Saat sedang asyik mengobrol dan tertawa, tiba-tiba Dika mengucapkan sesuatu yang membuat Zayyan sedikit terkejut."Zay, gue mau nanya sesuatu," ucap Dika.
Zayyan mengerutkan kening, penasaran. "Nanya apa?"
"Tapi lo janji dulu, jangan marah atau tersinggung," kata Dika, sedikit ragu.
Zayyan makin curiga. "Iya, gue gak bakal marah. Cepetan ngomong, apaan?"
Dika menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata, "Naura itu sepupu lo, kan?"
"Iya, bener. Emang kenapa?"
Dika menggigit bibirnya sebentar, lalu menatap Zayyan dengan sedikit ragu. "Gue boleh minta nomor Naura gak?"
Zayyan langsung mengernyit. "Nomor Naura? Buat apa?" tanyanya dengan nada penuh selidik.
"Ah, ada deh," jawab Dika singkat. "Jadi, boleh gak?"
Zayyan menyipitkan mata, ekspresinya penuh kecurigaan. "Boleh sih... tapi dari raut wajah lo, kayaknya lo nyembunyiin sesuatu dari gue, ya?"
"Nggak, Zay. Gue gak nutupin apa-apa, beneran. Suer," Dika mengangkat tangan seolah bersumpah.
Zayyan masih menatapnya tajam. "Dik, kalau lo beneran nyembunyiin sesuatu dari gue, gue bakal marah besar, lo tahu itu, kan?"
"Iya, Zay, gue tahu kok," ucap Dika sambil tersenyum.
"Jadi, boleh gak nih gue minta nomornya Naura?" tanyanya lagi, kali ini lebih serius.
Zayyan menatapnya dengan mata menyipit. "Ya, boleh aja sih... Tapi gue masih curiga sama lo, Dik. Rasanya lo kayak nyembunyiin sesuatu dari gue," ujarnya dengan nada penuh selidik.
Dika tertawa kecil, berusaha terlihat santai. "Apaan, sih? Gue gak nyembunyiin apa-apa, sumpah."
Zayyan masih menatapnya penuh selidik, tapi akhirnya menghela napas dan mengeluarkan ponselnya. Sambil mengetik sesuatu, ia kembali berbicara.
"Oke, gue kirim nomornya sekarang... Tapi beneran, kan, Dik? Gak ada yang lo sembunyiin dari gue?" katanya dengan nada serius.
Dika hanya tersenyum tipis, tapi Zayyan belum selesai. "Ingat, Dik, kita udah sahabatan lama. Lo tahu sendiri gue kayak gimana, kan? Gue paling gak suka dibohongin, apalagi sama lo,sahabat gue sendiri, yang udah gue anggap kayak saudara. Jadi jangan macem-macem, ya. Gue gak mau sampai harus marah sama lo."
Dika menelan ludah pelan, lalu mengangkat tangannya seperti bersumpah. "Tenang, Zay. Gue beneran gak ada maksud aneh-aneh. Gue cuma mau ngobrol sama Naura, itu aja."
Zayyan menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengirimkan nomor Naura ke ponsel Dika. "Oke, gue percaya sama lo. Tapi kalau ada apa-apa, gue bakal tahu, dan gue gak bakal diem aja."
Dika menerima nomor itu dan langsung menyimpannya di kontaknya. Senyumnya masih sama,tenang dan sedikit misterius.
Zayyan memperhatikannya dengan mata menyipit. "Seriusan, Dik, lo cuma mau ngobrol?"
tanyanya sekali lagi, nadanya penuh kecurigaan.Dika mengangguk cepat. "Iya, Zay. Cuma ngobrol, sumpah."
Zayyan masih belum sepenuhnya yakin. "Lo gak ada maksud lain, kan? Jangan bilang lo naksir Naura atau semacamnya."
Begitu kalimat itu keluar dari mulutnya, dadanya tiba-tiba terasa sedikit sesak. "Jangan-jangan... Dika beneran suka sama Naura?"
Zayyan menelan ludah, mencoba tetap terlihat santai di depan Dika, tapi pikirannya mulai kalut. "Gawat. Kalau Dika suka sama Naura, gimana? Naura kan udah punya pacar. Dan pacarnya itu Rasya."

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET PROTECTER (HIATUS)
Teen FictionAku akan selalu Disini melindungimu walaupun engkau tidak akan pernah menyadarinya- Dika Terima kasih Karena kau telah melindungiku- Rasya Semoga suka ya sama ceritanya