CHAPTER 15

222 23 2
                                    

Tak lama mobil zayyan pun sudah terparkir tepat di depan pintu rumah Dika. Dengan segera zayyan pun membantu membukakan pintu untuk nenek Siti dan juga membantu nenek Siti lagi untuk mempapah Dika memasuki rumahnya.

Dengan hati-hati, Zayyan memapah Dika yang masih terlihat lemah menuju sofa ruang tamu. Nenek Siti mengikuti mereka sambil membawa tas kecil berisi obat-obatan yang tadi diberikan dokter dan juga beberapa barang barang Dika yang lainnya. Setelah memastikan Dika duduk nyaman, Zayyan berjongkok di depannya, menatap penuh perhatian.

"Dika, Lo baik-baik aja kan? Kalau ada yang kurang nyaman, bilang aja, ya," kata Zayyan, suaranya lembut namun tegas.

Dika mengangguk pelan, meski wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Gue udah mendingan, kok. Makasih banget, Yan. Kalau nggak ada lo tadi, mungkin gue udah repot sendiri sama Nenek."

Zayyan tersenyum tipis, matanya memancarkan rasa lega. " Santai aja dik, udah Nggak usah mikirin itu dulu. Yang penting sekarang Lo istirahat aja dulu. Biar gue yang bantu bantu nenek ngerawat lo".

Nenek Siti, yang sejak tadi hanya diam mengamati, akhirnya ikut bicara. "Zayyan ini anak baik banget, ya. Terima kasih sudah bantu Dika, Nak. Nenek sampai bingung gimana balas budinya."

Zayyan buru-buru menggeleng. "Ah, Nenek, nggak usah bilang gitu. Zayyan senang kok bisa bantu. Lagipula, Dika ini kan sahabat saya."

Nenek Siti tersenyum lembut sambil menepuk pundak Zayyan. "Ya sudah, kalau begitu, tolong bantu Nenek ambilkan segelas air putih untuk Dika di dapur ya . Biar Dika bisa minum obatnya".

Tanpa pikir panjang, Zayyan langsung berdiri. "Siap, Nek!" jawabnya sambil berjalan menuju dapur.

Saat Zayyan menghilang di balik pintu dapur, Dika menyandarkan tubuhnya ke sofa, matanya menatap ke arah Nenek Siti. "Nenek, Zayyan itu orangnya baik banget, ya? Dika jadi ngerasa beruntung banget punya sahabat kayak dia."

Nenek Siti tersenyum penuh arti. "Iya, Dika. Kadang Tuhan kirimkan orang-orang baik di sekitar kita untuk jadi penolong. Kamu jaga baik-baik hubungan kalian, ya."

Tidak lama kemudian, Zayyan kembali dengan segelas air di tangannya " ini nek air nya". Ucapnya sambil memberikan air putih tersebut kepada nenek Siti

Nenek Siti pun menerima dengan senang hati,setelah mengambil air dari zayyan,nenek Siti pun langsung menghadap ke cucu nya itu dan langsung membuka obat yang sudah di berikan dokter itu.

"Ini Dika obatnya di minum yaa, biar cepat sembuh". Ucap nenek Siti sambil memberikan obat dan air putih itu kepada Dika.

Dika menerima obat dan air putih dari nenek Siti dengan sedikit senyuman kecil di wajahnya. "Iya, Nek. Makasih,"ucapnya pelan sebelum langsung menelan obat yang diberikan. Zayyan yang berdiri tak jauh dari situ memperhatikan dengan cermat, memastikan Dika benar-benar baik-baik saja.

Setelah Dika selesai minum obat, nenek Siti kembali duduk di kursi dekat sofa, tampak lega. "Nah, sekarang kita ke kamar yaa istirahat", ucap nenek Siti

Dika hanya mengganguk sebagai jawaban, zayyan dan nenek Siti pun segera mempapah Dika menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Dika, zayyan dan nenek Siti pun segera membantu Dika untuk merebahkan tubuhnya ke atas kasurnya.
Setelah rebahan nenek Siti pun berkata kembali.

"Udahh Dika,sekarang istirahat yaa,biar badannya cepet sembuh okee biar besok udah bisa sekolah lagi". Ucap nenek Siti sambil mengelus puncak kepala Dika.

Zayyan yang melihatnya pun tersenyum dan ikut duduk di kursi belajar Dika sementara nenek Siti ia duduk disisi samping kasur Dika. "Dik,Kalau perlu apa-apa, langsung bilang aja ke gue yaa,gue bakal di sini kok sampai kondisi Lo udah bener bener mendingan".

SECRET PROTECTER (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang