12.

217 38 19
                                    

Srak! Srak!

Haechan menarik semua tali yang menggantungkan foto Mark, tak terkecuali foto yang terpasang di tiap sisi tembok. Dia melepaskan semuanya, sehingga lembaran yang mengabadikan diri Mark itu berserakan di lantai memenuhi ruangan merah ini.

Lelaki itu merusak semuanya, menghancurkan ruangan yang terawat rapih oleh si pemilik kamar.

"Apa tidak ada lagi yang mau kau hancurkan dari semua hal yang aku miliki, hah?!"

Y/n berteriak dengan kalimat sarkasnya. Gadis itu menarik tangan Haechan agar berhenti merusak foto Mark, dia merampas dari tangan Haechan sisa foto Mark yang belum di rusak.

"Ada," Haechan membalasnya dingin, lelaki itu menunjuk tepat di depan wajah Y/n, "semua yang berhubungan dengan Mark akan aku habisi. Di mulai dari sini."

Haechan menatap tak suka pada lembaran foto yang berada di tangan Y/n. Dia mengambilnya kembali secara paksa. Merobek foto itu menjadi beberapa bagian dan melemparkannya ke wajah Y/n.

Mendapati semua foto di sini tak lagi tersisa baik. Tak membuat senyum puas terukir di wajah Haechan. Sekelebat ingatan muncul, mengenai Y/n yang paling tidak suka kameranya di sentuh oleh orang lain, di mana kamera tersebut pasti masih tersimpan foto Mark.

Haechan keluar dari ruangan yang sudah tak beraturan itu.

Y/n mengikutinya dari belakang. "Kau mau apa lagi?!"

Haechan menjawab melalui tindakannya, yang langsung mengambil kamera di atas meja, dan membantingnya keras ke lantai.

"Sampai aku menemukan kau yang masih diam-diam menyimpan foto Mark lagi. Aku bisa melakukan yang lebih kasar dari pada tadi."

"Argh! Brengsek kau!"

Y/n mengambil pecahan kaca yang berasal dari lensa kamera. Menggunakan tangan kanannya, dia menerjang Haechan untuk melukai lelaki itu dengan kaca dalam genggamannya.

Tak peduli pada kakinya yang terluka karena menginjak pecahan kamera tersebut, membuat langkahnya diiringi jejak darah.

Haechan pun samanya.

Dia tidak ragu menahan Y/n, yang menjadikan tangannya terluka karena sisi tajam kaca tersebut mengenai telapak tangannya. Cukup dalam sampai darahnya merembes, menetes ditengah-tengah mereka.

Keduanya sama sekali tidak menunjukan kesakitan pada luka baru di tubuh mereka.

Haechan menyinggungkan seringainya. "Kau memanggilku brengsek? Lupa kalau tadi kau mendesahkan nama ku ditengah permainan kita?"

Sindirannya menikam harga diri Y/n.

Iris hazel gadis itu berkilat menatap nyalang sosok lelaki di hadapannya. Kebencian itu terlihat jelas. Mungkin lupa jika belakangan ini keduanya menjalin hubungan dekat.

Walau hanya satu pihak yang akhirnya keluar dengan menyimpan perasaan buta.

Sumpah serapah dan makian kotor yang ingin dia serukan lantang. Hanya mampu tertahan di ujung lidahnya.

Kalah dari air mata sialan yang lolos lebih dulu dari pelupuk mata kirinya. Menyiratkan kesedihan.

"A-aku... tau kau membenci Mark. Tapi –apa membalasnya harus dengan mengorbankan orang lain, sepertiku?"

"Kau bukan orang lain."

Kau gadis yang disukai Mark setengah mati... dan gadis yang tak bisa kudapatkan hatinya.

Segelintir kalimat itu tersimpan rapih di kepala Haechan. Yang tak mungkin dirinya sampaikan pada gadis yang menjadi pusat dihubungan mereka bertiga.

|||

Sadism » Dark Side SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang