CHAPTER 24

264 26 4
                                    

Alice ternyata masih duduk di dalam mobilnya, memandangi rumah Dika yang kini tertutup rapat. Dari balik kaca, ia memperhatikan rumah itu dalam diam. Pikiran-pikirannya berlarian liar, tak terbendung. Apakah seperti ini hati Dika sekarang? Tertutup rapat, tak ingin ada yang masukinya?.

Pertanyaan demi pertanyaan terus menggerogoti pikirannya. Apakah Dika benar-benar membenciku? Apakah aku tak lagi punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Alice menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam kegelisahan yang semakin kuat.

Lampu ruang tamu terlihat redup dari celah tirai jendela, membuat Alice bertanya-tanya apakah Dika ada di sana, duduk sendirian seperti dirinya sekarang. Ia mencoba membayangkan apa yang ada di kepala putranya,kemarahan, kesedihan, atau mungkin rasa kecewa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Alice meremas setir dengan kedua tangannya, berusaha menenangkan diri. "Mama tahu mama salah. Mama juga tahu kalau mama sudah terlambat," gumamnya pelan, seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Tapi mama tidak akan menyerah. Mama akan menemukan cara untuk membuatmu mengerti tentang ini semua, putraku".

Di kursi penumpang, tas Alice tergeletak dengan amplop surat di dalamnya. Surat yang ia tulis dengan penuh hati-hati, mengungkapkan segala perasaan dan penyesalannya selama bertahun-tahun. Alice sempat berpikir untuk meninggalkan surat itu di depan pintu rumah Dika, tapi ia takut. Takut surat itu hanya akan dibuang begitu saja, atau bahkan membuat Dika semakin marah.

Alice menarik napas panjang, lalu menoleh sekali lagi ke arah rumah itu. Setelah beberapa saat, ia menghidupkan mesin mobilnya. Namun, alih-alih segera pergi, Alice tetap duduk di kursi pengemudi, membiarkan suara mesin yang menyala mengisi keheningan. Suasana terasa begitu berat, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

Di dalam hatinya, Alice masih diliputi keraguan. Ada harapan kecil yang ia pegang erat mungkin saja keajaiban akan terjadi, dan Dika akan keluar dari rumah itu. Dan mungkin putranya akan memberinya kesempatan untuk bicara dan menjelaskan semuanya. Tapi, seperti pintu rumah itu yang tetap tertutup rapat, harapan Alice pun terasa semakin jauh.

Alice memandang rumah itu sekali lagi, matanya berkabut oleh rasa bersalah yang begitu dalam. "Mama tahu, Dika. Mama salah. Mama ninggalin kamu waktu kamu masih butuh Mama," gumamnya pelan, seolah berharap kata-kata itu bisa sampai ke dalam rumah yang kini terasa begitu dingin.

Tangannya perlahan mengusap setir mobil, berusaha menenangkan diri meskipun pikirannya terus berputar. Apa kamu benar-benar nggak mau ketemu Mama? Apa Mama nggak punya kesempatan sama sekali? Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul, membuat hatinya terasa semakin berat.

Alice menghela napas lagi, kali ini lebih panjang, mencoba menyingkirkan ketakutan yang terus menghantuinya. Dia ingin turun, ingin mengetuk pintu rumah itu, ingin memeluk Dika dan mengatakan semuanya. Tapi dia tahu, mungkin itu hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Dika butuh waktu, dan dia harus menghormatinya.

Setelah beberapa menit, Alice akhirnya memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum mobilnya benar-benar melaju, ia berkata pelan, "Mama nggak akan nyerah, Dika. Mama bakal terus berusaha sampai kamu mau buka hati lagi buat Mama."

Mobil itu perlahan meninggalkan rumah Dika, tapi hati Alice masih tertinggal di sana. Sambil menyusuri jalan malam yang sepi, ia memikirkan langkah selanjutnya. Mungkin besok dirinya bisa mencoba berbicara dengan seseorang yang dekat dengan Dika, mencari cara untuk lebih mengerti apa yang dia rasakan. Karena satu hal yang pasti, Alice tidak akan berhenti berjuang untuk memperbaiki semuanya. Dika adalah anaknya, dan bagi Alice, dika akan selalu menjadi alasan untuk terus mencoba.

Beberapa menit kemudian, Alice tiba di parkiran rumahnya. Di sana, ia melihat sebuah mobil lain yang terparkir, dan ia yakin itu adalah mobil teman-teman Rasya yang saat ini sedang berada di dalam rumah.

SECRET PROTECTER (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang