam jeda waktu hitungan menit. Yiren lah yang pertama kali mengeluarkan suara. "Y/n, kau... hamil?"
-
| sadism |
-
Sedangkan di sisi lain.
Mark menatap lurus layar ponselnya yang memperlihatkan Y/n tengah menggenggam hasil testpack bergaris dua itu.
Ada untungnya juga kamera yang terpasang di toilet kamar Y/n, tidak dia sambungkan ke monitor di kamarnya, sehingga Haechan tidak tau jika Mark juga memasang kamera di toilet kamar Y/n. Membuat kamera yang ada di sana, menjadi satu-satunya kamera yang tidak di bongkar oleh Haechan.
Kali ini, Mark lebih tenang. Tidak menunjukan ekpresi emosi berlebihannya.
Yang dia lakukan segara mengambil ponselnya yang lain, guna menghubungi temannya.
Dalam deringan pertama, nama Jeno yang tertera dilayar ponsel Mark, langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Ada apa?"
Mark menghela napas pelan, sesaat dia terpaku pada hasil testpack yang masih Y/n genggam. Membuatnya tanpa sadar mengepalkan tangannya kuat.
Sampai Jeno memanggilnya kembali. "Mark?"
Mark tersentak. Dia menyandarkan punggung pada kursi putar yang dia duduki. Kepalanya mengadah melihat salah satu figura di kamar, fotonya bersama Y/n ketika mereka masih berusia 6 tahun.
Harusnya di samping foto itu, ada potret baru ketika hubungan keduanya sudah lebih dari sekedar teman.
Seandainya Haechan tak masuk di tengah-tengah mereka.
"Jeno. Aku ingin meminta upah dari hasil menghapus CCTV tindak kejahatanmu itu, serta berhasil mengalihkan topic penyekapan yang kau lakukan dengan menggunakan kasusku dan Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadism » Dark Side Series
FanfictionDark Side Series WARNING! Rating 24+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** "Kau mau bawa dia kabur ke mana, hah?!" Sorot tatapan tajam Haechan tertuju pada pria yang berstatus sebagai kakak tirinya. "Yang jelas bukan ke Brisbane," Mark mengedikan...